Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Keluarga Sehat Di Sumbar Hanya 16 Persen

16 April 2019 | 11.13 WIB Last Updated 2019-04-16T04:13:18Z
Foto Ilustrasi (Dok. Majalah Trias )

PADANG — Berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) per 2018, Angka Harapan Hidup (AHH) laki-laki di Sumbar hanya sekitar 66 tahun, berada di bawah AHH perempuan Sumbar yang mencapai 72 tahun.

Hal ini berarti, kaum laki-laki di Sumbar punya kemungkinan meninggal lebih cepat dibanding kaum perempuan.

"Sebagian besar laki-laki di Sumbar sudah mulai sakit-sakitan pada usia 60 tahun, dan meninggal sekitar usia 66 tahun," kata Menteri Kesehatan (Menkes), Nila Djuwita F. Moeloek kala menghadiri Rapat Kerja Kesehatan Daerah (Rankerkesda) Provinsi Sumatera Barat Tahun 2019 di Hotel Pangeran Beach, Senin (15/4).

Pembunuh terbesar laki-laki Sumbar, ucap Nila, adalah penyakit paru-paru. Sebanyak 76 persen laki-laki Sumbar meninggal dunia akibat penyakit yang erat kaitannya dengab kebiasaan merokok tersebut. 

Sementara bagi perempuan, kanker serviks dan dan kanker payudara masih menjadi momok yang paling menakutkan.

"Banyak hal sebenarnya yang menjadi penyebab laki-laki Sumbar berumur pendek, bisa jadi karena gaya hidup dan pola makan yang tidak sehat. Kita tahu bahwa sebagian besar makanan khas Sumbar, katakanlah seperti randang, gulai, dan sebagainya, mengandung kolesterol yang tinggi. Di Sumbar, makanannya kalau tidak mengandung minyak, ya mengandung santan. Apabila ingin berusia panjang, pola konsumsi ini juga harus diperhatikan," ujar Bu Menteri.

Di samping itu, dalam rapat yang mengangkat tema "Kolaborasi Pusat dan Daerah dalam Penguatan Pelayanan Kesehatan Menuju Kesehatan Semesta", ia juga menyebutkan bahwa kurangnya olahraga dan tingkat stres yang tinggi juga dinilai menjadi pemicu kematian sebagian besar laki-laki Sumbar.

Akan tetapi, di atas semua itu, ia menegaskan bahwa rokok tetaplah menjadi pembunuh paling menakutkan.

"Untuk itu, saya mengimbau kepada seluruh masyarakat Sumbar, khususnya para lelaki, untuk menghentikan kebiasaan merokok. Pun kepada pemerintah daerah dan insan media saya juga berharap bisa mendorong hal ini. Setidaknya, jika ada aturan Kawasan Tanpa Rokok (KTR), tolong itu diawasi agar berjalan dengan maksimal," katanya.

Selain AHH, Nila juga menyatakan bahwa Indeks Keluarga Sehat (IKS) Sumbar juga termasuk rendah. Secara keseluruhan, jumlah keluarga sehat di Sumbar hanya sekitar 16 persen.

Data ini didapat melalui penghitungan lewat program Indonesia Sehat Melalui Pendekatan Keluarga. Namun begitu, angka tersebut menurutnya masih bersifat dinamis dan belum menyeluruh.

"Secara nasional, IKS Indonesia adalah 18 persen. Tetapi itu datanya belum menyeluruh. Ada beberapa provinsi seperti Jawa Timur, IKS-nya mencapai lebih dari 50 persen. Bahkan di Surabaya dalam beberapa tahun terakhir, lewat program ini mulai ada kecenderungan, orang yang sakit menjadi sehat dan orang yang sehat menjadi tambah sehat," ujar Nila.

Meski masih bersifat dinamis dan masih dapat diperdebatkan, ia bertekad untuk tetap menyampaikan data tersebut. Hal ini untuk memberikan efek kejut sekaligus mendorong masyarakat Sumbar untuk mulai mempraktekkan pola hidup sehat. (Ril/haluan)
×
Kaba Nan Baru Update