Notification

×

Iklan

Iklan

Ketika Parenting Semakin Penting: Mendidik Tidak Bisa Mendadak

15 Juli 2025 | 11:45 WIB Last Updated 2025-07-15T04:47:28Z



Oleh:  Satria Asmal, SP,CHT,CI,CMT NLP
Direktur Specta Indonesia - Praktisi Parenting Indonesia

Pasbana - Di era digital yang serba cepat ini, peran parenting (pola asuh) menjadi semakin krusial. Mendidik anak bukan lagi sekadar rutinitas, melainkan sebuah seni yang membutuhkan ilmu, kesabaran, dan keterlibatan penuh. 

Pepatah "mendidik tidak bisa mendadak" benar adanya; ia adalah sebuah perjalanan panjang yang memerlukan fondasi kuat sejak dini, terutama dalam menghadapi tantangan zaman digital.

Pentingnya Pola Asuh Positif di Zaman Digital


Zaman digital menawarkan segudang informasi dan hiburan, namun juga membawa risiko yang tak sedikit. Anak-anak kini terpapar berbagai konten, baik positif maupun negatif, hanya dalam genggaman. Oleh karena itu, pola asuh yang positif sangat dibutuhkan. 

Ini mencakup bimbingan yang penuh kasih sayang, batasan yang jelas, komunikasi terbuka, dan teladan yang baik. Pola asuh positif membantu anak membangun daya tahan diri (resiliensi), mengembangkan keterampilan sosial, serta menumbuhkan nilai-nilai moral di tengah gempuran informasi.

Melibatkan dan Menyertakan Allah dalam Mendidik


Sebagai Muslim, fondasi utama dalam mendidik anak adalah melibatkan dan menyertakan Allah SWT. Ini berarti menanamkan tauhid sejak dini, mengajarkan adab Islami, memperkenalkan Al-Qur'an dan Sunnah sebagai pedoman hidup, serta menunjukkan bahwa setiap usaha pengasuhan adalah bentuk ibadah. 

Dengan melibatkan Allah, kita tidak hanya mendidik fisik dan intelektual anak, tetapi juga ruh dan hati mereka, membentuk generasi yang bertakwa dan berakhlak mulia.

Bahaya Ketidakpedulian dan Ketidakterlibatan Orang Tua


Ironisnya, di tengah derasnya arus informasi parenting, masih ada orang tua yang tidak peduli dan tidak terlibat aktif dalam mendidik anaknya. Kesibukan materi seringkali dijadikan alasan, padahal peran orang tua tidak bisa digantikan oleh siapa pun, bahkan teknologi secanggih apa pun. 

Ketidakpedulian ini dapat berujung pada kondisi fatherless dan motherless dalam pengasuhan, meskipun secara fisik orang tua ada.

Dampak fatherless dan motherless bisa sangat menghancurkan. Anak-anak yang tumbuh tanpa kehadiran emosional dan bimbingan ayah (fatherless) cenderung mengalami masalah perilaku, kesulitan dalam mengelola emosi, atau kurangnya rasa percaya diri. 

Begitu pula dengan motherless, ketiadaan kasih sayang dan perhatian mendalam dari ibu dapat memengaruhi perkembangan emosional dan psikologis anak secara signifikan. 

Orang tua harus hadir, tidak hanya secara fisik, tetapi juga secara emosional dan spiritual. Mendidik bukanlah tugas sampingan, melainkan tugas pokok yang tak bisa ditawar.

Parenting Detox: Mengatasi Pola Asuh Toksik


Seringkali, tanpa sadar kita mengulang pola asuh toksik yang mungkin kita terima di masa lalu. Ini bisa berupa komunikasi yang menghakimi, perlakuan yang merendahkan, atau harapan yang tidak realistis. 

Penting bagi orang tua untuk melakukan "parenting detox", yaitu proses mengenali, memahami, dan mengubah pola-pola negatif tersebut. Menerapkan komunikasi yang efektif, mendengarkan aktif, dan memberikan apresiasi adalah langkah awal dalam mengubah virus komunikasi yang sering terjadi dalam mendidik.

Mendidik Tidak Bisa Mendadak: Butuh Ilmu dan Rujukan


Mendidik anak di zaman sekarang membutuhkan ilmu. Tidak bisa lagi mengandalkan insting semata. Orang tua perlu terus belajar, membaca, mengikuti seminar parenting, atau berdiskusi dengan para ahli. 

Al-Qur'an dan Sunnah adalah rujukan utama dan terbaik dalam segala aspek kehidupan, termasuk parenting. Kisah-kisah para nabi, khususnya Rasulullah ﷺ, adalah tauladan sempurna dalam mendidik. Beliau menunjukkan bagaimana membangun karakter, mengajarkan akhlak mulia, dan menanamkan nilai-nilai keimanan dengan penuh hikmah dan kasih sayang.

Maka, mari kita jadikan parenting sebagai prioritas utama. Karena pada akhirnya, investasi terbaik adalah investasi pada generasi penerus yang saleh, cerdas, dan berakhlak mulia, yang kelak akan menjadi bekal kebaikan bagi kita di dunia dan akhirat.

(*)

IKLAN

×
Kaba Nan Baru Update