Payakumbuh - Dinas Pertanian kota Payakumbuh menggelar kegiatan pelatihan pengendalian hama dan penyakit ikan di aula PBI Padang Tinggi diikuti sekitar 21 peserta dari perwakilan kader pangan dan penggiat budidaya ikan se-kota Payakumbuh, Kamis (15/3).
Kegiatan pelatihan secara resmi dibuka Kepala Dinas Pertanian kota Payakumbuh Ir. Syahril diwakili Kabid Perikanan Betri Yetti, S.Pi. Dalam sambutannya Betri Yetti mengatakan, tujuan kegiatan pelatihan pengendalian hama dan penyakit ikan adalah agar para pelaku atau penggiat budidaya perikanan dapat menimba ilmu sekaligus berlatih beberapa hal penting dalam pengelolaan budidaya ikan yang didapat dari narasumber pada pelatihan ini.
“Semoga para peserta dapat menerapkan bekal yang di berikan ini untuk kepentingannya sendiri serta kelompok lainnya yang bergerak dalam budidaya ikan,” ujar Betri Yetti.
Sementara itu narasumber Drh. Katantama Anindita dari Balai Veteriner Kementerian Pertanian Sumatera Barat, memaparkan materi kepada peserta yaitu menganalisa PH air agar sesuai dengan standar kebutuhan kolam yang sehat.
Para peserta langsung di ajak mempraktekkan uji PH air dari sample yang di sediakan. Beberapa bahan yang di gunakan diantaranya bak media, strip tester, tabung reaksi serta beberapa zat kimia seperti amoniak, phospat, NO2 dan lainnya. Dalam praktek pelatihan tersebut para peserta diajak menganalisa sendiri PH air untuk menentukan tingkat keasaman air agar sesuai dengan standar kebutuhan pada kolam budidaya.
Drh. Katantama mengatakan tujuan dari materi pelatihan ini adalah nantinya para pembudidaya ikan sebelum memasukkan ikan ke dalam kolam terlebih dahulu menganalisa atau menguji kadar PH air yang sesuai dengan kebutuhan kesehatan ikan.
“Jangan sampai nantinya kalau tidak cocok atau sesuai dengan standar kebutuhan kesehatan ikan akan berpengaruh kepada perkembangan ikan dan tentu saja hasil panen akan turun dan merugikan pembudidaya ikan,” ujar Drh. Katantama.
Nara sumber lainnya Indra Arif Nasution Kasi Penerapan Mutu dengan materi Pengendalian Mutu mengungkapkan tentang beberapa faktor ancaman yang mempengaruhi mutu ikan. Diantaranya penggunaan wc di kolam, saluran limbah mengandung bahan kimia berbahaya yang masuk ke kolam.
“Dalam budidaya ikan perlu diperhatikan mutu dari hasil produksi agar memenuhi standar mutu hasil perikanan sesuai dengan UU No. 45 tahun 2009. Sebagai produk pangan, ikan tetap dapat menyebabkan permasalahan kesehatan. Ikan dan produk perikanan dapat terkontaminasi sejak dari proses penangkapan / pembudidayaan sampai dengan sesaat sebelum dimakan,” ujar Indra Arif Nasution.
Dalam materi tersebut para peserta diajak untuk memperhatikan aspek pengendalian dari penangkapan dan penyimpanan. Juga diterangkan tentang Histamin, logam berat , salmonela, air raksa yang berbahaya bagi tubuh yang berasal dari ikan terkontaminasi atau busuk tidak layak di konsumsi.
Pemateri selanjutnya, Evi Dahmer dari Seksi Kesehatan Lingkungan DKP provinsi Sumatera Barat yang mengupas tentang hama dan penyakit pada ikan. Dalam paparannya Evi Dahmer mengungkapkan tentang potensi penggunaan bahan herbal untuk pengelolaan kesehatan ikan.
“Kita dapat menggunakan tanaman yang ada di sekitar kita untuk mengobati penyakit pada ikan yang disebabkan oleh bakteri, jamur, virus dan lainnya. Tanaman tersebut berupa bawang putih, daun jambu biji, meniran, kunyit dan lainnya. Disamping mudah diolah dan tidak mahal juga jauh dari zat kimia berbahaya,’ terang Evi Dahmer.
Terakhir, materi pada pelatihan ini di berikan oleh Sarben, Manager Mutu pada Balai Karantina Ikan & Pengendalian Mutu ( BKIPM ) Padang. Dalam paparannya Sarben menerangkan tata cara pengelolaan dan penanganan transportasi ikan. Diterangkan bahwa bahwa proses pengangkutan ikan dalam keadaan hidup merupakan salah satu mata rantai dalam usaha perikanan.
“Harga jual dari ikan selain ditentukan oleh ukurannya juga ditentukan oleh kesegarannya. Untuk itu kita mesti mengerti prosesur yang tepat serta tahu dengan faktor yang mempengaruhi keberhasilan pengangkutan ikan hasil panen agar tetap segar kepada konsumen,” papar Sarben.
Para peserta juga di berikan bekal tatacara sistim pengurusan administrasi dalam pengangkutan ikan baik di dalam negeri ataupun keluar negeri. Dalam sambutan penutupnya Sardendari BKIPM Padang menghimbau agar tidak memelihara ikan piranha dan atau ikan aligator karena apabila lepas dari perairan maka akan membuat punah ikan endemik yang ada pada perairan tersebut karena kedua jenis ikan ini termasuk jenis agresif dan predator. (BD)