Notification

×

Iklan

Iklan

Dari Sungai ke Festival: Upaya Padang Mengejar “Zero Waste”

17 September 2025 | 14:54 WIB Last Updated 2025-09-17T07:54:27Z


Padang, pasbana - Bayangkan setiap pagi, Kota Padang harus bergelut dengan lebih dari 640 ton sampah. Dari sisa sarapan, plastik belanjaan, hingga limbah rumah tangga lainnya. Sebagian memang berakhir di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA), tapi sebagian kecil masih tercecer di sungai, drainase, bahkan di bibir pantai yang jadi wajah kota.

Dengan jumlah penduduk lebih dari 900 ribu jiwa, tantangan mengelola sampah ibarat pekerjaan rumah tanpa akhir. Namun, kini ada langkah baru yang perlahan mulai mengubah pola lama “kumpul–angkut–buang” menuju gerakan kolektif yang lebih modern: Padang Goes to Zero Waste.

Wali Kota Padang, Fadly Amran, menyadari bahwa pemerintah tak bisa berjalan sendiri. “Kota ini tidak akan pernah bersih kalau masyarakat tidak terlibat langsung. Kuncinya adalah memilah sampah dari rumah,” ujarnya tegas.

Untuk membuktikan, pemerintah bersama program Improvement of Solid Waste Management to Support Regional and Metropolitan Cities Project (ISWMP) memilih RW 02 Kelurahan Parupuk Tabing sebagai proyek percontohan. Selama tiga bulan—November 2024 hingga Januari 2025—warga diberi pelatihan memilah sampah, difasilitasi lima komposter drum, dan diajak membuat kesepakatan teknis pemanfaatan.

Hasilnya cukup menjanjikan: 22% warga sudah rutin memilah sampah organik dan anorganik. Memang masih di bawah target nasional 30%, tetapi ini langkah awal yang menumbuhkan kebiasaan baru.

Kepala Balai Penataan Bangunan, Prasarana, dan Kawasan (BPBPK) Sumbar, Maria Doeni Isa, mengingatkan dampak serius bila sampah tak dikelola dengan baik.

“Setiap hari Padang menghasilkan 643 ton sampah, sekitar 467 ton masuk ke TPA, tapi ada 40 ton yang tidak terkelola sama sekali. Jika ini dibiarkan, risikonya bukan hanya banjir, tapi juga masalah kesehatan masyarakat,” jelasnya.

Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) 2024 menunjukkan bahwa Indonesia menghasilkan lebih dari 35 juta ton sampah per tahun, dengan dominasi sampah plastik yang butuh ratusan tahun untuk terurai. Padang tentu tak bisa menutup mata dari kenyataan ini.

Langkah berikutnya, Pemerintah Kota Padang menargetkan replikasi program ke 16 kelurahan prioritas. Edukasi dilakukan berlapis, mulai dari pertemuan warga, kampanye media sosial, hingga kerja sama dengan Dinas Pendidikan dan Dinas Kesehatan agar anak-anak terbiasa memilah sampah sejak dini.

Semangat itu makin terasa saat digelarnya Mamilah Fest 2025 di Taman Museum Adityawarman pada 16 Agustus lalu. Festival bertema “Padang Goes to Zero Waste” ini menghadirkan talkshow, pameran inovasi pengelolaan sampah, hingga penukaran sampah dengan sembako.

“Pola lama kumpul–angkut–buang sudah tidak relevan. Harus ada inovasi, ada partisipasi aktif dari masyarakat. Tanggung jawab lingkungan ini kita pikul bersama,” tambah Maria.

Meski jalan masih panjang, langkah-langkah kecil ini membuktikan perubahan bisa dimulai dari hal sederhana: memilah sampah di rumah. 

Jika kesadaran ini tumbuh, Padang bukan hanya kota pantai yang indah, tetapi juga contoh bagi kota-kota lain dalam mewujudkan cita-cita besar: Zero Waste City.

Karena pada akhirnya, kebersihan kota bukan hanya urusan pemerintah, melainkan cermin perilaku warganya sendiri.(*)

IKLAN

×
Kaba Nan Baru Update