Notification

×

Iklan

Iklan

Dakwah Juga Perlu Strategi Marketing yang Baik dan Sistematis

15 Agustus 2025 | 11:17 WIB Last Updated 2025-08-15T04:17:38Z


Pasbana - Dakwah, dalam konteks yang lebih luas, bukan hanya tentang mengingatkan orang akan halal dan haram. Lebih dari itu, dakwah sejatinya adalah sebuah ajakan untuk berkembang menjadi versi terbaik dari diri kita di hadapan Allah. 

Seperti halnya dalam dunia marketing, dakwah juga membutuhkan strategi—tapi bukan strategi untuk menjual produk, melainkan untuk menyampaikan pesan yang mendalam dan abadi, yang dapat mengubah hati.

Dakwah: Mengajak dan Membersamai

Pernahkah Anda merasa terkadang berat dalam menjalani syariat Islam? Bisa jadi, rasa berat itu muncul ketika kita belum merasakan nilai dari segala kebaikan yang diajarkan agama. 

Dalam ayat Al-Qur'an, Allah mengingatkan kita:
"Sesungguhnya, orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka adalah surga yang penuh kenikmatan."
— (QS. Al-Buruj: 11)

Kalimat sederhana ini mengingatkan kita bahwa ganjaran di akhirat jauh lebih besar daripada segala hal duniawi. Ketika kita merasa beban syariat terasa berat, itu mungkin karena kita belum cukup merasakan keindahan dan kedamaian dalam menjalankannya. 

Seperti halnya dalam sebuah branding, jika kita belum merasakan manfaat dari produk tersebut, tentu kita akan ragu untuk membeli. Namun, begitu kita merasakannya, semuanya akan berubah.

Dakwah bukan hanya tentang berceramah di mimbar kepada orang banyak. Lebih dari itu, dakwah adalah tentang menjadi contoh nyata dalam setiap interaksi, menjadi panutan yang dapat menginspirasi orang lain melalui perbuatan, bukan hanya kata-kata.


Hidayah Mengalir dari Hati

Saat berbicara tentang hidayah, banyak orang berpikir bahwa ini adalah sesuatu yang bisa dipaksakan atau disebarkan dengan cara ceramah yang panjang. 

Padahal, hidayah itu datang dari hati. Sebagaimana disebutkan dalam hadis:
"Sesungguhnya Allah tidak melihat rupa dan harta kalian, tetapi Dia melihat hati kalian."
— (HR. Muslim)

Hidayah datang ketika seseorang merasakan bahwa apa yang diajalankan sejalan dengan hatinya. Dakwah yang menyentuh hati, yang mengalir secara alami dalam keseharian, adalah dakwah yang paling efektif. 

Dalam dunia marketing, kita sering mendengar istilah content marketing—yaitu pendekatan yang lebih lembut dan berbasis pada nilai. Begitu juga dalam dakwah, ketika kita berbicara dengan hati yang tulus dan penuh kasih sayang, maka orang lain akan lebih mudah menerima pesan kita.


Momen Tak Terlupakan

Terkadang, dakwah itu hadir dalam momen-momen kecil yang tak terduga. Sebuah senyuman, pertanyaan yang tulus, atau bahkan kata-kata sederhana yang penuh makna bisa menjadi titik balik bagi seseorang. 

Hadis ini mengingatkan kita:
"Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia mendapat pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya."
— (HR. Muslim)

Jadi, dakwah tidak selalu tentang memberikan ceramah panjang lebar. Terkadang, cukup menjadi sosok yang memberi teladan dengan perbuatan baik. Dalam dunia marketing, ini mirip dengan konsep influencer marketing—di mana pengaruh datang dari tindakan dan kepribadian yang menginspirasi banyak orang.

Dakwah dalam Marketing: Sama-sama Membimbing

Seperti dalam dunia marketing yang penuh persaingan, dakwah juga memiliki tantangan tersendiri. Namun, yang membedakan keduanya adalah tujuan akhir yang jauh lebih mulia. Marketing berfokus pada keuntungan dunia, sementara dakwah berfokus pada keuntungan yang abadi di akhirat.

Sama seperti kita memperkenalkan produk dengan memahami kebutuhan konsumen, dalam dakwah kita juga harus memahami kebutuhan hati setiap individu. Setiap orang berhak mendapatkan hidayah, dan tugas kita adalah membantu mereka menemukannya—dengan cara yang bijaksana, penuh kasih, dan tanpa paksaan.

Menyampaikan Pesan dengan Kasih Sayang

Dakwah yang baik bukan hanya soal berbicara, tetapi soal mendengarkan dan memahami. 

Sebagaimana Allah berfirman dalam Al-Qur'an:
"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik."
— (QS. An-Nahl: 125)

Dakwah yang penuh dengan hikmah dan kasih sayang akan membuka pintu hati. Kita, seperti seorang marketer, tidak hanya menjual produk atau gagasan. Kita mengajak orang lain untuk merasakan perubahan yang lebih baik dalam hidup mereka. 

Dakwah itu mengajarkan kita untuk bersabar, memberi, dan mendampingi dengan sepenuh hati—bukan hanya untuk mendapatkan keuntungan dunia, tapi untuk meraih Ridha Allah.

Mencapai Jannah dengan Setiap Langkah

Akhirnya, seperti dalam setiap proses marketing yang memerlukan waktu untuk mencapai hasil yang maksimal, dakwah pun memerlukan kesabaran dan usaha yang tak kenal lelah. Kita tidak bisa mengubah seseorang dalam semalam, tapi dengan setiap langkah kecil yang kita ambil dengan niat yang ikhlas, kita akan semakin dekat pada tujuan utama kita: meraih Jannah dan Ridha Allah. (*)

IKLAN

×
Kaba Nan Baru Update