Notification

×

Iklan

Iklan

MENGAIS KENANGAN DAN HARAPAN DI BEKAS BIOSKOP "KARIA"

30 Januari 2017 | 23.43 WIB Last Updated 2017-01-30T23:42:43Z
Sesudut Bangunan Bekas Bioskop Karia ( Foto : Inyong Bee)

Padang Panjang - Era dunia bioskop memang sudah berlalu. Namun untuk generasi 70-an hingga akhir 90-an banyak kisah dan kenangan yang terpahat indah di bioskop kala itu. Sebagai sarana hiburan, bioskop memberikan hiburan yang memenuhi keinginan masyarakat. Dan sebagai kenangan, banyak kisah manis dan kenangan yang tertinggal di bioskop.

Adalah Bioskop Karia yang dahulu bernama Cinema Padangpajang. Bagi sebagian masyarakat Padang Panjang, terutama bagi generasi "lama"   Bioskop KARIA adalah  banyak memberi kesan. Kini peruntukan Bioskop telah berubah menjadi Lapangan Futsal dengan nama Kareta. 

Bioskop KARIA didirikan pada tahun 1931, yang merupakan masa-masa akhir Perang Dunia I saat itu. Dibangun dengan desain eksterior bergaya artdeco, yang merupakan desain bangunan favorit di jamannya.

Menurut penjelasan dari masyarakat sekitar bioskop,  bangunan awal bioskop terbuat dari papan kayu. Seiring perjalanan waktu dan kebutuhan direnovasi kembali  pada 9 Oktober 1974. Dengan luas ruangan 10 x 6 meter, bioskop ini mampu menampung 700 orang. 

Wariko Angriawan, seorang pengusaha yang tinggal di Kota Padang pernah berusaha menghidupkan bioskop ini . Dan bioskop ini dulunya dibangun oleh kakeknya, yang merupakan salah satu pemilik tambang batu kapur di Bukit Tui. 

Bioskop Karia yang terletak di Jalan Anas Karim No.04, Padang Panjang ini , lokasinya berada di perlintasan utama Padang - Bukittinggi. Hal ini menjadikan Bioskop Karia selalu ramai oleh lalu-lalang masyarakat sekitar. Namun seiring majunya teknologi hiburan, letak yang strategis tidak membuat bioskop ini  ramai oleh pengunjung. 

Selain Bioskop Karia, dahulu juga ada Bioskop Djaja yang letaknya saling berdekatan. Bioskop Djaja dibangun pada 1962 dan gulung tikar pada tahun 1986. Sebagian bangunannya telah menjadi puing-puing dan kini berdiri Bank BPD (Bank Pembangunan Daerah) Sumatera Barat Cabang Padang Panjang.

Seperti yang terjadi di kota-kota lainnya, runtuhnya industri bioskop umumnya terjadi karena berbagai faktor, seperti popularitas VCD/ DVD bajakan yang menembus pasaran masyarakat dari mal besar di perkotaan hingga pasar malam di desa-desa, dan tentu jangkauan siaran televisi. Teknologi Smartphone dan Android yang telah meluas di kalangan masyarakat Padang Panjang, Batipuh, dan X Koto juga mengurangi minat masyarakat untuk menonton bioskop.

Biaya operasional yang dibutuhkan untuk memutar film di bioskop terbilang cukup tinggi. Harga film seluloid yang mahal , menjadi masalah tersendiri jika harus memutar film-film baru. Dulu saat bioskop Karia ini  masih beroperasi,  yang diputar adalah film yang digemari oleh masyarakat, seperti film India yang dibintangi Govinda, Mithun, dan bintang India tenar lainnya. Selain film India, film-film Bruce Lee juga digemari oleh masyarakat sehingga banyak yang menonton .Sebelum akhirnya tutup, harga tiket masuk di bioskop Karia seharga Rp.7.500.

SOSOK PAK UDIN , SANG PROJECTIONIST 

Dalam sejarah perjalanan Bioskop Karia menghibur masyarakat PABASKO, ada sosok yang berjasa di belakang layar. Dialah Pak Udin ,  yang bekerja sebagai projectionist di bioskop Karia Padangpanjang sejak 1954. Dan beliau mengakhiri tugasnya di tahun 2009 , yang berarti sudah 55 tahun ia menekuni pekerjaan itu. Selama bekerja sebagai projectionist, banyak suka duka yang dialaminya. 

Di masa jayanya Bioskop Karia, gaji yang diterima Pak Udin terbilang mencukupi namun sering pudarnya pesona bioskop Karia maka  gaji yang didapatkan dari memutar film dirasa menurun. Di umurnya yang sudah tua, beliau masih bersemangat dan penuh tanggung jawab dalam menjalankan pekerjaannya tersebut. 

Film di bioskop Karia saat ini diputar satu kali dalam seminggu yaitu pada hari Jumat saja, pemutarannya pada pukul 14.00 WIB dan pukul 20.00 WIB .Dari pemutaran tersebut,  seorang Projectionist hanya bergaji kurang dari Rp.100.000,-/bulan.

BIOSKOP , SARANA BAGI KEMAJUAN SINEAS MUDA PADANG PANJANG 

Saat ini , Padang Panjang dengan segala dinamikanya terus berkembang menjadi kota kecil yang cukup ramai. Penduduk Kota Padang Panjang kurang lebih mencapai 50 ribu jiwa. Keberadaan bioskop yang modern seperti halnya Cineplex dan Twenty One di kota lain, menunjukkan bahwa pasar bioskop masih memiliki peluang dan kemungkinan bagi tumbuhnya industri hiburan di Kota kecil ini.

Ada kelebihan yang bisa secara spesifik ditampilkan di bioskop kekinian. Yaitu munculnya film-film lokal yang bernuansa budaya dari para sineas muda Minangkabau. Hal ini ditunjang oleh menggeliatnya iklim perfilman di Padang Panjang seiring berdirinya Prodi Pertelevisian dan Desain Komunikasi Visual di ISI Padang Panjang. 

Film-film pendek berlatar belakang budaya dan tradisi Minangkabau cukup banyak diproduksi oleh sineas muda Sumatera Barat. Seperti "Ampek Sen" karya sineas muda Mevi Rosdian, "Sumando" , " Lapau", " Mak Uniang", dan masih banyak lagi karya sineas muda ini.

Semoga hal ini bisa mendorong investor dan pemerintah kota untuk berminat memfasilitasi kembali sebuah bioskop yang bisa menjadi ajang unjuk gigi dan karya dari para sineas muda tersebut.

Inyong Budi 

Referensi: akumassa.org

×
Kaba Nan Baru Update