Notification

×

Iklan

Iklan

Wajah Bercahaya, Hati Lapang: Menggali Manfaat Kebaikan dari Alquran

02 Juli 2025 | 06:59 WIB Last Updated 2025-07-01T23:59:27Z


Pasbana - Pernahkah Anda bertemu seseorang yang wajahnya begitu menenangkan? Senyumnya tulus, tutur katanya lembut, dan keberadaannya terasa menguatkan, bahkan tanpa banyak bicara? 

Bisa jadi, itulah pantulan dari kebaikan yang hidup dalam dirinya.

Dalam tradisi Islam, kebaikan bukan hanya urusan pahala semata. Lebih dari itu, Alquran dan Hadis menggambarkan bahwa kebaikan membawa efek nyata pada wajah, tubuh, bahkan rezeki dan ketenangan batin.

Cahaya Kebaikan dari Alquran


Alquran menyebutkan bahwa amal saleh dan perbuatan baik tidak hanya menjadi investasi akhirat, tapi juga memancarkan "nur" atau cahaya dalam kehidupan dunia.

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka kebahagiaan dan tempat kembali yang baik."
(QS. Ar-Ra’d: 29)

Dalam tafsir Ibn Kathir, dijelaskan bahwa "nur" kebaikan itu memancar dari hati yang ikhlas, menyinari wajah, menyehatkan tubuh, serta membuka pintu-pintu rezeki.

Bahkan dalam hadis riwayat Ahmad disebutkan:
"Sesungguhnya kebaikan itu menjadikan wajah bersinar, hati tenteram, tubuh kuat, rezeki luas, dan dicintai oleh semua makhluk."
(HR. Ahmad)

Sains Bicara: Kebaikan Bikin Sehat?


Ternyata, ilmu pengetahuan modern pun mendukung hal ini. Penelitian di Harvard University (2016) menunjukkan bahwa perilaku penuh empati dan kebaikan memicu pelepasan hormon endorfin dan oksitosin, dua zat kimia bahagia yang berperan penting dalam kesehatan fisik dan mental.

Senyum yang tulus, misalnya, terbukti meningkatkan sistem imun, menurunkan tekanan darah, hingga membuat seseorang lebih awet muda (American Psychological Association, 2017).

Tubuh manusia merespons kebaikan dengan positif. Energi lebih stabil, tidur lebih nyenyak, dan stres berkurang. Tak heran jika orang-orang baik cenderung tampak "lebih bercahaya".

Rezeki Tak Sekadar Materi


Rezeki sering diartikan sempit sebagai uang. Padahal dalam perspektif Islam, rezeki adalah segala bentuk keberkahan, termasuk kesehatan, keluarga harmonis, dan kemudahan hidup.
Kebaikan melahirkan ketenangan. 

Dan dari ketenangan, datanglah fokus, kerja keras, dan relasi sosial yang lebih baik. Ini semua adalah pintu-pintu rezeki yang mungkin tak kasatmata, namun sangat nyata dirasakan.

Ketika Kebaikan Ditinggalkan


Sebaliknya, Alquran dan hadis juga menjelaskan bahwa keburukan membawa efek negatif, baik fisik maupun psikis. Wajah menjadi kusam, hati gelisah, tubuh lemas, rezeki sempit, bahkan dijauhi oleh orang-orang di sekitar.

"Sesungguhnya dosa-dosa membuat wajah menjadi hitam, tubuh menjadi lemah, dan rezeki menjadi tertutup."
(Hadis Riwayat Ibnu Abbas, dalam Tafsir Ibnu Katsir)

Dari sisi psikologi, perasaan bersalah dan kebencian dapat menyebabkan stres kronis, penurunan imun tubuh, hingga gangguan jantung. Itulah mengapa, orang yang memelihara dendam dan amarah cenderung lebih rentan terhadap penyakit.

Menjadi Sumber Cahaya bagi Sekitar


Kebaikan itu seperti lilin. Ia tak akan kehilangan apinya meski menyalakan cahaya bagi banyak orang.

Mulai dari hal sederhana: senyum, sapaan hangat, menolong orang tua menyeberang, atau menahan amarah. 

Semua itu adalah bentuk kebaikan yang punya efek besar, bukan hanya untuk orang lain, tetapi untuk diri sendiri.

Kebaikan bukanlah sekadar tindakan moral, tapi sebuah jalan hidup yang berdampak langsung pada jiwa, fisik, dan lingkungan. Dari sisi spiritual hingga ilmiah, terbukti bahwa orang-orang baik adalah mereka yang paling sehat, paling dicintai, dan paling bersyukur dalam hidupnya.

Maka jika ingin wajah bersinar, tubuh bugar, hati tenang, dan rezeki lapang, mulailah dari satu langkah: berbuat baik.(*) 

IKLAN

×
Kaba Nan Baru Update