Notification

×

Iklan

Iklan

“Fun Holiday” di Kota Pariaman: Ajang Seru untuk Menghidupkan Kembali Permainan Tradisional Anak

03 Juli 2025 | 14:48 WIB Last Updated 2025-07-03T07:48:36Z



Pariaman, Pasbana - Di tengah era digital yang nyaris menenggelamkan permainan tradisional anak, sebuah inisiatif sederhana namun penuh makna hadir di Desa Tungkal Selatan, Kecamatan Pariaman Utara, Kota Pariaman. Kamis pagi (3/7/2025) itu, tawa riang dan teriakan ceria anak-anak kembali menggema di lapangan desa. 

Mereka berlarian, saling mengejar, bermain lompat tali, galah panjang, congklak, dan berbagai permainan tempo dulu yang perlahan mulai dilupakan.

Semua ini adalah bagian dari "Fun Holiday", sebuah kegiatan kolaboratif antara Pemerintah Desa Tungkal Selatan, Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Kota Pariaman, serta Forum Anak Kota Pariaman. 

Tujuannya? Mengajak anak-anak lepas sejenak dari jeratan gadget dan kembali merasakan indahnya bermain secara fisik dan sosial bersama teman sebaya.

"Kami ingin anak-anak kembali mengenal permainan tradisional. Ini warisan budaya yang kaya nilai edukatif, sosial, dan kesehatan," ujar Plt. Kepala DP3AKB Kota Pariaman, Yulia, yang turut hadir dalam acara tersebut bersama sejumlah tokoh lainnya seperti Kabid Pendidikan Non Formal Disdikpora Yurnal, Camat Pariaman Utara Adi Nugraha beserta istri, serta BPD dan tokoh adat setempat.

Menurut Yulia, kegiatan ini merupakan bentuk nyata kepedulian terhadap tumbuh kembang anak di tengah zaman serba digital. "Kami senang sekali melihat antusiasme anak-anak. Semangat mereka adalah cermin bahwa permainan tradisional belum mati, hanya butuh ruang dan dukungan."

Wali Kota Pariaman, Yota Balad, menyampaikan pesan penting kepada para orang tua. Ia mengajak seluruh keluarga untuk terlibat aktif dalam membimbing anak-anak keluar dari kebiasaan bermain gadget secara berlebihan.

“Tanpa dukungan orang tua, kegiatan seperti ini tidak akan berjalan. Anak-anak butuh dorongan untuk bersosialisasi, bermain bersama, dan menggerakkan tubuh mereka. Kita tidak bisa biarkan mereka terpaku pada layar seharian,” ucapnya.

Data dari Kementerian Kesehatan RI mendukung kekhawatiran ini. Studi tahun 2023 menunjukkan bahwa 68% anak usia 5–12 tahun di Indonesia menghabiskan lebih dari 4 jam sehari di depan layar gadget, yang berpotensi menimbulkan gangguan penglihatan, obesitas, dan masalah perkembangan sosial.

Kegiatan Fun Holiday ini bukan hanya tentang nostalgia permainan masa kecil, tetapi juga tentang membangun kembali kebersamaan, nilai-nilai kekeluargaan, dan budaya gotong-royong yang mulai memudar. Anak-anak tidak hanya bermain, mereka belajar bekerja sama, menyelesaikan konflik kecil, dan tentu saja—tertawa bersama.

Menariknya, orang tua dan tokoh masyarakat juga ikut terlibat. Mereka tak sekadar menjadi penonton, tapi ikut membantu mengenalkan permainan dan mendampingi anak-anak. “Kami berharap kegiatan ini rutin digelar, tidak hanya saat liburan, tapi bisa menjadi bagian dari pendidikan karakter berbasis budaya lokal,” harap Yurnal, Kabid Pendidikan Non Formal Disdikpora.

Permainan tradisional seperti egrang, engklek, dan gobak sodor bukan sekadar hiburan zaman dulu. Ia adalah warisan budaya, cermin dari kreativitas dan kearifan lokal yang terbentuk dari interaksi sosial dan nilai-nilai kehidupan. UNESCO sendiri telah mendorong berbagai negara untuk melestarikan permainan rakyat sebagai bagian dari intangible cultural heritage.

Kota Pariaman dengan program seperti Fun Holiday ini telah mengambil langkah kecil namun berarti. Tidak hanya menyelamatkan permainan tradisional dari kepunahan, tetapi juga menyelamatkan generasi muda dari kesepian digital.

“Anak-anak adalah masa depan kita. Permainan tradisional adalah jembatan menuju masa depan yang lebih sehat dan berkarakter,” pungkas Camat Adi Nugraha.(*)

IKLAN

×
Kaba Nan Baru Update