Notification

×

Iklan

Iklan

Kebaikan Yang Kita Tebar Akan Pulang ke Diri Kita

17 Juni 2025 | 07:19 WIB Last Updated 2025-06-17T00:27:42Z
Foto. Ai


Pasbana - Dalam perjalanan hidup yang serba cepat ini, kita sering lupa satu hal sederhana tapi bermakna: berbuat baik.

Padahal, kebaikan yang kita tebarkan—sekecil apa pun bentuknya—tak pernah sia-sia. Ia akan menemukan jalannya kembali, pulang ke rumah: hati kita sendiri.

Seperti yang tertulis dalam Al-Qur’an, Surah Al-Isra’ ayat 7 mengingatkan kita:
"Jika kamu berbuat baik, berarti kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri. Dan jika kamu berbuat jahat, maka kejahatan itu (pun) untuk dirimu sendiri..." (QS. Al-Isra’: 7)

Ayat ini bukan sekadar nasihat, melainkan semacam hukum alam kehidupan manusia. Apa yang kita tanam, itu pula yang akan kita tuai. Dalam ilmu psikologi modern, prinsip ini dikenal sebagai reciprocity atau hukum timbal balik. 

Kebaikan yang kita lakukan menciptakan efek domino sosial, membentuk lingkungan yang lebih ramah, sehat secara emosional, dan membawa kedamaian jiwa—baik bagi kita maupun orang lain.

Menyemai Kebaikan di Bumi Allah


Berbuat baik tak harus selalu besar dan mencolok. Menyapa tetangga dengan senyuman, membantu ibu membawa belanjaan, atau sekadar mendoakan teman secara diam-diam—semua itu bagian dari ibadah sosial yang dicintai Allah.

Sesungguhnya amal yang paling dicintai oleh Allah adalah amal yang terus-menerus meskipun sedikit.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dan Allah tidak menyukai kerusakan di muka bumi. Dalam Surah Al-Baqarah ayat 205, Allah memperingatkan:
Dan apabila dikatakan kepadanya: 'Bertakwalah kepada Allah', bangkitlah kesombongannya yang menyebabkan dosa. Maka cukuplah neraka Jahannam baginya, dan sungguh Jahannam itu seburuk-buruk tempat tinggal.”


Mumpung Masih Hidup, Sehat, dan Punya Waktu


Ada tiga nikmat yang kerap kita abaikan: hidup, kesehatan, dan waktu luang. Nabi Muhammad SAW bersabda:
"Ada dua kenikmatan yang kebanyakan manusia tertipu, yaitu kesehatan dan waktu luang." (HR. Bukhari)

Mumpung napas masih berhembus, tubuh masih bertenaga, dan waktu belum habis, marilah kita isi hari-hari ini dengan kebaikan. Jangan tunggu waktu luang atau kondisi sempurna untuk berbagi. Kadang, tindakan kecil kita bisa jadi sangat berarti bagi orang lain.

Waktu-waktu Emas untuk Mendekatkan Diri


Dalam Islam, ada momen-momen yang sangat dicintai oleh Allah—terutama saat-saat menjelang fajar dan waktu-waktu tenang setelah Subuh. Di waktu-waktu inilah, langit terasa lebih dekat, dan hati manusia lebih mudah tersentuh.

Waktu-waktu ini ideal untuk beribadah, merenung, dan menyusun niat baik untuk hari yang baru. Semakin kita terbiasa mengawali hari dengan kebaikan, semakin ringan pula langkah kita menjalani hidup.

Dunia Butuh Lebih Banyak Orang Baik


Dunia hari ini memang penuh tantangan: konflik, ketimpangan, dan kadang ketidakadilan. Tapi satu hal yang tidak boleh kita lupakan: kita bisa menjadi bagian dari solusi, sekecil apa pun peran kita. Jadilah orang baik—bukan karena dunia ini baik, tapi karena kita percaya pada nilai kebaikan itu sendiri.

Karena pada akhirnya, setiap kebaikan yang kita lakukan adalah investasi abadi—baik di dunia maupun akhirat.
Jangan remehkan kebaikan sekecil apa pun, meski hanya bertemu saudaramu dengan wajah berseri-seri.”
(HR. Muslim)

IKLAN

×
Kaba Nan Baru Update