Pasbana -Tiap kali kalender Islam berputar dan kembali ke tanggal 1 Muharram, ada sesuatu yang lebih dalam dari sekadar pergantian waktu. Bukan hanya angka tahun yang berubah, tapi juga semangat dan harapan yang ingin disegarkan.
Tahun Baru Islam — atau yang lebih dikenal dengan 1 Muharram — bukan sekadar seremoni rutin, tapi momentum spiritual yang sarat makna, refleksi, dan arah baru dalam hidup seorang Muslim.
Berbeda dengan pesta kembang api yang menyambut 1 Januari, suasana 1 Muharram justru lebih hening, penuh perenungan, namun tidak kalah hangatnya. Di balik ketenangan itu, tersimpan ajakan untuk kembali memaknai hidup dan mempersiapkan langkah baru dengan lebih bijak.
Yuk, kita selami makna dan cerita inspiratif di balik datangnya Tahun Baru Islam ini!
Apa Itu 1 Muharram?
Tahun Baru Islam, atau Ras As-Sanah Al-Hijriyah, menandai awal bulan Muharram dalam kalender Hijriyah — sistem penanggalan Islam yang dimulai dari peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Madinah.Peristiwa itu bukan sekadar pindah kota, tapi simbol perjuangan, pembebasan, dan pembentukan masyarakat baru yang lebih adil dan bermartabat.
Penetapan 1 Muharram sebagai awal tahun baru sendiri dimulai pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab. Menurut catatan sejarah, tepatnya pada tahun ke-17 Hijriyah, Umar dan para sahabat memutuskan untuk menjadikan tahun hijrahnya Rasulullah sebagai titik awal penanggalan Islam.
Maka lahirlah kalender Hijriyah yang digunakan hingga kini, dan 1 Muharram pun menjadi momen sakral bagi umat Muslim di seluruh dunia.
Bukan Sekadar Tahun Baru, Tapi Hijrah Hati
Menurut Ustaz Adi Hidayat, seorang cendekiawan Muslim, 1 Muharram bukan hanya tentang memperingati waktu, tapi juga mengajak kita untuk berhijrah secara batin: dari gelisah menuju tenang, dari lalai menuju taat, dari stagnasi menuju progres. (Sumber: Youtube AHL Channel, 2023)
“Hijrah sejati adalah perubahan yang terjadi di dalam hati dan tercermin dalam perbuatan,” katanya dalam salah satu kajian daringnya.
Makna itu pulalah yang kini mulai digaungkan lebih luas, terutama oleh generasi muda yang menginginkan tahun baru yang bukan hanya ramai di luar, tapi juga berarti di dalam jiwa.
7 Cara Ringan Memaknai Tahun Baru Islam
Muharram disebut sebagai “Syahrullah” (Bulan Allah), menjadikannya salah satu bulan paling mulia setelah Ramadan.
Maka, memulainya dengan doa, niat baik, dan amal saleh diyakini akan membawa keberkahan sepanjang tahun.
Waktu Merenung dan Introspeksi Diri
Seperti mengevaluasi resolusi tahun lalu, Muharram mengajak kita meninjau ulang hubungan kita dengan Allah dan sesama.
Apakah kita sudah cukup bersyukur? Sudahkah memberi maaf dan memaafkan?
Belajar Sadar dalam Ujian Hidup
Tak semua yang pahit buruk. Kadang ujian adalah cara Allah menunjukkan potensi terbaik kita. Tahun baru jadi waktu yang tepat untuk belajar menerima dan memperbaiki sikap dalam menghadapi ujian.
Istighfar: Kunci Awal yang Ringan Tapi Bermakna
Membuka tahun dengan istighfar adalah bentuk kesadaran bahwa manusia penuh khilaf. Ini bukan bentuk kelemahan, tapi justru kekuatan: karena hanya orang yang sadar yang bisa berubah.
Menumbuhkan Harapan Baru
Apapun yang terjadi di tahun sebelumnya — kehilangan, kegagalan, penyesalan — 1 Muharram adalah waktu untuk bangkit. Harapan adalah energi, dan harapan yang digantungkan pada Allah takkan pernah sia-sia.
Rayakan dengan Ibadah, Bukan Hura-Hura
Berpuasa pada tanggal 9 dan 10 Muharram (Tasu’a dan Asyura) adalah ibadah yang sangat dianjurkan. Diriwayatkan dalam hadis, puasa Asyura bisa menghapus dosa setahun yang lalu. (HR. Muslim)
Bergerak Menuju Kesempurnaan Diri
Tahun baru adalah awal untuk menyusun rencana hidup yang lebih bermakna. Bukan hanya untuk dunia, tapi juga akhirat. Mulailah dengan satu langkah kecil: salat tepat waktu, sedekah harian, atau lebih rajin belajar agama.
Tak Lengkap Tanpa Menyentuh Sejarah
Dari sejarahnya, bulan ini penuh dengan peristiwa penting. Selain hijrahnya Nabi Muhammad SAW, di bulan Muharram juga terjadi penyelamatan Nabi Musa AS dari kejaran Fir’aun — yang kemudian diabadikan sebagai alasan puasa Asyura. Bahkan, tragedi Karbala yang menimpa cucu Nabi, Husain bin Ali, terjadi di bulan ini, mengingatkan kita akan pentingnya berdiri teguh pada kebenaran meski harus berkorban besar.
Menutup Tahun, Membuka Hati
Kalau kamu ingin memulai tahun baru yang berbeda, cobalah langkah sederhana: bersihkan hati, perbanyak doa, dan tebarkan kebaikan.
Tidak perlu muluk-muluk. Bahkan hanya dengan mengucapkan “Selamat Tahun Baru Hijriyah” kepada orang sekitar dengan tulus, itu sudah jadi awal hijrah yang manis.
Semangat Baru, Harapan Baru
“Sesungguhnya orang yang berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezeki yang banyak.” (QS. An-Nisa: 100)
Selamat Tahun Baru Hijriyah 1447 H. Semoga setiap langkah kita di tahun ini lebih ringan, lebih berarti, dan lebih dekat kepada Allah.(*)