Notification

×

Iklan

Iklan

Materialisme dan Empirio-Criticsm

27 Mei 2018 | 01.12 WIB Last Updated 2021-05-15T03:54:46Z
Ditulis oleh : Wawan Setiawan



Materialisme dan Empirio-Criticsm adalah salah satu karya dari Vladimir Ilyich Lenin, sang bapak revolusi proletar Russia yang cukup fenomenal diantara 55 karya buku lainnya.

Didalam hidupnya, Vladimir Lenin banyak sekali menulis, terutama tentang Marxisme dan Leninisme, bahkan jujur saja, saya lebih banyak membaca karya Vladimir Lenin dibanding karya Karl Marx sendiri. Ini tak lain karena ketertarikan saya terhadap negeri Russia sejak masih kecil, atau tepatnya ketika masih SMP.

Saya bermain Tetris, game Puzzle buatan salah seorang Programmer Uni Soviet dengan latar belakang, banyak menampilkan gambar situs-situs Russia seperti Gereja Katedral Moscow, bentuknya mempunyai kubah sehingga menyerupai Mesjid, sepertinya dulu memang sebuah Mesjid.

Vladimir Lenin, tokoh bolshevik revolusioner dari Russia boleh dibilang sebagai tokoh politikus langka, selain berhasil menuliskan 55 karya jilid buku, salah-satunya mengulas tentang gerakan perlawanan kolonialisme di Indonesia, yakni artikel berjudul “The Awakening of Asia," Lenin mendapatkan. informasi dari agen komintern Belanda yaitu Van Ravesteyn.

Van Ravesteyn, mengulas tentang perlawanan organisasi-organisasi masyarakat/kepemudaan terhadap kolonialisme Belanda, diantaranya adalah Syarikat Islam, konon ketika mengadakan pertemuan di Surabaya, dihadiri oleh 100.000 anggota.

Tulisannya,  selain mengulas tentang progresive pergerakan anti kolonialisme di Hindia Belanda, juga menyoroti tentang kemajuan pergerakan di China, India, Turki, dan negara Asia lainnya.

Namun diantara banyak karya paling “mencerahkan” bagi saya adalah berjudul “Materialism and Empirio-Criticsm."

Tulisan ini, berusaha menangkis pengetahuan para Fisikawan dunia yang terjebak kepada pengetahuan takhyul dunia, dan juga mengulas para Philosopher yang pro terhadap rasionalisme, terutama aliran Kantian.

Mereka yang masih menganggap bahwa pengetahuan didapatkan melalui proses Transenden, sangat bertentangan dengan paham Empirisme yang diusung oleh David Hume, John Locke, Thomas Hobbes, dkk.

Yang menganggap, seluruh pengetahuan kita didapatkan melalui panca Indra atau secara Empirik.

Di sisi lain, Vladimir Lenin juga berusaha meng-counter kemajuan zaman, dengan ditemukan partikel penyusun atom, juga menjelaskan bahwa para Fisikawan belum mengetahui dialektika yang di teori kan oleh filsuf Yunani.

Bahwa didalam Dialektika, materi/partikel akan selalu tersusun oleh materi/partikel yang lebih kecil, partikel penyusun terkecil adalah Quark, namun teori String, menyebutkan bahwa gelombang adalah penyusun terlembut/terkecil dari segala partikel.

Vladimir Lenin, dengan asumsi rumus Newton, F = MA, menjelaskan bahwa gerak, atau gerakan hanya mungkin terjadi jika ada materi atau partikelnya.

Vladimir Lenin menulis “tiada materi tanpa gerakan dan tiada gerakan tanpa materi, Fisikawan yang mempercayai adanya gerak tanpa materi adalah fisikawan pemburu hantu."

Buku Materialism dan Empirio-Criticsm, karya Vladimir Lenin memberi banyak pencerahan, khususnya terhadap Weltanschauung--Alam Semesta menurut pandangan dari ilmu fisika Newtonian Mechanic.

Saya sendiri, menyarankan kepada Anda untuk menyempatkan diri membaca buku ini, karena bagi saya ini salah satu buku terbaik yang pernah saya baca. Vladimir Lenin sendiri sebagai politikus jenius lulusan Ilmu Hukum, dari ayah adalah seorang guru Fisika.

Untuk referensi penambah khasanah berpikir, saya menyarankan untuk membaca juga Reason in Revolt, buah karya Ted Grant dan Alan Wood.

Buku ini, sudah mengadopsi kemajuan Ilmu Pengetahuan, khususnya Mekanika Quantum pada  abad 21, sehingga weltanschauung atau cara pandang anda terhadap alam menjadi modern.

Buku-buku tersebut, akan memberikan warna baru bagi cara pandang anda terhadap cara berpikir di alam yang kian maju dan modern. 
×
Kaba Nan Baru Update