Notification

×

Iklan

Iklan

Orang Minang Hanya Mengangguk, Tapi Tidak Menunduk

01 Agustus 2025 | 10:30 WIB Last Updated 2025-08-01T03:30:32Z


Oleh: Satria Asmal, SP,CHt,CI,CMT NLP
Direktur Specta Indonesia

Pasbana - Ada sebuah ungkapan yang menggambarkan karakter orang Minang: "Mengangguk bukan berarti menunduk." Ini bukan sekadar kiasan, melainkan cerminan dari prinsip hidup yang kuat, yang telah ditempa oleh sejarah dan budaya mereka.

Orang Minang dikenal dengan karakter yang tidak mudah menyerah dan memiliki pendirian. Mereka adalah pribadi yang berpikir sebelum bertindak, tidak gegabah dalam mengambil keputusan. Sifat ini lahir dari budaya bermusyawarah yang mengakar kuat. 

Setiap masalah, besar atau kecil, sebisa mungkin diselesaikan bersama, sehingga keputusan yang diambil adalah hasil pemikiran bersama, bukan keputusan sepihak.

Karakter Minang juga lekat dengan sikap anti-provokasi. Mereka tidak mudah terbawa arus, apalagi hanya berdasarkan emosi sesaat. Sikap ini didasari oleh pola pikir yang realistis dan rasional. 

Mereka selalu mengedepankan logika dan fakta, tidak serta-merta menerima sesuatu tanpa pemikiran mendalam. Ini membuat mereka tidak mudah terpengaruh oleh isu-isu yang tidak jelas atau ajakan yang menyesatkan.

Kekuatan lain dari orang Minang adalah tingginya budaya intelektual. Sejak dahulu, tanah Minang telah melahirkan banyak tokoh-tokoh nasional yang berperan penting dalam sejarah Indonesia. Sebut saja Mohammad Hatta, Sutan Syahrir, Tan Malaka, dan masih banyak lagi. Ini membuktikan bahwa alam Minang memang subur untuk melahirkan pemikir, pemimpin, dan pejuang. Mereka tidak hanya ikut-ikutan, melainkan punya prinsip dan selalu berusaha menjadi yang terdepan.

Sebagai individu, orang Minang memiliki harga diri yang tinggi. Mereka sangat menjunjung tinggi prinsip "hiduik baraka, Mati Bariman", 
Hidup menggunakan potensi yang ditipkan Allah yaitu akal,dan mati juga dengan jalan yang Allah tetap kan, yaitu mati dalam iman.

Harga diri lebih mahal dari harta sekalipun. Sifat ini membuat mereka pantang meminta-minta, apalagi menjadi "budak" bagi orang lain. Sebaliknya, mereka adalah tipe pemimpin dan wirausahawan yang mandiri, suka memberi, dan tidak ingin merepotkan orang lain. Semangat ini sudah tertanam sejak kecil, di mana mereka terbiasa berjuang dan merantau untuk mencapai kesuksesan.

Sikap religiusitas juga menjadi pondasi utama. Pepatah "Adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah" (Adat bersendikan syariat, syariat bersendikan Kitabullah) menunjukkan betapa eratnya hubungan antara budaya dan agama dalam kehidupan mereka. 

Agama bukan hanya ritual, melainkan panduan hidup yang membentuk karakter, moral, dan etika. Inilah yang membuat mereka tidak pernah melakukan taklid buta, melainkan selalu mencari pemahaman yang mendalam.

Jadi, ketika orang Minang mengangguk, itu adalah tanda menghargai lawan bicara, tanda setuju setelah berpikir, atau bahkan tanda mendengarkan dengan seksama. Namun, di balik anggukan itu, ada kepala yang tegak, prinsip yang kokoh, dan hati yang tak mudah takluk.

***

IKLAN

×
Kaba Nan Baru Update