Padang, pasbana - Sabtu pagi (20/9/2025), Pantai Padang berubah menjadi “panggung” aksi bersih-bersih terbesar tahun ini.
Ratusan orang dari berbagai kalangan—pejabat, mahasiswa, komunitas bank sampah, hingga warga sekitar—berkumpul dengan kaus dan sarung tangan, siap mengangkat sampah dari bibir pantai.
Semua ini digelar untuk merayakan World Cleanup Day 2025, sebuah gerakan global yang tahun ini melibatkan lebih dari 190 negara.
Wakil Wali Kota Padang, Maigus Nasir, hadir langsung membuka kegiatan ini. Dalam sambutannya, ia mengingatkan tantangan yang masih dihadapi kota ini.
“Setiap hari timbulan sampah di Kota Padang mencapai 750 ton. Masih ada sekitar 11 persen yang belum terkelola dengan baik dan justru berakhir di lingkungan atau dibakar,” ujar Maigus.
Pernyataan ini menggambarkan PR besar Padang: mengurangi sampah yang mencemari laut dan daratan. Apalagi, data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menunjukkan bahwa sekitar 34% sampah nasional masih berakhir di alam.
Meski agenda ini digelar setahun sekali, Maigus berharap kegiatan ini tak hanya menjadi rutinitas tahunan.
“Kami ingin ini menjadi titik balik. Kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dunia usaha, dan masyarakat akan menjadikan Padang kota yang lebih bersih, indah, dan nyaman untuk semua,” lanjutnya.
Gerakan ini terasa spesial karena melibatkan berbagai pihak. Komunitas mahasiswa tampak bersemangat mengumpulkan plastik dari pasir pantai, sementara warga sekitar ikut membantu memilah sampah organik dan anorganik. Beberapa bank sampah bahkan langsung menimbang dan mencatat hasilnya.
Pantai dan Ekonomi Warga
Pantai Padang bukan hanya ikon wisata, tapi juga sumber ekonomi bagi banyak warga.
Penjual jagung bakar, pedagang mainan anak, hingga fotografer keliling menggantungkan hidupnya di kawasan ini. Sampah yang menumpuk tentu merusak pemandangan dan bisa mengurangi kunjungan wisata.
Menurut penelitian dari World Bank (2023), setiap 1 ton sampah plastik yang dicegah masuk ke laut dapat menghemat hingga Rp 70 juta biaya kerusakan ekosistem laut.
Artinya, aksi gotong royong ini bukan hanya menjaga kebersihan, tapi juga “menyelamatkan” rupiah.
Udara pagi bercampur aroma laut dan semangat gotong royong. Anak-anak sekolah yang ikut serta tampak antusias, bahkan beberapa memungut sampah sambil berselfie—mungkin bukti bahwa kegiatan ini tak lagi dianggap membosankan.
World Cleanup Day tahun ini seolah menjadi pengingat bahwa menjaga kebersihan bukan tugas satu pihak. Padang, dengan program “Padang Rancak”-nya, sedang membangun budaya baru: bersih itu keren, gotong royong itu gaya hidup.
Dan siapa tahu, tahun depan Pantai Padang bisa jadi salah satu contoh sukses kota pesisir yang menangani sampah dengan baik—dan bukan hanya karena acara bersih-bersih setahun sekali.(*)