Notification

×

Iklan

Iklan

Mahasiswa, Pandemi Covid-19, dan Keluhan Keuangan

04 Desember 2021 | 16.46 WIB Last Updated 2021-12-04T09:47:43Z
Foto  ilustrasi ( dok. Reddoors) 


Oleh : Siti Aisyah dan Ferdinal

(Civitas Academica Unand) 


Pasbana | Untuk Kabar Sumbar -- Menurunnya aktivitas ekonomi Indonesia akibat pandemi Covid-19 memengaruhi kondisi keuangan mahasiswa di Indonesia. Karena dengan adanya kebijakan pemerintah untuk social distancing yaitu penerapan aturan PSBB dan PPKM guna menghindari penyebaran Covid-19 ini, menyebabkan menurunnya penghasilan orang tua, yang merupakan salah satu sumber pendapatan mahasiswa.


Penurunan penghasilan tersebut, membuat mahasiswa mengalami penurunan pendapatannya. Yang akan berpengaruh terhadap proses perkuliahan mahasiswa. Seperti yang dialami oleh Anisa (22), mahasiswa UIN semester 9 . 


 “ Hadirnya pandemi ini memberikan pengaruh negatif bagi keuangan saya, yaitu menurunnya jumlah uang saku yang diberikan oleh orangtua, karena pendapatan orangtua yang menurun dan membuat orangtua harus berhemat, sehingga mulai perhitungan dalam memberikan uang, hal ini menyebabkan mahasiswa seperti saya merasa kekurangan, sebab banyaknya keperluan mahasiswa yang harus dicukupi” ujarnya.


Semenjak diberlakukannya kebijakan pemerintah di dalam Surat Edaran Nomor 3 Tahun 2020 tentang Pencegahan Covid-19, proses perkuliahan yang biasanya dilakukan secara luring/offline diubah menjadi secara daring/online, guna untuk mencegah penyebaran Covid-19 di dunia pendidikan. Sehingga mengharuskan mahasiswa untuk bisa menyesuaikan diri dengan proses perkuliahan daring/online ini. 


Terkait dengan hal diatas, proses perkuliahan online membuat laptop dan gadget yang canggih lainnya sangat penting untuk dimiliki oleh mahasiswa. Karena dengan itu mahasiswa dapat mengikuti kuliah online, dan mengerjakan tugas dengan lebih mudah. Tentunya hal ini sangat memberatkan bagi mahasiswa yang tidak memiliki gadget yang canggih atau yang tidak memiliki gadget sama sekali.


Azi (21), mahasiswa UNP semester 3, mengatakan bahwa banyaknya pengeluaran karena membeli gadget baru yang canggih dengan spesifikasi yang bagus untuk bisa mengikuti perkuliahan dengan baik dan lancar. 


“Yang tadinya mahasiswa bisa menggunakan gadget lama yang biasa digunakannya, tetapi karena gadget tersebut sering lemot dan spesifikasinya yang tidak mampu untuk mengoperasikan aplikasi dan perangkat kuliah yang diperlukan, sehingga harus menggunakan gadget yang lebih canggih untuk bisa mengikuti perkuliahan dengan lancar,” ujarnya. 


Kebutuhan mahasiswa yang juga sangat penting dalam mengikuti kuliah online adalah kuota internet. Walaupun selama kuliah online ini, pemerintah telah memberikan bantuan kuota gratis untuk membantu akses informasi bagi mahasiswa dalam menjalani pembelajaran, tetapi banyak mahasiswa yang merasa tidak tercukupi oleh bantuan kuota gratis tersebut.


Seperti yang dialami oleh Maryam(20), mahasiswa UNAND semester 5 . 


“Bantuan kuota gratis yang diberikan pemerintah tidaklah cukup, karena hampir setiap hari banyak kelas online yang harus dilaksanakan dan tugas-tugas yang harus dikerjakan, sehingga mahasiswa seperti saya terpaksa mengeluarkan biaya tambahan untuk membeli kuota internet,” ujarnya. 


Proses perkuliahan secara online ini pun juga membuat sebagian besar praktikum dilakukan secara online, yang mana praktikum tersebut menggunakan uang pribadi. 


“Pada mahasiswa pertanian yang melakukan budidaya tanaman maka untuk melakukan praktikum tersebut mahasiswa membeli sendiri bibit dan bahan-bahan yang digunakan selama praktikum online,” ujar Maryam (20) mahasiswa semester 5.


 Keluhan yang juga dirasakan oleh banyak mahasiswa adalah susahnya penurunan  UKT. “Kuliah online ini lebih merugikan mahasiswa terlebih UKT yang susah untuk diturunkan terutama bagi mahasiswa mandiri,” ujar Maryam (20) mahasiswa semester 5.


Walaupun kampus menawarkan bantuan seperti Bidikmisi dan bantuan lain dari pemerintah, itupun bagi mahasiswa kelas bawah masih merasa kurang dan tidak cukup, sedangkan bagi mahasiswa ekonomi kelas menengah kerap tidak masuk dalam kriteria bantuan yang telah ditawarkan, meskipun mereka juga menghadapi kendala finansial selama pandemi.


Selain itu, adanya kebutuhan lain seperti masker, obat-obatan, vitamin, dan hand sanitizer. Membuat mahasiswa mengeluarkan biaya tambahan untuk membeli kebutuhan-kebutuhan tersebut untuk kewaspadaan terhadap Covid-19 ini. 


Dibalik berbagai keluhan mahasiswa, ternyata adanya pandemi Covid-19 ini juga memberikan pengaruh positif terhadap keuangan mahasiswa. Diantaranya, yang pertama adalah pengiritan uang untuk membeli pakaian baru, karena proses perkuliahan secara online yang bisa dilakukan dari rumah.


Kedua adalah pengiritan uang untuk transportasi karena mahasiswa tidak diharuskan untuk ke kampus. Dan yang ketiga adalah sisa waktu dari belajar, bisa digunakan untuk  membantu orangtua di rumah menghasilkan uang tambahan.


Banyak mahasiswa yang juga merasakan dengan adanya pandemi ini, membuat mereka belajar untuk lebih berhemat dan mandiri. Dan mampu menentukan prioritas kebutuhan daripada keinginan. Serta dapat mengatur manajemen keuangannya dengan lebih baik dari sebelumnya.


“Sisi positif dari pandemi ini bagi mahasiswa seperti saya yaitu lebih bisa mengatur keuangan yang harus dikeluarkan untuk perkuliahan maupun untuk keseharian,” ujar Maryam.


Dengan demikian, berdasarkan pengalaman beberapa mahasiswa diatas, bisa disimpulkan bahwa dengan adanya pandemi Covid-19 ini dapat memengaruhi kondisi keuangan mahasiswa baik secara positif dan negatif.(*) 
×
Kaba Nan Baru Update