Pasbana - Di tengah hiruk-pikuk pasar saham yang kian dinamis—dari gejolak suku bunga global, sentimen politik, hingga booming saham-saham teknologi—banyak investor pemula dan bahkan yang berpengalaman mulai kehilangan arah.
Dalam situasi seperti ini, kembali pada prinsip dasar investasi menjadi sangat krusial. Dan siapa lagi yang lebih layak dijadikan panduan selain Benjamin Graham, bapak value investing yang menjadi mentor langsung Warren Buffett?
Lewat buku legendaris The Intelligent Investor, Graham menyajikan prinsip-prinsip yang terbukti tangguh menghadapi badai ekonomi—baik dulu maupun sekarang.
Siapa Benjamin Graham dan Kenapa Bukunya Masih Dibaca?
Bukunya, The Intelligent Investor, pertama kali terbit tahun 1949, namun sampai saat ini masih menjadi pegangan wajib investor di seluruh dunia.
Warren Buffett bahkan menyebut buku ini sebagai "buku terbaik tentang investasi yang pernah ditulis".
Apa Saja Inti Ajaran Graham yang Masih Relevan Hari Ini?
Graham menekankan bahwa investasi sejati berlandaskan analisis dan perhitungan nilai wajar. Bukan sekadar ikut tren.
Contoh nyata:
Pada saat saham teknologi jatuh di awal 2022, banyak investor panik. Namun, investor sejati melihat ini sebagai peluang membeli perusahaan berkualitas dengan harga diskon.
π Tips praktis: Jangan beli saham hanya karena “rame” di media sosial. Tanyakan: “Apakah ini bisnis yang menguntungkan dalam jangka panjang?”
2. Kenali Dirimu: Defensif atau Agresif?
Graham membagi investor menjadi dua tipe:
Defensif: Cocok untuk Anda yang sibuk dan tak punya banyak waktu meneliti saham. Fokus pada perusahaan besar, stabil, dan rutin bagi dividen.
Agresif: Untuk yang siap melakukan analisis mendalam dan tahan banting menghadapi fluktuasi harga.
π Contoh kasus: Saham PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) kerap jadi pilihan investor defensif karena fundamental yang kuat dan konsisten membagikan dividen.
3. Margin of Safety: Cara Cerdas Melindungi Uang Anda
Margin of safety artinya membeli saham dengan harga jauh di bawah nilai wajarnya. Ini seperti beli rumah seharga Rp500 juta, padahal nilai pasarnya Rp800 juta.
π Data nyata: Banyak investor yang membeli saham PT Telkom Indonesia (TLKM) saat anjlok ke Rp3.300 pada 2022. Kini saham itu sudah naik lagi ke atas Rp4.000—contoh margin of safety bekerja!
4. Mr. Market: Sahabat atau Musuh?
Bayangkan pasar saham seperti tetangga Anda bernama "Mr. Market". Setiap hari dia menawarkan harga saham.
Kadang terlalu tinggi, kadang terlalu rendah. Investor bijak tidak mengikuti emosi Mr. Market, tapi justru memanfaatkannya.
π Analogi: Kalau hari ini Mr. Market panik dan jual murah, justru itulah saat kita beli. Besok bisa saja dia balik menawarkan harga dua kali lipat!
5. Diversifikasi: Jangan Taruh Semua Telur di Satu Keranjang
Graham menyarankan membagi portofolio antara saham dan obligasi. Di era sekarang, bisa diterjemahkan menjadi alokasi ke saham blue chip, reksadana, hingga emas digital.
π§ Tips aplikatif: Gunakan prinsip alokasi 50:50 atau 60:40 (saham:obligasi), lalu sesuaikan secara berkala sesuai usia dan tujuan keuangan.
Bagaimana Penerapan Prinsip Graham di Era Digital?
Meski pasar sekarang penuh dengan algoritma, robot trading, dan media sosial yang penuh "influencer saham", prinsip Graham tetap relevan. Bahkan lebih penting dari sebelumnya.
π Fakta menarik: Studi oleh CFA Institute (2023) menyebutkan bahwa portofolio berbasis value investing masih mengungguli strategi spekulatif dalam jangka panjang.
Panduan Praktis ala Graham yang Bisa Langsung Anda Coba
Gunakan Aplikasi Keuangan untuk Menilai Fundamental:
Cek rasio P/E, ROE, dan utang perusahaan melalui aplikasi seperti RTI Business atau Stockbit.
Buat Daftar Saham Watchlist
Undervalued: Lacak saham yang sedang diskon dari nilai wajarnya.
Disiplin Beli Secara Berkala (Dollar Cost Averaging): Jangan menunggu "waktu terbaik".
Mulailah dari sekarang dengan nominal kecil secara rutin.
Tahan Godaan Overtrading: Graham menyarankan tidak sering-sering transaksi. Fokus pada kualitas, bukan kuantitas.
Saatnya Menjadi Investor yang Cerdas, Bukan Ikut-ikutan
Benjamin Graham mengajarkan bahwa investasi bukan soal menebak pasar, tapi soal berpikir logis, bersabar, dan disiplin. Di tengah banyaknya godaan investasi cepat kaya, pendekatan Graham justru menjadi mercusuar yang memandu ke arah yang benar.
“Harga adalah apa yang Anda bayar. Nilai adalah apa yang Anda dapatkan.” – Benjamin Graham.
(*)