Padang, pasbana — Gelombang dukungan kemanusiaan untuk rakyat Gaza kembali digaungkan dari Kota Padang, Sumatra Barat, melalui lantunan puisi dan karya seni. Kegiatan bertajuk “Love and Save Gaza” yang digelar di area Forkasmi, GOR H. Agus Salim, Minggu (22/6), menjadi bagian dari gerakan internasional World Poetry Movement (WPM) yang dilaksanakan serentak di berbagai negara.
Acara tersebut mempertemukan seniman, penyair, aktivis, dan tokoh masyarakat dari berbagai komunitas lokal seperti SatuPena Sumbar, FKPPI, DHD 45, Asosiasi Siti Manggopoh, dan Forkasmi. Mereka bersatu menyuarakan solidaritas bagi rakyat Palestina melalui puisi sebagai media ekspresi perlawanan tanpa kekerasan.
Ratusan warga hadir menyaksikan pembacaan puisi dan pertunjukan seni sebagai simbol kepedulian terhadap penderitaan yang dialami masyarakat Gaza akibat agresi militer berkepanjangan dari Israel. Kegiatan ini juga menghadirkan pasar UMKM dan pertunjukan seni lokal, yang turut menghidupkan ekonomi kreatif di tengah suasana reflektif.
Sejumlah pejabat daerah dan tokoh penting turut menyampaikan dukungan. Staf Ahli Bidang SDM dan Kemasyarakatan Kota Padang, Syahrial Kamat, menyebut aksi ini sebagai bentuk kepedulian yang dikemas kreatif dan bermakna.
“Kami mengajak masyarakat Padang untuk menyuarakan empati melalui karya seni. Ini bukan hanya bentuk solidaritas, tapi juga mendukung pelaku UMKM dan seni lokal agar terus hidup,” ujar Syahrial.
Sementara itu, Sekretaris Daerah Provinsi Sumbar, Arry Yuswandi, menegaskan pentingnya menunjukkan solidaritas global untuk Palestina.
“Palestina tidak pernah gentar menghadapi penjajahan. Namun sebagai sesama manusia, kita tidak boleh tinggal diam. Puisi dan seni adalah bentuk nyata empati dan perjuangan,” ungkapnya.
Ketua BKOW Sumbar sekaligus Staf Ahli TP-PKK Sumbar, Dianita Maulin Vasko, turut hadir dan membacakan puisi. Ia menegaskan bahwa suara dari Ranah Minang adalah bagian dari seruan moral dunia.
“Dengan kata-kata, kita bersuara menolak kezaliman. Inilah cinta dari Minangkabau untuk Gaza,” tegasnya.
Puisi bukan sekadar karya sastra, tetapi juga menjadi alat perjuangan dan penyampai pesan damai. Koordinator Nasional WPM, Sastri Bakry, mengatakan bahwa puisi memiliki kekuatan untuk menggugah nurani dan menyuarakan keadilan.
“Gaza bukan hanya isu politik, tapi isu kemanusiaan. Lewat puisi, kita menyampaikan seruan untuk perdamaian global,” katanya.
Ketua Panitia, Eka Fitriyah Fauzar, menjelaskan bahwa kegiatan ini adalah bagian dari aksi global yang akan memuncak dalam perhelatan daring World Poetry Movement pada 28–29 Juni 2025 mendatang. Sebanyak 179 penyair dari 121 negara dijadwalkan tampil dalam pembacaan puisi serentak secara daring sebagai simbol solidaritas dunia.
“Kita tidak bisa tinggal diam. Kita harus bersuara dan bersatu menolak kekerasan terhadap rakyat Gaza,” tegas Eka.
Antusiasme masyarakat tampak tinggi. Selain membaca puisi, para peserta juga menyumbangkan donasi dan terlibat dalam diskusi ringan mengenai kondisi terkini di Gaza. Data dari lembaga kemanusiaan internasional mencatat bahwa sejak awal 2025, lebih dari 12.000 warga sipil di Gaza menjadi korban agresi, termasuk ribuan anak-anak dan perempuan.
Aksi seni dan puisi di Padang menunjukkan bahwa empati bisa disuarakan dalam banyak cara. Melalui kekuatan kata-kata, seniman dan masyarakat Sumatra Barat memperlihatkan bahwa suara solidaritas tidak mengenal batas geografis.
Kegiatan ini tak hanya menjadi momentum kemanusiaan, tetapi juga memperkuat posisi seni sebagai sarana perjuangan damai dalam kancah global.(rel/tsa)
Tag: #SaveGaza #PuisiUntukGaza #WorldPoetryMovement #PadangBersuara