Notification

×

Iklan

Iklan

Kota Literasi Sebagai Ikon Padang Panjang Mencapai Predikat Kota Kreatif

01 Agustus 2019 | 12.27 WIB Last Updated 2019-08-01T05:27:36Z
Oleh: INDRA UTAMA
(Pengamat Kebudayaan)


Pasbana.com -- Ada dua kata kunci yang dapat dihubungkan berkaitan proses pembangunan kota Padangpanjang dewasa ini, yaitu kata LITERASI dan KOTA KREATIF.

Kata LITERASI adalah merujuk kepada kegiatan menjelajah ruang afektif dan koqnitif, mengeksplorasi psikomotorik, mengamati alam sekitar, membaca kehidupan, dan menuliskan semua hasil pengamatan untuk tujuan meningkatkan kecerdasan masyarakat bagi mencapai kesejahteraan lahir dan batin secara lebih baik dan dilakukan secara bersenang-senang. Sedangkan istilah KOTA KREATIF adalah merujuk kepada konsep pembangunan ekonomi kreatif masyarakat kota melalui kegiatan-kegiatan yang mengintensifkan informasi dan kreativitas dengan mengedepankan ide dan pengetahuan dari sumber daya manusia masyarakat kota sebagai faktor produksi yang paling utama.

Tidak dapat dipungkiri, kegiatan literasi di kota Padangpanjang dewasa ini tampak semakin bergairah dengan bertumbuhnya Taman Bacaan Masyarakat (TBM) di berbagai pelosok kota. Setidaknya, di Padangpanjang sudah ada sebanyak 26 TBM yang diusahakan oleh masyarakat secara mandiri sebagai aktivitas yang menyenangkan baik secara perorangan maupun secara berkelompok. TBM-TBM yang baru nampaknya akan terus tumbuh di Padangpanjang karena disadari memang memberikan manfaat yang sangat baik di dalam kehidupan masyarakat Padangpanjang itu sendiri.

Penubuhan semua TBM itu disokong oleh Forum Penggiat Literasi kota Padangpanjang yang bertindak sebagai motivator dan berkolaborasi dengan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan kota Padangpanjang sebagai lembaga pendamping.

Adapun fokus kegiatan yang dilakukan oleh TBM-TBM itu nampak bervariasi sesuai kecirian yang diinginkannya. Selain dari kegiatan baca tulis, beberapa TBM juga melaksanakan kegiatan bermain untuk anak-anak usia sekolah, mendongeng, bimbingan belajar, mengarang, baca puisi, bermain musik, menyanyi, dan diskusi kebudayaan.

Hampir semua keberadaan TBM itu disertai dengan pendirian warung-warung sederhana untuk menghidupi kegiatan literasi yang diusahakan oleh pemiliknya. Dalam hal ini, terlihat ada kolaborasi antara kegiatan literasi dengan usaha bernilai ekonomi.

Memandangkan kegiatan literasi di Padangpanjang semakin semarak, maka pada bulan Maret 2019 yang lalu kota Padangpanjang telah memproklamirkan dirinya menjadi KOTA LITERASI melalui sebuah kegiatan festival yang rencananya akan dilaksanakan setiap tahun dengan sebutan FESTIVAL LITERASI. Festival Literasi pada tahun ini nampak ramai dikunjungi masyarakat dari dalam kota Padangpanjang dan luar kota dengan sangat antusias. Kononnya, penggiat literasi dari Aceh dan Riau juga ikut meramaikan acara festival literasi tersebut. Berbagai kegiatan dilaksanakan pada acara Festival Literasi itu antara lain adalah pameran buku, diskusi terbuka, baca puisi, dan pentas seni.

Akhir-akhir ini muncul pula wacana dari pemerintah kota untuk menjadikan Padangpanjang mencapai predikat KOTA KREATIF. Wacana tersebut muncul karena dipicu oleh konsep pembangunan ekonomi kreatif yang dihembuskan Badan Ekonomi Kreatif Indonesia (BeKraf) dengan melihat potensi kreatif masyarakat Padangpanjang dalam berbagai kegiatan kreativitas yang berkembang di tengah kehidupan masyarakat Padangpanjang, seperti produksi barang seni, kerajinan, kuliner, disain, fashion, filem, fotografi, senirupa dan seni pertunjukan yang memang tumbuh dengan baik di Padangpanjang meskipun masih dilaksanakan secara terpisah dan perorangan. 

Kota Padangpanjang memang beruntung karena memiliki lembaga pendidikan tinggi kesenian, sekolah-sekolah umum dan kejuruan serta lembaga pendidikan agama yang sudah dikenal sejak lama.

Kota Kreatif adalah kota yang mampu memperbaiki lingkungan urban serta menciptakan atmosfir kota yang inspiratif melalui pengembangan potensi ekonomi kreatif. Dikutip dari laman UNESCO menyatakan ada beberapa indikator untuk mencapai predikat Kota Kreatif, seperti kota tersebut memiliki sejarah; memiliki potensi ekonomi dan dinamika kegiatan kebudayaan; memiliki tempat pameran, konferensi, dan konvensi untuk kegiatan bertaraf lokal, nasional, dan internasional; memiliki fasilitas untuk melaksanakan festival; memiliki tempat-tempat kursus untuk membina kreativitas; memiliki sekolah kejuruan dan sekolah kesenian; memiliki pusat penelitian dalam bidang kreatif; memiliki ruang-ruang budaya yang didedikasikan untuk berlatih, promosi dan sosialisasi dalam bidang kreatif; adanya peran profesional masyarakat sipil non-pemerintah yang aktif; adanya kebijakan pemerintah untuk mendukung karya kreatif serta pengembangan industri kreatif; adanya inisiatif kerjasama internasional dalam bidang kreatif; dapat membangun sinergisitas antar kegiatan kreatif yang dibuat oleh masyarakat serta sinergisitas dari lembaga terkait di dalam pemerintahan; dan terakhir adalah tersedianya fasilitas utama dan insfrastruktur untuk melaksanakan kegiatan.

Semua indikator yang disyaratkan oleh UNESCO di atas agaknya sudah terpenuhi di Padangpanjang meskipun mungkin belum wujud secara sempurna. Artinya, kota Padangpanjang memang memiliki peluang yang sangat kuat untuk mencapai predikat sebagai Kota Kreatif seperti yang disyaratkan oleh UNESCO. 

Mungkin yang perlu ditegaskan lagi adalah menentukan ikon yang mencirikan kota Padangpanjang untuk mencapai predikat sebagai Kota Kreatif itu. Sebab, sebuah ikon tentu dapat menjadi tema utama pembangunan berkait arah dan tujuan pembangunan kota.
Berkaitan dengan ikon kota Padangpanjang untuk mencapai predikat Kota Kreatif, saya melihat pencanangan Padangpanjang sebagai KOTA LITERASI yang sudah diproklamirkan bersamaan acara festival literasi pada bulan Maret yang lalu dapat menjadi ikon yang tepat. Sebab, kegiatan literasi sebenarnya bukan hanya berupa aktivitas membaca, mengamati dan menulis saja. Bahkan jauh lebih besar dari pada itu dapat berkembang secara lebih luas karena disokong oleh kegiatan-kegiatan ekonomi kreatif lainnya.

Katakanlah misalnya, di setiap RT dalam kelurahan di Padangpanjang memiliki satu TBM. Setiap TBM yang sudah ada sekarang kehidupannya ditopang dengan kegiatan ekonomi berupa usaha warung sederhana seperti warung minuman. Usaha warung minuman itu tentu saja dapat berkembang menjadi kedai makanan dengan kecirian masakan tertentu khas Padangpanjang. Atau, setiap TBM di berbagai RT memiliki usaha kerajinan rakyat seperti sulaman dan bordir, kerajinan kulit, ukiran, souvenir, kebun bunga, dan baju kaos. 

Seandainya TBM-TBM di setiap RT itu memiliki tempat yang luas, maka di tempat itu dapat pula dilaksanakan kegiatan pertunjukan seni dan diskusi-diskusi kebudayaan. Tempat-tempat tersebut di Indonesia lebih popular disebut “kantong kebudayaan.

 ” Kantong-kantong kebudayaan ini banyak tumbuh di kota-kota besar sebagai tempat alternatif mengekspresikan kegelisahan kreativitas orang muda. Boleh jadi, apabila semua TBM di semua RT kota Padangpanjang dapat mengembangkan usaha kreatifnya, maka slogan one RT one product tentu dapat dilaksanakan di setiap TBM yang menjadi “kantong kebudayaan” di kota Padangpanjang. Semoga saja……

Padangpanjang, 1 Agustus 2019
×
Kaba Nan Baru Update