Notification

×

Iklan

Iklan

Gelanggang Kreatif dari Tanah Datar: Menyulap Nagari Jadi Pusat Inovasi dan Cerita

06 Agustus 2025 | 15:12 WIB Last Updated 2025-08-06T08:12:46Z


Pasbana - Di balik hamparan sawah yang membentang dan udara sejuk  Tanah Datar, Sumatera Barat, sebuah gerakan kreatif tengah tumbuh perlahan namun pasti. 

Bukan sekadar tentang pariwisata, ini adalah cerita tentang nagari—desa-desa adat yang sedang bertransformasi menjadi poros ekonomi baru lewat sentuhan digital dan kreativitas lokal.

Bupati Tanah Datar, Eka Putra, SE, MM, menyebutnya sebagai bagian dari strategi besar bernama "Nagari Creative Hub", sebuah program yang berupaya menyulap potensi lokal menjadi kekuatan ekonomi baru.

“Banyak produk unggulan kita yang selama ini belum tergarap optimal. Padahal, kalau dipoles dengan inovasi dan pemasaran digital, bisa bersaing di tingkat nasional, bahkan internasional,” ujar Eka Putra dalam diskusi bersama komunitas Lentera Tanah Datar, Rabu (6/8/2025), di Gedung Indo Jolito, Batusangkar.

Dari Nagari ke Dunia Maya


Tanah Datar memiliki 75 nagari. Masing-masing menyimpan kekayaan budaya, alam, dan cerita rakyat yang luar biasa. Namun, selama ini potensi itu lebih banyak tersimpan di laci-laci tradisi. 

Lewat Nagari Creative Hub, potensi ini coba dibuka dan dikemas ulang—bukan dengan cara menghapus tradisi, tetapi memperkenalkannya lewat teknologi dan semangat zaman.

Inisiatif ini bukan hanya tentang menjual produk UMKM atau kerajinan lokal, tetapi membangun ekosistem ekonomi kreatif dari akar rumput. 

Di sinilah peran komunitas Lentera Tanah Datar begitu penting.

Ketua Lentera, Afrizal, menjelaskan salah satu program unggulan mereka adalah “Satu Nagari, Satu Film.” Sebuah gagasan cerdas yang mendorong setiap nagari memproduksi film pendek—tentang budaya, kuliner, hingga wisata mereka sendiri. Hasilnya? Narasi lokal yang otentik dan siap tayang di kanal digital.

“Kami ingin agar setiap nagari bisa bicara tentang dirinya sendiri. Bukan hanya jadi objek wisata, tapi subjek yang mengemas cerita dengan cara mereka sendiri,” kata Afrizal.

Film-film ini kemudian ditayangkan di Gelanggang Creative, semacam ruang komunitas yang menjadi tempat berkumpulnya para pelaku kreatif—dari sineas lokal, seniman, hingga pengusaha muda.

Potensi Anak Muda yang Tak Boleh Terlewat


Menurut Ade Keno, mitra komunitas dan penggerak Nagari Creative Hub, ada hal yang belum tergarap dengan baik di Tanah Datar: aktualisasi anak muda.

“Kita punya banyak SDM kreatif, baik dari kampus maupun nagari. Tapi masih kurang ruang ekspresi dan koneksi ke pasar digital. Banyak produk UMKM bagus, tapi belum naik kelas karena pendekatan kreatifnya belum kuat,” ujar Ade.

Padahal, data dari Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) menunjukkan sektor ekonomi kreatif mampu menyumbang lebih dari 7% terhadap PDB nasional, dengan subsektor film, kuliner, dan kriya sebagai tulang punggungnya. 

Ini menjadi peluang emas bagi daerah seperti Tanah Datar, yang memiliki modal budaya dan kreatif yang tak terbatas.

Pemerintah Hadir, Modal Tak Lagi Masalah


Tak ingin program ini hanya jadi wacana, Pemkab Tanah Datar menyatakan komitmennya. Menurut Bupati Eka Putra, pemerintah daerah siap memfasilitasi permodalan dan membuka koneksi antara nagari dengan lembaga pendukung, seperti BUMN, perbankan syariah, dan koperasi berbasis komunitas.

Langkah ini juga sejalan dengan Program Unggulan Daerah seperti penguatan UMKM, digitalisasi desa, hingga pengembangan pariwisata berkelanjutan. Istri Bupati, Ny. Lise Eka Putra, yang juga menjabat Ketua TP PKK dan Dekranasda, turut aktif dalam membina pelaku UMKM agar lebih siap menghadapi pasar modern.

Langkah Kecil yang Menggema


Gerakan ini belum sempurna. Tapi seperti filosofi galanggang—ruang bertarung dalam tradisi Minang—mereka sedang belajar bertanding. Bukan dengan senjata, tapi dengan kamera, koneksi internet, dan semangat kolaborasi.

Sebuah langkah kecil dari Sumatra Barat yang bisa saja menginspirasi Indonesia: bahwa membangun dari desa tak melulu soal infrastruktur, tapi juga tentang cara merawat identitas, membentuk ruang aktualisasi, dan menyulut kreativitas jadi kekuatan ekonomi.(*) 

IKLAN

×
Kaba Nan Baru Update