Notification

×

Iklan

Iklan

Macet Tak Berkesudahan, Jalan Di Pasar Koto Baru Dan Padang Lua Bakal Diperlebar

17 Februari 2018 | 19:25 WIB Last Updated 2018-11-16T16:15:43Z
Seorang petugas yang sedang mengurai kemacetan di Pasar Koto Baru saat hari pekan Senin dan Selasa ( foto: dok.raunholic )
Padang - Wakil Gubernur Sumbar Nasrul Abit menilai pelebaran jalan menjadi upaya paling masuk akal untuk mengurai kemacetan Koto Baru-Padang Lua. Sebab, rutinitas kemacetan di Pasar Koto Baru, Kabupaten.Tanah Datar dan Padang Lua Bukittinggi tersebut diakibatkan sempitnya ruas jalan dan adanya aktivitas pasar tumpah.

Untuk itu, pihaknya telah mengupayakan pembebasan lahan di bagian belakang pasar, agar pelebaran jalan di sepanjang titik kemacetan itu bisa segera dilakukan.

 “Kami tengah menjajakinya dengan berbagai pihak. Karena kebutuhan agar segera dilebarkan itu sudah sangat mendesak. Pembebasan, kami tengah mengupayakan ke PT Kereta Api Indonesia (PT KAI) karena di belakang itu (pasar) ada lahan mereka,” katanya, Jumat, 16 Februari 2018 di Padang.

katanya, jika persoalan pembebasan lahan bisa segera diselesaikan, pemerintah akan segera menyediakan anggaran untuk melakukan pelebaran jalan tersebut. Setidaknya, anggaran senilai Rp10 miliar telah dipatok dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Sumbar.

“Kalau di bawah sepuluh miliar, tidak usah minta ke pusat. Malu kita. Tapi kalau nanti kebutuhannya lebih dari sepuluh miliar, baru kita mengadu ke pusat untuk membantu,” katanya lagi.

Jika terealisasi, imbuhnya lagi, pelebaran jalan yang direncakan dilakukan di sebelah kiri jalan dari arah Kota Padang tersebut, akan menyebabkan Pasar Koto Baru yang merupakan sentra pasar sayur di Sumbar itu mundur lebih ke belakang dari posisi pasar saat ini. 

"Jadi pasar tertarik ke belakang, (di tempat tanah yang dibebaskan itu). Selain di Koto Baru, untuk mengurai kemacetan di kawasan Padang Lua Kota Bukittinggi, kami juga akan upayakan pelebaran 3,5 meter di kiri dan 3,5 meter di kanan. Kebutuhan pelebaran di kedua titik ini sama-sama mendesak,” ucap Nasrul Abit.

Pelebaran jalan sendiri menjadi upaya paling masuk akal untuk ditempuh dalam
waktu dekat, meski pun Nasrul Abit menegaskan pelebaran tidak akan menyelesaikan masalah 100 persen, tetapi tetap akan sangat mengurangi intensitas kemacetan di kedua kawasan tersebut.

“Untuk sekarang pelebaran dulu yang paling mungkin. Kalau fly over (jalan layang), itu kebutuhan lahannya lebih besar lagi. Urusannya bisa sangat panjang dibanding pelebaran. Belum lagi masalah sosial yang akan dihadapi. Sehingga belum mungkin untuk fly over,” pungkasnya.(hp/put)

IKLAN

×
Kaba Nan Baru Update