Notification

×

Iklan

Iklan

Naluri Guru: Siap Resiko dalam Menolong Masyarakat Tak Mampu

12 Juli 2020 | 20.27 WIB Last Updated 2020-07-12T13:27:57Z

Oleh : Zulkarnaen, M.Sn


Pasbana.com -- Ini adalah kisah seorang guru pada hari kedua, Selasa 7 Juli 2020, tentang perjuangan dalam PPDB (Penerimaan Peserta Didik Baru) online, silang pendapat dengan teman dan Kepala Sekolah.

Instruktur nasional dari Direktorat pembinaan SMP Kemdikbud mengatakan bahwa pergaulan siswa tingkat SMP itu itu sudah  nasional, antar daerah pergaulannya bukan di tingkat lokal lagi. itu artinya guru yang masuk dalam industri 4.0 tentu harus lebih hebat daripada siswanya, harus punya pergaulan lebih dari sekedar secara nasional, harusnya seorang guru minimal sama dengan siswanya yang punya pergaulan nasional. Gunakan Android atau gawai anda, seorang guru punya kesempatan berkarya karena link komunikasi karena link pergaulannya sudah secara nasional itu artinya karyanya, inovasinya, sesuai dengan harapan pada industri 4.0, yakni jadikan media digital sebagai inovasi dan media dalam pembelajaran. Termasuk dalam hal pergaulan.

Guru harus bisa berinovasi harus bisa berbagi dan dan tetap pada naluri, bahwa guru menolong, berbagi Inovasi, bersosial dan bermanfaat bagi masyarakatnya.

Suatu hari pada musim PPDB seorang guru ditelepon oleh orang tak dikenal, orang tak dikenal itu mengatakan tolonglah kami kami orang tak mampu tidak tahu menggunakan gawai, internet, salah tekan  pada aplikasi, kami ingin SMP Anda, menolak dari sistem supaya  kami bisa masuk ke SMP lain. 

Memang unik disaat-saat PPDB banyak nomor yang tak dikenal menelepon guru, kepala sekolah, dan Tenaga Kependidikan di sekolah, termasuk guru tersebut, bukan satu dua orang malah lebih dari 4 orang, rata-rata orang tak mampu yang minta tolong yang nggak paham dengan internet. Demikianlah keadaan masyarakat kita, masyarakat yang dikategorikan afirmasi dalam jenis PPDB yang masih gaptek.

Naluri guru berbagi, menolong, berkreasi, berkarya, membantu masyarakat, muncul. Guru itu menelpon temannya yang statusnya menjadi panitia namun seorang panitia mengatakan  tidak bisa membantu karena sistem terkunci. Kemudian di teleponnya panitia lain, sama jawabannya, diteleponnya kepala sekolah, tak diangkat teleponnya.Naluri guru belum berhenti sampai disitu, bahwa berbagi, menolong, berkreasi, berkarya, menanggung risiko seperti yang disampaikan Mas menteri Kemdikbud bahwa, guru penggerak harus siap menanggung risiko.

Guru itu datang ke sekolah menemui Kepala Sekolahnya untuk mendiskusikan Bagaimana bisa menolong orang tak mampu, namun jawaban yang didapat dari kepala sekolah adalah, ini sudah sistem, kami bekerja dari pagi, kami juga di maki oleh masyarakat,  ada 4-5 orang. Kalau anda kasihan dengan sekolah Anda, Anda berikanlah keadilan, atau anda kerjakan tugas panitia ini. Artinya niat seorang guru tertunda sampai disini.

Seorang guru itu menemui beberapa orang berpengaruh di daerahnya, menceritakan bahwa ini ada kasus, solusinya gampang, namun dibuat sulit. Kita harus menolong orang tak mampu, kita harus menolong masyarakat agar masyarakat bisa sekolah hingga pendidikan merata. Hari Rabu, pagi, orang-orang berpengaruh itu berkumpul di rumah pejabat nomor satu, kemudian menelepon kepala dinas pendidikan untuk datang dan berdiskusi, hari itu juga, hari terakhir PPDB Online. Semua sistem dibuka agar masyarakat yang ditolak secara zona  dan yang yang salah paham dari sistem atau salah paham menggunakan gawainya, dll, masyarakat bisa mendaftar ke sekolah negeri yang lain sesuai dengan kemampuan ekonominya.

Demikianlah kisah guru di salah satu daerah di negeri ini, meskipun dia hanya seorang guru biasa, dia bisa membantu masyarakat tak mampu, bersekolah sesuai dengan kemampuan ekonominya. Imajinasi ini, inspirasi ini dari instruktur nasional Direktorat SMP bahwa pergaulan seorang siswa SMP dengan Androidnya bisa secara nasional konon seorang guru dengan Androidnya tentu secara internasional (?), manfaatnya adalah kita bermanfaat bagi masyarakat.

*). Penulis adalah seorang penulis buku dan diberbagai media.
×
Kaba Nan Baru Update