Padang Panjang, pasbana -- Sanggar Seni Sikambang Manih, Padang Panjang, meluncurkan film dokumenter dan buku fotografi bertajuk Sikerei: Sang Penjaga Tarian Ritual Turuk Laggai, Senin (30/6/2025), malam, di Rumah Budaya Fadli Zon, Aie Angek Cottage, Tanah Datar, Sumatera Barat.
Tarian Ritual Turuk Laggai merupakan tarian tradisional masyarakat Mentawai yang terinspirasi dari gerakan hewan dan alam sekitar.Kursus seni online
“Tarian ini tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga sebagai bagian dari ritual pengobatan dan upacara adat,” ujar Ketua Sanggar Seni Sikambang Manih, Dr. Susas Rita Loravianti, S.Sn., M.Sn., yang juga bertindak sebagai Ketua Pelaksana dalam sambutannya malam itu.
Turut hadir Menteri Kebudayaan RI diwakili Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah III, Nurmatias, Wakil Wali Kota Padang Panjang, Alex Saputra, Sekda Kepulauan Mentawai, Martinus Dahlan, didampingi Staf Ahli, Wakil Rektor II ISI Padang Panjang, Dr. Iswandi, S.Pd., M.Pd., seniman dan budayawan Sumatera Barat, serta sejumlah undangan lainnya.Kursus seni online
Menurut Susas Rita Loravianti, penggarapan film dokumenter dan buku fotografi Sikerei: Sang Penjaga Tarian Ritual Turuk Laggai yang dikelola sanggar ini merupakan bagian dari Program Pemanfaatan Dana Abadi Indonesiana Kategori Dokumentasi Karya/Pengetahuan Maestro dan OPK Rawan Punah Tahun 2024–2025.
“Kami memilih Sikerei sebagai maestro karena dalam penelitian kami belum ada film maupun foto pendokumentasian tentang maestro Sikerei. Harapannya, dari pendokumentasian ini, ilmu pengetahuan dan pengalaman Sikerei dapat ditularkan kepada generasi muda, sekaligus menjadi upaya bersama memajukan kebudayaan Mentawai sebagai bagian dari kebudayaan Sumatera Barat,” ujarnya.
Sanggar Seni Sikambang Manih, ungkap Susas Rita Loravianti, terdiri dari dosen dan mahasiswa Institut Seni Indonesia (ISI) Padang Panjang yang berkonsetrasi pada kegiatan seni dan budaya.Kursus seni online
“Kami sangat bersyukur usaha yang kami lakukan mendapat dukungan pemerintah melalui pemanfaatan Dana Indonesiana,” tambahnya.
Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah III, Nurmatias, dalam sambutannya mengatakan, Sikerei merupakan salah satu wujud kearifan lokal di Mentawai. Dahulu, masyarakat kesulitan mencari dokter, sehingga keberadaan Sikerei menjadi solusi bagi kesehatan masyarakat Mentawai.
“Harapannya, meskipun kini kita hidup di era modern, kenyataannya kita tidak bisa meninggalkan ilmu pertabiban yang ada di Mentawai,” ujarnya.
Ia menyebutkan, jumlah Sikerei saat ini semakin berkurang di Mentawai. Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah III memiliki tugas untuk memastikan agar tradisi Sikerei dapat terus dikembangkan.
“Kita perlu tuo-tuo adat atau Sikerei yang mampu menurunkan ilmu dan pengalamannya agar kita tidak kehilangan Sikerei. Kegiatan seperti yang dilakukan Sanggar Seni Sikambang Manih ini adalah salah satu upaya agar Sikerei tidak punah,” tutur Nurmatias.
Ia juga mengajak para pelaku seni dan budaya lainnya untuk memanfaatkan Program Dana Indonesiana yang diberikan pemerintah sebagai dukungan pendanaan berbasis dana abadi.
“Dana ini dikelola untuk memajukan kebudayaan, termasuk fasilitasi bagi komunitas dan pelaku budaya, produksi kegiatan kebudayaan, produksi media, dan program layanan lainnya,” imbuhnya.
Sementara itu, Wakil Wali Kota Padang Panjang, Alex Saputra, dalam sambutannya menyatakan bahwa kolaborasi antardaerah sangat penting dalam rangka memajukan kebudayaan.
Pemerintah Kota Padang Panjang pun memberikan apresiasi kepada Sanggar Seni Sikambang Manih atas upaya pendokumentasian karya maestro.
“Kami, sebagai Pemerintah Kota Padang Panjang, memberikan dukungan dengan semangat kolaborasi kepada para pelaku seni di Padang Panjang,” kata Alex.
Peluncuran film dokumenter dan buku fotografi Sikerei: Sang Penjaga Tarian Ritual Turuk Laggai juga menghadirkan tokoh Sikerei dari Mentawai yang menampilkan tarian ritual Turuk Laggai.
Sikerei adalah sebutan bagi dukun dalam budaya Suku Mentawai yang dipercaya memiliki kekuatan spiritual dan kedekatan dengan roh leluhur, sehingga mampu menyembuhkan berbagai penyakit dan menjaga keseimbangan spiritual masyarakat. (rls)