Notification

×

Iklan

Iklan

Menengok Fakta Unik Belanja Sembako Rumah Tangga di Indonesia

06 Agustus 2025 | 07:49 WIB Last Updated 2025-08-06T00:53:32Z


Pasbana - Lebih dari sekadar daftar belanjaan, pengeluaran untuk sembilan bahan pokok (sembako) ternyata menyimpan cerita menarik tentang pola hidup dan ketahanan ekonomi rumah tangga di Indonesia.

Sebuah fakta unik terungkap, di mana lebih dari separuh anggaran belanja harian masyarakat dialokasikan khusus untuk memenuhi kebutuhan pangan.

Data menunjukkan bahwa porsi pengeluaran untuk makanan bisa mencapai lebih dari 50% dari total pengeluaran rumah tangga.

Angka ini secara jelas menggambarkan betapa vitalnya peran sembako dalam menjaga stabilitas ekonomi keluarga, bahkan menopang ekonomi nasional.

Nasi: Raja di Meja Makan dan Kantong Belanja


Dalam deretan panjang sembako, satu komoditas menempati posisi teratas sebagai penyedot anggaran belanja terbesar: beras
Tak bisa dimungkiri, nasi adalah makanan pokok utama yang tak tergantikan bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. 

Konsumsi beras rata-rata yang mencapai lebih dari 90 kg per kapita per tahun membuat komoditas ini menyerap porsi belanja yang sangat signifikan.
Kondisi ini menegaskan bahwa fluktuasi harga beras akan secara langsung berdampak pada daya beli masyarakat.

Musim Lebaran, Musim Siaga Harga


Fenomena tahunan yang tak terhindarkan adalah kenaikan harga sembako menjelang bulan suci Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri. 
Lonjakan permintaan yang drastis mendorong harga-harga bahan pokok melonjak. Ini menjadi tantangan besar bagi banyak keluarga yang harus menyiapkan anggaran ekstra agar stok pangan tetap aman selama periode hari raya.

Dampak dari kenaikan ini terasa paling berat bagi masyarakat menengah ke bawah. Data menunjukkan bahwa kenaikan harga sembako bisa menggerus hingga 70% pendapatan harian mereka. 

Kondisi ini menyoroti kerentanan ekonomi masyarakat berpenghasilan rendah terhadap gejolak harga pasar.

Warung dan Pasar Tradisional: Jantung Perekonomian Lokal yang Bertahan


Meskipun minimarket dan supermarket modern kini menjamur di setiap sudut kota, ternyata lebih dari 60% rumah tangga Indonesia masih setia mengandalkan warung dan pasar tradisional untuk berbelanja sembako. 

Alasan utamanya adalah harga yang cenderung lebih murah dan keleluasaan untuk menawar. Hal ini membuktikan bahwa, di tengah modernisasi, warung dan pasar tradisional tetap menjadi tulang punggung perekonomian lokal dan sumber penghidupan bagi banyak pedagang kecil.

Fakta-fakta ini memberi kita gambaran lebih dalam tentang kompleksitas pengeluaran sembako di Indonesia. 

Dari dominasi beras hingga peran tak tergantikan pasar tradisional, setiap kebiasaan belanja menyimpan makna ekonomi dan sosial yang mendalam. Makin tahu Indonesia.(*) 

IKLAN

×
Kaba Nan Baru Update