Notification

×

Iklan

Iklan

Muhammadiyah Tetap Tegar dan Sejahtera di Usia 113 Tahun

19 November 2025 | 15:14 WIB Last Updated 2025-11-19T08:14:37Z


Refleksi yang Elegan untuk Sebuah Gerakan yang Tak Lekang Zaman

Pasbana - Di republik ini, jika ada organisasi kemasyarakatan yang paling sering dijadikan rujukan soal kemandirian, manajemen modern, dan ketenangan batin menghadapi dinamika zaman, Muhammadiyah layak duduk di kursi depan—tanpa perlu berebut. Kekayaannya? Tentu saja bukan sekadar soal angka ratusan triliun yang kerap jadi bahan bisik-bisik warganet. 

Kekayaan terbesar Muhammadiyah justru terletak pada prinsip yang tidak pernah berubah sejak 1912: bekerja untuk umat, bukan bekerja demi nama.

Rumah sakit, universitas, sekolah, hingga panti asuhan—semuanya tumbuh tanpa embel-embel nama pribadi. Asetnya tidak diwariskan kepada keturunan seorang tokoh, melainkan kepada generasi persyarikatan berikutnya. 

Di era ketika banyak organisasi sibuk mengabadikan nama personal pada gedung dan monumen, Muhammadiyah memilih jalan paling sunyi namun paling kuat: mengabadikan nilai.

Dan justru di situlah letak elegansinya.

Warisan Kyai Dahlan yang Tetap Terasa Hangat


Pada Milad ke-113 bertema "Memajukan Kesejahteraan Bangsa," publik kembali mengingat satu kalimat K.H. Ahmad Dahlan yang terasa seperti kompas moral organisasi modern:

Hidup-hidupilah Muhammadiyah. Jangan mencari hidup di Muhammadiyah.

Kalimat yang sudah seperti terms and conditions tak tertulis ini menjadi fondasi etika warga persyarikatan. Meski, tentu saja, ada saja segelintir oknum yang membacanya dengan filter masing-masing—mirip orang membaca label skincare dengan harapan hasil instan. Tapi nilai utama itu tetap berdiri kokoh: bekerja keras untuk kemaslahatan bersama.

Ada pula wejangan Kyai Dahlan yang jarang dikutip namun sesungguhnya lebih menusuk:
“Kerja keraslah sampai dapat harta yang halal. Cukupkan untuk keluargamu. Jangan mewah. Sisanya dermakan di jalan Allah.”

Inilah yang membuat Muhammadiyah terlihat sederhana tapi bertenaga, tenang tapi produktif. Sebuah ajaran yang, kalau diterjemahkan ke bahasa anak muda, kira-kira berarti: kerja kayak profesional, hidup kayak minimalis, sedekah kayak jutawan.

Sejahtera Tanpa Sorot Sorotan


Keistimewaan Muhammadiyah bukan pada tabungannya yang besar, melainkan pada caranya mengelola amanah. Organisasi ini tumbuh dengan cara yang jarang dipilih banyak lembaga: disiplin, transparan, dan—yang paling sulit dipertahankan—minim drama internal. 

Tidak ada fragmen sinetron soal rebutan aset atau perebutan nama pendiri, sehingga amal usaha tumbuh seperti pohon yang dirawat dengan pola ilmiah, bukan dengan emosi.

Warga Muhammadiyah pun dibentuk untuk bekerja keras tanpa berlebihan dalam gaya hidup. Mobil mewah bukan masalah selama fungsi sosial tetap hidup. Dan di banyak tempat, kita melihat warga Muhammadiyah yang berpenghasilan sederhana, namun konsisten menyisihkan rezekinya untuk sekolah, panti asuhan, atau program sosial.
Inilah kekayaan sejati: ketika nilai menjadi mesin pertumbuhan.

Namun, Elegansi Juga Butuh Kejujuran


Tentu, refleksi tetap perlu. Milad bukan hanya perayaan usia, tetapi pengingat: apakah kesederhanaan masih menjadi napas bersama? Apakah amanah masih dijaga setebal dulu? 

Ada kalanya jabatan membuat sebagian lupa bahwa organisasi ini dibangun oleh gotong royong panjang, bukan ambisi personal yang pendek.

Pertanyaan-pertanyaan seperti ini penting diajukan—bukan sebagai kritik pedas, melainkan bentuk cinta lembut yang menjaga tubuh tetap sehat.

Pelajaran untuk Negeri


Jika nilai Muhammadiyah dijalankan sepenuhnya—kerja keras, hidup sederhana, berbagi tanpa menunggu pujian—maka bukan hanya persyarikatan yang sejahtera, tetapi Indonesia pun ikut merasakan efeknya. 

Di tengah arus konsumerisme yang kian bising, Muhammadiyah hadir seperti ruang tenang: mengingatkan bahwa kesejahteraan tidak harus ditampilkan, cukup dirasakan, dan yang paling penting—dibagikan.

Di usia 113 tahun, Muhammadiyah tidak sekadar bertahan, tetapi terus memproduksi manfaat. Sebuah capaian yang bahkan banyak korporasi besar tidak mampu wujudkan. 

Maka Milad tahun ini layak dirayakan dengan rasa syukur yang dalam, sekaligus doa untuk para tokoh dan warga persyarikatan yang telah kembali ke haribaan Allah.

Mereka yang telah berjuang dalam diam, menanam nilai dalam pengabdian, dan mengantarkan Muhammadiyah menjadi salah satu kekuatan moral dan institusional terbesar negeri ini.

Selamat Milad Muhammadiyah.
Semoga persyarikatan ini terus menjadi pelita—tenang, tidak gaduh, namun konsisten menerangi
.(*) 

IKLAN

×
Kaba Nan Baru Update