Notification

×

Iklan

Iklan

Lima Putra-Putri Pariaman Menembus Kampus Bergengsi di Timur Tengah

12 September 2025 | 14:34 WIB Last Updated 2025-09-12T07:34:48Z


Dari Surau Kecil ke Al-Azhar dan Madinah

Pariaman, pasbana - Pariaman, kota pesisir yang terkenal dengan tradisi Tabuik dan pantai indahnya, kini punya alasan baru untuk berbangga. Lima anak muda asal kota ini resmi dilepas oleh Wali Kota Yota Balad pada Kamis (11/9/2025) untuk menempuh pendidikan agama di Timur Tengah, tepatnya di Universitas Al-Azhar Kairo dan Universitas Madinah.

Acara pelepasan yang berlangsung di Desa Naras I, Kecamatan Pariaman Utara, terasa hangat sekaligus haru. Di hadapan keluarga dan masyarakat, Yota Balad menyampaikan pesan penuh motivasi kepada lima calon mahasiswa itu.

“Saya ingin adik-adik ini fokus belajar dan meraih prestasi gemilang, agar nantinya bisa menularkan ilmunya kepada generasi muda, khususnya di Pariaman, ujar Yota.

Tak hanya berupa kata-kata, dukungan juga diwujudkan dalam bentuk bantuan biaya awal dari Baznas Kota Pariaman sebesar Rp3 juta untuk masing-masing mahasiswa.

Kelima mahasiswa ini bukan sembarang pelajar. Sebagian besar di antara mereka adalah hafiz Al-Qur’an. Ada Muhiddin Al Habibie dari Desa Pungguang Ladiang, Fani Mutmainah, serta Habid Manafsah dari Cubadak Mentawai yang akan melanjutkan studi ke Universitas Al-Azhar, Mesir — salah satu universitas Islam tertua di dunia yang berdiri sejak abad ke-10.

Sementara itu, Kafirizal dari Palak Aneh dan Zikri Ramadhan dari Kampung Jawa I mendapat kesempatan belajar di Universitas Madinah, Arab Saudi. Kampus ini dikenal sebagai salah satu pusat studi Islam paling prestisius yang telah melahirkan banyak ulama internasional.

Belajar ke luar negeri tentu bukan perkara mudah. Ada bahasa baru yang harus dikuasai, budaya berbeda yang mesti dipahami, hingga kerinduan pada kampung halaman yang harus ditahan.
Wali Kota Yota Balad mengingatkan agar tantangan itu tidak dianggap hambatan.

“Jadikan cobaan di negeri orang sebagai cambuk untuk semakin gigih belajar, hingga akhirnya bisa kembali membawa manfaat besar bagi Kota Pariaman,” katanya menegaskan.

Pesan ini sejalan dengan banyak kisah diaspora pelajar Indonesia di luar negeri. Data dari Pusat Layanan Pembiayaan Pendidikan (Puslapdik) Kemendikbudristek mencatat ribuan mahasiswa Indonesia saat ini menempuh studi di luar negeri, baik melalui beasiswa pemerintah maupun biaya mandiri. 
Mereka tak hanya pulang dengan ijazah, tetapi juga membawa jaringan global, pengalaman hidup, dan wawasan luas.

Bagi Pariaman, keberangkatan lima anak muda ini lebih dari sekadar cerita pribadi. Ini adalah investasi sosial dan intelektual bagi kota kecil di pesisir Sumatra Barat.

Di tengah arus globalisasi, keberadaan generasi muda yang berilmu agama sekaligus terbuka dengan pergaulan internasional menjadi modal penting untuk membangun daerah. Apalagi, Pariaman sendiri dikenal sebagai kota dengan tradisi religius yang kuat.

Yota Balad menutup pesannya dengan harapan yang sederhana namun dalam:
“Menuntut ilmu di negeri orang bukan hanya soal gelar. Ini soal memperdalam pengetahuan, memperluas wawasan, dan membentuk akhlak mulia.”

Bagi masyarakat Pariaman, kepergian lima anak muda ini menjadi cerita kebanggaan bersama. Dari surau kecil di kampung, mereka menempuh perjalanan jauh hingga ke Kairo dan Madinah. Dari hafalan di bibir, kini mereka bersiap memperdalam ilmu di universitas dunia.

Siapa tahu, beberapa tahun ke depan, mereka akan kembali dengan segudang ilmu dan pengalaman, lalu mengabdikan diri untuk kampung halaman. Karena sesungguhnya, perjalanan ini bukan akhir, melainkan awal dari kontribusi baru untuk Pariaman dan Indonesia.(*)

IKLAN

×
Kaba Nan Baru Update