Notification

×

Iklan

Iklan

Kota Tua Padang: Napas Sejarah yang Menyapa Masa Depan Kreatif

08 Agustus 2025 | 08:33 WIB Last Updated 2025-08-08T01:33:32Z


Padang, pasbana - Di tengah riuhnya perayaan Hari Jadi Kota Padang ke-356, ada satu momen yang begitu lekat di ingatan para peserta Rapat Koordinasi Nasional Indonesia Creative Cities Network (Rakornas ICCN) 2025 — sebuah langkah kaki menuju lorong-lorong waktu di Kota Tua Padang.

Kawasan yang terletak tak jauh dari pusat kota ini tak sekadar memamerkan bangunan tua. Ia adalah sisa napas sejarah, tempat di mana dinding-dinding bersuara, dan warna-warna lusuh bangunan menjadi kanvas dari ratusan tahun perjalanan bangsa.

Melangkah di Lorong Sejarah


Bagi Nur Elsa, peserta dari Kalimantan Tengah, kunjungan ke Kota Tua Padang adalah pengalaman yang lebih dari sekadar wisata.

"Tiap tempat seperti punya cerita. Warna-warna bangunannya, terutama putih-putih yang memudar, terasa menyimpan makna. Rasanya seperti menyentuh lembaran sejarah yang hidup," ujarnya, Kamis (7/8/2025), dengan mata masih menyapu bangunan tua yang berdiri kokoh.

Arsitektur kolonial Belanda yang mendominasi kawasan ini memang menjadi daya tarik utama. Menara tinggi, jendela besar berjeruji, dan detail ukiran klasik menyiratkan keanggunan masa lalu yang masih bertahan.

Tak heran, Elsa mengaku seolah sedang berada di dalam adegan film perjuangan.

“Seperti nonton dokumenter, tapi versi nyata,” katanya sambil tertawa kecil.

Dari Jejak Lama Menuju Gairah Baru


Namun Kota Tua Padang bukan hanya tentang nostalgia. Bagi Dimas, delegasi dari Kota Semarang, kawasan ini menyimpan potensi ekonomi kreatif yang luar biasa — sebuah ruang urban yang tak hanya menyimpan masa lalu, tapi juga menyambut masa depan.

“Ini bukan sekadar tempat wisata sejarah. Tempat seperti ini bisa menjadi ekosistem baru bagi pelaku industri kreatif, terutama generasi muda,” katanya dengan semangat.

Ia menyarankan aktivasi ruang kreatif, seperti pameran seni, pertunjukan musik jalanan, galeri temporer, hingga kafe bertema vintage, yang dapat menyatu dengan atmosfer lama tanpa menghilangkan orisinalitasnya.

“Justru elemen vintage ini yang lagi naik daun sekarang. Kalau digarap serius, bisa jadi tempat nongkrong anak muda sekaligus ladang ide kreatif,” jelas Dimas.

Warisan Kolonial yang Jadi Magnet Baru


Kota Tua Padang sebenarnya menyimpan banyak potensi yang belum sepenuhnya tergarap. Menurut data dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Sumatera Barat, ada lebih dari 70 bangunan bersejarah di kawasan ini, yang sebagian besar berasal dari era kolonial Belanda dan Jepang.

Beberapa di antaranya, seperti Gedung Geo Wehry & Co, Pelabuhan Muara, dan gudang tua peninggalan VOC, sudah menjadi ikon visual yang diabadikan lensa kamera para wisatawan.

Namun tantangannya kini adalah bagaimana menjadikan Kota Tua bukan hanya sebagai tempat selfie atau nostalgia, tapi juga sebagai ruang hidup baru bagi warga dan pelaku kreatif.

Langkah semacam ini sudah dilakukan di beberapa kota lain. Lihat saja Kota Lama Semarang yang kini menjadi pusat event budaya, atau Kota Tua Jakarta yang rutin menggelar pertunjukan seni dan festival komunitas. 

Konsep revitalisasi kawasan berbasis ekonomi kreatif sudah terbukti bisa meningkatkan kunjungan, membuka lapangan kerja, dan memperkuat identitas kota.

Sentuhan Modern, Tapi Tetap Menjaga Jiwa Lama


Bagi Elsa, melestarikan Kota Tua bukan berarti membiarkannya usang. Ia justru membayangkan sentuhan warna yang lebih hidup, mural yang kontekstual, dan pencahayaan artistik di malam hari yang menghidupkan cerita lama tanpa menghapus karakternya.

“Klasik tetap, tapi ada unsur segarnya. Jadi orang muda juga betah berlama-lama,” ucapnya.
Harapan ini sejalan dengan semangat Rakornas ICCN 2025 yang mengusung tema “Kota Kreatif, Ruang Inklusif”.

Kunjungan ke Kota Tua Padang seolah jadi refleksi nyata bahwa kreativitas tidak hanya tumbuh di gedung-gedung baru, tapi juga bisa berakar dari bangunan tua yang jujur pada sejarahnya.

Kota Tua Padang mungkin selama ini hanya dikenal sebagai spot foto atau sudut sunyi yang kerap terabaikan. Tapi dari sudut pandang para peserta Rakornas ICCN, ia menyimpan denyut baru — napas sejarah yang siap menyambut masa depan penuh kreasi

Tinggal bagaimana langkah ke depan diarahkan, agar tempat ini tidak hanya indah di mata, tapi juga hidup di hati warganya. Makin tahu Indonesia. (*) 

IKLAN

×
Kaba Nan Baru Update