Notification

×

Iklan

Iklan

Kota Tua Padang dan Aroma Gastronomi Dunia: Sebuah Asa dari Dapur Multikultur

08 Juli 2025 | 11:53 WIB Last Updated 2025-07-08T04:57:50Z


Padang, pasbana - Di sela-sela riuh gelombang Samudra Hindia dan kokohnya Gunung Padang yang menjadi penjaga alam, sebuah kawasan bersejarah tengah berbenah: Kota Tua Padang. Namun bukan semata ingin menata kembali bangunan kolonial yang lusuh dimakan waktu. 

Kali ini, ada cita rasa baru yang ingin disajikan kepada dunia—dari piring-piring hangat yang beraroma rendang hingga racikan bumbu multietnis yang sudah berabad-abad mewarnai kota ini.

Ya, Padang ingin naik kelas menjadi bagian dari jejaring kota kreatif dunia versi UNESCO: Unesco Creative Cities Network (UCCN), khususnya di kategori Gastronomi.

“Kami ingin Padang bukan hanya dikenal karena rendang, tapi karena kekayaan kulinernya yang lahir dari keragaman budaya dan sejarah,” ujar Kepala Dinas Pariwisata Kota Padang, Yudi Indra Syani, saat ditemui di sela kegiatan Rapat Koordinasi Nasional ICCN (7/7/2025).

Langkah strategis pun digulirkan. Salah satunya dengan menjadikan Padang sebagai tuan rumah Rakornas Indonesia Creative Cities Network (ICCN), yang dihadiri lebih dari 250 kota kreatif dari seluruh Indonesia. Ajang ini bukan sekadar ajang temu komunitas kreatif, tapi juga menjadi laboratorium ide untuk memperkuat positioning Padang sebagai kota gastronomi dunia.

Bukan Sekadar Rendang: Cerita di Balik Piring-Piring Lezat


Selama ini, rendang memang menjadi ikon yang melekat pada kota ini. CNN bahkan pernah menobatkannya sebagai makanan terenak di dunia. Tapi Padang tidak hanya bicara rendang. Ada karupuak sanjai, sate danguang-danguang, soto Padang, ikan pangek, hingga kuliner dari etnis Tionghoa, India, dan Arab yang berbaur dan saling mewarnai.

Menurut laporan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) dan BPS tahun 2019, sektor kuliner menyumbang 41,4% terhadap PDB ekonomi kreatif nasional—angka tertinggi dibandingkan sektor lainnya. Fakta ini menjadi sinyal kuat bahwa kekuatan gastronomi bukan hal sepele. 

Di Padang, kekuatan ini bahkan lahir dari dapur-dapur kecil rumah tangga, warung pinggir jalan, hingga rumah makan legendaris yang melebarkan sayap hingga ke mancanegara.


Menuju Jejaring Dunia: Apa Itu UCCN?


Unesco Creative Cities Network (UCCN) adalah jaringan global yang dibentuk UNESCO sejak 2004, terdiri dari kota-kota yang menjadikan kreativitas sebagai elemen utama dalam pembangunan berkelanjutan. Ada tujuh kategori, dari musik, sastra, desain, hingga gastronomi.

Hingga 2024, ada lebih dari 350 kota di dunia yang tergabung, dan Indonesia baru memiliki beberapa perwakilan seperti Bandung (Desain), Ambon (Musik), dan Pekalongan (Kriya). Bila Padang lolos sebagai kota gastronomi, maka ia akan menjadi kota pertama di Indonesia yang masuk dalam kategori ini—prestasi yang tentu tak bisa dianggap remeh.

Mimpi yang Sedang Dimasak

Saat ini, Pemerintah Kota Padang bersama ICCN dan sejumlah komunitas tengah meracik proposal lengkap untuk diajukan ke UNESCO. Dari revitalisasi Kota Tua, penguatan ekosistem kuliner, pembinaan UMKM kuliner, hingga narasi budaya yang kuat, semuanya tengah dimasak matang.
“Kami optimis. Dengan kolaborasi yang kuat, Padang bukan hanya akan dikenal karena rasanya, tapi juga kreativitasnya,” tegas Yudi.

Dan siapa tahu, beberapa tahun lagi, nama Padang akan tercetak sejajar dengan Parma di Italia, Phuket di Thailand, dan Jeonju di Korea Selatan—kota-kota yang lebih dulu menyandang gelar kota gastronomi dunia.

Jalan menuju pengakuan dunia memang panjang, tapi tak ada resep yang lebih mujarab selain semangat gotong royong, rasa bangga, dan satu cita rasa: dari Kota Tua untuk dunia.(*)

IKLAN

×
Kaba Nan Baru Update