Notification

×

Iklan

Iklan

Kaya Tapi Tetap Zuhud: Kisah Para Wali dan Ulama Pengusaha

17 Juli 2025 | 13:41 WIB Last Updated 2025-07-17T06:41:42Z



Pasbana - Di dunia yang serba cepat dan gemerlap ini, sering muncul pertanyaan: Bisakah kaya raya, sukses secara duniawi, tapi tetap zuhud dan dekat dengan Allah?”

Jawabannya: bisa. Sangat bisa.

Bahkan, banyak tokoh besar dalam sejarah Islam yang sukses secara materi, tapi hati mereka tetap bersih dari dunia. Mereka adalah teladan bahwa zuhud bukan berarti miskin, tapi bijak terhadap dunia.

1. Nabi Sulaiman AS: Raja yang Bersujud


Siapa yang lebih kaya dari Nabi Sulaiman AS? Kekayaannya bukan hanya mencakup emas dan permata, tapi juga kekuasaan atas jin, hewan, dan angin.

Namun saat menerima karunia luar biasa ini, apa reaksinya?

"Ini adalah karunia dari Tuhanku untuk mengujiku, apakah aku bersyukur atau kufur..."
(QS. An-Naml: 40)

Nabi Sulaiman tidak sombong. Ia sadar bahwa semua itu hanyalah ujian. Kekuasaan tak membuatnya lalai, justru membuatnya semakin sujud. Ia adalah raja zuhud yang tahu dunia hanya titipan.

2. Abdurrahman bin Auf: Sahabat Tajir Dermawan


Abdurrahman bin Auf RA dikenal sebagai pengusaha sukses dan termasuk 10 sahabat yang dijamin masuk surga. Hartanya melimpah: lahan, kebun kurma, dan perdagangan di Madinah berkembang pesat. Tapi hatinya?

Lihat bagaimana ia bersedekah 700 unta penuh muatan dagang, saat kota Madinah butuh bantuan. Ia berkata:
Harta ini amanah, bukan untuk dipeluk. Tapi untuk dibagikan.

Ia bahkan wafat dengan warisan yang begitu besar, tapi hidupnya dikenal sederhana dan penuh pelayanan untuk umat.

3. Syaikh Abdul Qadir al-Jailani: Wali Kaya yang Merakyat


Dikenal sebagai pendiri tarekat Qadiriyah, Syaikh Abdul Qadir al-Jailani hidup pada abad ke-12. Meskipun memiliki aset dan wakaf besar, ia tidak melekat pada harta.

Ia pernah berkata:
Zuhud adalah ketika kau bisa membeli dunia, tapi kau memilih hanya mengambil secukupnya.”

Beliau menerima hadiah, wakaf, dan sumbangan dari para muridnya yang kaya, tapi semuanya dikembalikan ke masyarakat melalui pendidikan, bantuan fakir miskin, dan dakwah.

4. Imam Abu Hanifah: Ulama Miliuner yang Menolak Jabatan

Tahukah kamu bahwa Imam Abu Hanifah, pendiri Mazhab Hanafi, adalah pedagang tekstil sukses di Kufah?

Ia hidup sejahtera, tapi menolak tawaran sebagai Qadhi (hakim agung) dari Khalifah Abbasiyah, meski itu posisi bergengsi dan bergaji tinggi. Ia lebih memilih kebebasan dalam menyuarakan kebenaran.

Kata beliau:
Saya takut dunia membuat lidah saya kaku saat harus mengatakan yang hak.”

Itulah bentuk zuhud sejati: bisa meraih dunia, tapi tidak diperbudak olehnya.

5. Luthfi bin Yahya (Habib Luthfi): Sosok Zuhud di Tengah Kemewahan


Di zaman sekarang, contoh hidup zuhud tapi kaya bisa dilihat dari sosok Habib Luthfi bin Yahya, ulama kharismatik dari Pekalongan.

Beliau sering menggunakan pakaian sederhana, naik kendaraan biasa, meski dikenal sebagai pemimpin tarekat besar dengan ribuan murid dan akses ke tokoh-tokoh penting nasional.

“Zuhud itu bukan soal sandal atau mobil, tapi di mana hatimu diletakkan,” begitu kira-kira nasihat beliau dalam banyak ceramahnya.

Zuhud Tak Mengharamkan Kaya — Tapi Membimbing Cara Memakainya


Kita sering berpikir bahwa zuhud berarti menjauhi dunia. Tapi sejatinya, zuhud adalah membebaskan diri dari ketergantungan pada dunia, sambil menjadikan kekayaan sebagai alat ibadah dan manfaat.

Nabi Muhammad ﷺ bersabda:
Sebaik-baik harta adalah yang dimiliki oleh orang saleh.”
(HR. Ahmad)

Zuhud bukanlah anti-kemajuan. Tapi tentang prioritas dan arah hati. Orang zuhud bisa punya rumah luas, tapi tidak sombong. Bisa naik mobil bagus, tapi tetap rendah hati. Bisa punya bisnis sukses, tapi tetap gemar bersedekah dan membantu.

Kaya Adalah Ujian, Zuhud Adalah Penjaga


Di tengah derasnya arus kapitalisme dan citra bahwa kaya = sukses, kita perlu mengingat: kaya itu ujian, bukan tujuan akhir. Dan zuhud adalah penjaga agar kita tak hanyut dalam dunia yang memabukkan.

Boleh jadi, dunia berada di genggaman kita. Tapi pastikan hati kita tetap hanya untuk Allah.
(*) 

IKLAN

×
Kaba Nan Baru Update