Surabaya, pasbana— Ikatan Elektromedis Indonesia (IKATEMI) menggelar Rapat Kerja Nasional (Rakernas) yang dirangkaikan dengan Pekan Ilmiah Tahunan (PIT) ke-1 di Novotel Samator East Surabaya Hotel, Jawa Timur, pada 11–14 Desember 2025.
Kegiatan ini menjadi forum strategis nasional untuk memperkuat peran tenaga elektromedis di tengah percepatan transformasi layanan kesehatan berbasis teknologi dan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI).
Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) IKATEMI, Agus Komarudin, menyatakan Rakernas merupakan agenda rutin organisasi profesi yang tidak hanya membahas program kerja, tetapi juga menjadi wadah temu ilmiah guna memperbarui pengetahuan dan kompetensi anggota sesuai perkembangan teknologi kesehatan terkini.
“Rakernas ini kami rancang sebagai ruang konsolidasi organisasi sekaligus penguatan keilmuan. IKATEMI terus menjalin sinergi dengan pemerintah pusat, provinsi, hingga kabupaten/kota untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, khususnya pada layanan elektromedis,” ujar Agus, Kamis (11/12/2025).
Menurut Agus, IKATEMI juga mendorong pendirian institusi pendidikan dan pelatihan baru untuk mempercepat produksi sumber daya manusia (SDM) elektromedis. Saat ini, IKATEMI telah memiliki lembaga diklat tingkat provinsi yang diproyeksikan menjadi pusat pelatihan dan penghasil tenaga elektromedis berkualitas.
“Kami sudah memiliki lembaga diklat provinsi yang diharapkan mampu menjadi tempat memproduksi tenaga elektromedis yang kompeten dan siap pakai,” jelasnya.
Kekurangan Tenaga Elektromedis Masih Tinggi
Isu keterbatasan jumlah dan pemerataan tenaga elektromedis menjadi sorotan utama dalam forum tersebut. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, Prof. Erwin Astha Triyono, mengungkapkan hingga saat ini Jawa Timur baru memiliki 711 tenaga elektromedis, jumlah yang dinilai belum ideal untuk melayani populasi sekitar 40 juta jiwa.
“Untuk Jawa Timur, idealnya kami membutuhkan minimal 2.000 tenaga elektromedis. Jadi secara jumlah masih kurang, dan tantangan berikutnya adalah pemerataan distribusi di seluruh kabupaten/kota dan rumah sakit,” kata Erwin.
Ia menekankan bahwa mutu layanan kesehatan ke depan tidak dapat dipisahkan dari kemajuan teknologi medis, termasuk penerapan AI. Namun demikian, menurutnya, inovasi teknologi harus tetap berorientasi pada efisiensi dan keterjangkauan layanan.
“Semua harus berkolaborasi. Penerapan teknologi tidak boleh membuat layanan kesehatan menjadi mahal. Efisiensi, efektivitas, dan peningkatan mutu harus berjalan beriringan,” tegasnya.
Kebutuhan Nasional Capai Puluhan Ribu
Kebutuhan tenaga elektromedis secara nasional dinilai semakin mendesak. Direktur Perencanaan Tenaga Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, Laode Musafin M, menyampaikan bahwa saat ini Indonesia hanya memiliki 5.258 tenaga elektromedis yang tersebar di 38 provinsi, dengan 54 persen berada di Pulau Jawa.
“Pada 2025 saja, kebutuhan nasional mencapai 36.817 tenaga elektromedis. Artinya, gap antara kebutuhan dan ketersediaan sangat besar dan tidak bisa ditawar lagi,” ujar Laode saat menjadi pembicara pada Simposium Internasional bertema The Role of Electromedical in Supporting the SIHREN.
Ia menjelaskan, kekurangan tersebut semakin terasa seiring meningkatnya penggunaan peralatan medis canggih, digitalisasi rumah sakit, serta pemanfaatan AI, khususnya untuk penanganan penyakit prioritas seperti kanker, jantung, stroke, uronefrologi, dan kesehatan anak.
Laode menambahkan, pemerintah telah menyusun perencanaan SDM kesehatan berbasis wilayah hingga 2032. Saat ini, Kementerian Kesehatan juga tengah berkoordinasi dengan Kementerian Pendidikan Tinggi untuk mereviu moratorium pembukaan program studi elektromedis.
“Kami sepakat bahwa pembukaan program studi elektromedis harus berbasis perencanaan kebutuhan nasional agar produksi tenaga cukup dan distribusinya merata,” tegasnya.
PIT ke-1 IKATEMI dan Rekor MURI
Pekan Ilmiah Tahunan (PIT) ke-1 IKATEMI mengusung tema “Towards the Role of Global Electromedical in Supporting Efficient Health Facility Service Operations”. Kegiatan ini diisi dengan simposium internasional, presentasi oral, serta berbagai lokakarya spesialisasi.
Sedikitnya lima kelas workshop premium digelar, meliputi Manajemen Risiko dan Quality Assurance Fasilitas Pelayanan Kesehatan, Radiologi (Cath Lab, MRI/CT, dan USG), Life Support ICU dan Sistem Utilitas, Maternal, serta bidang spesialisasi lainnya. Sejumlah tamu dan sahabat biomedical global turut hadir, menandai langkah awal IKATEMI menuju penguatan jejaring internasional.
Sebagai bagian dari rangkaian acara, IKATEMI juga mencatatkan rekor Museum Rekor-Dunia Indonesia (MURI) melalui kegiatan pemeliharaan tensimeter terbanyak yang dilakukan secara serentak oleh tenaga elektromedis di seluruh Indonesia. Dan dimeriahkan juga dengan Ikatemi Fun Run 5K .
Perkuat Kolaborasi dan Standar Profesi
Menutup rangkaian kegiatan, Agus Komarudin menegaskan komitmen IKATEMI untuk terus berkolaborasi dengan pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan dalam mempercepat pemenuhan tenaga elektromedis nasional.
“Kami siap menjadi bagian dari proses produksi tenaga elektromedis, meningkatkan kapabilitas dan pembaruan kompetensi setiap tahun, serta membawa standar profesi elektromedis Indonesia ke tingkat global,” pungkasnya.
Melalui Rakernas dan PIT perdana ini, IKATEMI diharapkan mampu menjadi motor penggerak penguatan SDM elektromedis, sekaligus mendukung transformasi kesehatan nasional agar layanan kesehatan Indonesia semakin berkualitas, efisien, dan berdaya saing global.(*)







