Notification

×

Iklan

Iklan

Hebatnya Generasi Sandwich, Berikut Tips agar Tetap Happy dan Tidak Terbebani

20 Juli 2022 | 09.12 WIB Last Updated 2022-07-20T02:18:04Z
foto. dailysia.com



pasbana -  Salah satu dampak dari terjadinya Bonus Demografi yang dialami oleh Indonesia adalah munculnya Generasi Sandwich di masyarakat. Fenomena ini sedang trending dibahas oleh Generasi Milenial saat ini. Kita perlu makin tahu Indonesia dengan bahasan ini.


Indonesia memiliki jumlah penduduk usia produktif yang cukup berlimpah. Indonesia menjadi negara yang kini memiliki bonus demografi atau ledakan penduduk. Pasalnya jumlah penduduk usia produktif lebih tinggi dibandingkan usia non produktif.

 

Penduduk usia produktif ini tumbuh menjadi generasi sandwich yang merupakan aktor utama penyedia sumber daya keluarga.

 

Istilah generasi sandwich  diperkenalkan pertama kali pada tahun 1981 oleh seorang Profesor sekaligus direktur praktikum University Kentucky, Lexington, Amerika Serikat bernama Dorothy A. Miller. Generasi sandwich merupakan generasi orang dewasa yang harus menanggung hidup 3 generasi yaitu orang tuanya, diri sendiri, dan anaknya.

Kondisi tersebut dianalogikan seperti sandwich dimana sepotong daging terhimpit oleh 2 buah roti. Roti tersebut diibaratkan sebagai orang tua (generasi atas) dan anak (generasi bawah), sedangkan isi utama sandwich berupa daging, mayonnaise, dan saus yang terhimpit oleh roti diibaratkan bagai diri sendiri.

Kondisi tersebut dianalogikan seperti sandwich dimana sepotong daging terhimpit oleh 2 buah roti. Roti tersebut diibaratkan sebagai orang tua (generasi atas) dan anak (generasi bawah), sedangkan isi utama sandwich berupa daging, mayonnaise, dan saus yang terhimpit oleh roti diibaratkan bagai diri sendiri.

Generasi ini tumbuh mengambil tanggung jawab ganda, kepada  anaknya dan orang tua atau mertuanya. Tanggung jawab ini bisa berbentuk secara finansial, alokasi waktu, sampai perawatan fisik jika orang tua sudah dalam kondisi kesehatan tertentu.

 

Dalam sudut pandang materialistis, ini adalah menjadi beban. Namun sudut pandang spiritualistik dan sosiologis, peran Generasi Sandwich sangatlah mulia. Tidak hanya merupakan pengabdian yang tak ternilai harganya, juga merupakan jembatan tumbuhnya generasi penerus yang lebih baik.

 

Nah, agar kawan-kawan yang saat ini menjadi Generasi Sandwich di keluarganya bisa survive dan tetap happy, berikut tips sesuai pengalaman pribadi yang bisa kawan-kawan lakukan?

 

1.    Terus berusaha untuk ikhlas

 

Dalam hubungan antara anak dengan orang tua, ada niatan untuk balas budi sebagai bentuk kesadaran bahwa anak pernah dibesarkan dan dirawat sebelumnya. Merawat orang tua yang sudah lansia dianggap sebagai balas budi atas jasa orang tua yang sudah merawat mereka.

 

Merawat orang tua tidaklah selalu dalam bentuk merawat setiap hari seperti memasak, menyiapkan makan, maupun memandikan mereka. Hal ini dapat dilakukan dengan memberi sejumlah uang setiap bulan supaya mereka dapat memenuhi kebutuhannya atau sekadar mengunjungi mereka secara berkala.

 

Dan kunci dari pengabdian maupun balas budi agar ringan dijalani adalah ikhlas. Sesekali kita kenang bagaimana perjuangan orang tua kita dalam membesarkan dan merawat kita sedari kecil.

 

 

Diniatkan sebagai ibadah Birrul walidaina
 

Mengurangi gaya hidup konsumtif Sandwich generation berisiko mengalami gangguan kesehatan mental. Salah satu cara untuk menghindari masalah tersebut yaitu dengan mengurangi gaya hidup konsumtif. Dengan mengurangi pengeluaran tidak penting, maka kita bisa lebih banyak menyisihkan uang untuk kepeluan lain yang lebih penting dan urgent.

Konsumtif atau tidaknya gaya hidup seseorang memang relatif dan tergantung dengan kemampuan seseorang. Namun tidak ada salahnya kita mengurangi gaya hidup konsumtif yang dirasa tidak perlu. Langkah pertama sebelum menguranginya, kamu harus menentukan prioritas dan membedakan antara kebutuhan dan keinginanmu.


3.    Mengajarkan anak untuk menabung dan belajar mandiri secara finansial

 

Perilaku gemar menabung harus diajarkan sedini mungkin oleh siapapun. Begitu pula jika kamu memiliki anak, maka segeralah untuk mengajarkan mereka belajar menabung, membedakan kebutuhan dan keinginan, hingga memotivasi untuk membeli kebutuhan mereka dari uang hasil menabung.

 

Hal ini efektif untuk membuat anak menjadi semangat menabung. Selain menabung di celengan, kenalkan anak untuk membuka tabungan di bank yang kini terdapat program khusus anak yaitu Simpanan Pelajar (SimPel) untuk pelajar SD hingga SMA dan Simpanan Mahasiswa & Pemuda (SiMuda) untuk usia 18 hingga 30 tahun

 

4.    Luangkan waktu untuk berlibur ( healing )

Kehidupan seorang yang harus menanggung hidup tiga generasi tentu saja tidak mudah. Hal tersebut ternyata membuat orang yang berada di posisi sandwich generation merasa lelah baik fisik atau mental. Mereka terkadang harus bekerja lebih keras dan lebih lama demi mendapatkan pemasukan tambahan. Mereka juga tidak memiliki banyak waktu untuk dirinya sendiri dan bersosialisasi dengan orang lain yang seumuran. Waktunya habis untuk bekerja demi bisa menghidupi dirinya sendiri dan keluarga.


Hindari perasaan merasa bersalah

Selalu merasa bersalah Walaupun sudah bekerja sangat keras, namun umumnya pemeran sandwich generation masih sering merasa bersalah. Perasaan tersebut muncul saat mereka tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan dan membahagikan orang tua atau anaknya. 


Perasaan bersalah sebenarnya sangat manusiawi. Namun jika dibiarkan terus menerus, maka kondisi tersebut dapat menyebabkan gangguan mental. Seseorang yang selalu merasa bersalah akan mudah menyalahkan diri sendiri dan tidak bisa menghargai hal yang dilakukannya. Tak jarang, perasaan bersalah membuat seseorang mudah insecure.

 

Kelola keuangan dengan lebih baik

Mulailah dengan membuat catatan keuangan agar kita dapat memonitoring arus masuk dan keluar uang yang kita miliki.

 

Mencatat Pengeluaran dan Pemasukan

Mencatat pemasukan dan juga pengeluaran dalam kebutuhan sehari-hari menjadi salah satu cara agar Anda bisa mengontrol keuangan yang sedang dimiliki. Dengan mencatat pengeluaran kita bisa menahan diri untuk tidak membeli barang-barang yang tidak dibutuhkan.

Jika kita bisa mengontrol pengeluaran untuk kebutuhan, maka kita bisa memberikan ancang-ancang dalam pengeluaran agar tidak terus membengkak dan kita bisa menabung sedikit demi sedikit.

 

Mengelola Keuangan dengan bijak

Apabila Anda mengalami kesulitan dalam mengelola keuangan dengan bijak sejak usia muda, maka bisa jadi merupakan salah satu penyebab munculnya generasi sandwich. Anda harus mencoba untuk memulai dalam mengatur keuangan.

 

Banyak rumus yang berguna untuk membantu Anda dalam mengatur keuangan. Misalnya, gunakan 40% dari total penghasilan sebagai pemenuhan kebutuhan sehari-hari, 30% untuk membayar cicilan yang ada, 20% uangnya ditabung, dan 10% dari penghasilan untuk kebaikan. Atau Anda bisa menabung di awal saat baru mendapatkan uang gajian.

 

Selain itu, Anda bisa membuat perencanaan keuangan untuk mengelola penghasilan secara tepat. Anda bisa memulai untuk mencoba membuat rencana keuangan jangka pendek dalam waktu 1-2 tahun, jangka menengah dalam waktu 3-5 tahun, jangka panjang dalam waktu lebih dari 10 tahun. Perencanaan keuangan mengenai apa saja yang ingin kamu capai secara finansial dalam jangka waktu tersebut. Dengan ini, Anda bisa membuat target penghasilan yang harus didapatkan serta membantu Anda lebih bijak lagi dalam mengatur cash flow keluarga kamu.

 

Memiliki Penghasilan yang Cukup dan Tidak Dari Satu Sumber Penghasilan Saja

Penghasilan tidak harus berjumlah besar, cukup penghasilan yang mencukupi kebutuhan dan bisa disisihkan untuk menabung. Pastikan kerjaan yang Anda geluti saat ini memiliki penghasilan yang sesuai dengan kebutuhan Anda. Pastikan Anda sudah memperkirakan dan juga menghitung seluruh kebutuhan dasar tanggungan, sehingga Anda bisa membagi penghasilan dengan tepat.

 

Gunakanlah waktu yang dimiliki dengan bijaksana, teruslah berpikir positif dan kreatif untuk membantu kestabilan mental. Cobalah untuk mencari penghasilan tambahan, jangan jadikan pekerjaanmu saat ini sebagai sumber penghasilan satu-satunya. Jika waktu yang Anda miliki bisa menjadi sumber penghasilan lain untuk memenuhi kebutuhan, maka kamu bisa menghindari atau mencegah terjadinya masalah-masalah negatif yang terjadi terkait finansial.

 

Agar bisa menghadapi berbagai permasalah di atas, ada baiknya generasi sandwich menerapkan berbagai solusi seperti: 

 

  • Pertimbangkan untuk meminta orang tua agar mau tinggal bersama dengan kamu dalam satu rumah sehingga bisa lebih menghemat keuangan sehari-hari
  • Mempertimbangkan untuk mengambil asuransi kesehatan bagi seluruh anggota keluarga, tak terkecuali orang tua
  • Membangun komunikasi yang terbuka tentang harapan dan perasaan anggota keluarga untuk menekan masalah yang timbul
  • Membeli alat bantu dengar bagi orang tuamu bila mulai mengalami kekurangan indra pendengar, agar mereka tetap waspada terhadap lingkungan dan mempermudah komunikasi
  • Dukung anak-anak untuk bisa dewasa secara finansial dengan mengajarkan mereka sebagai generasi produktif sehingga bisa mandiri
  • Memberikan kebebasan bagi pemegang keuangan di rumah, untuk menetapkan batasan masing-masing pihak mendapat dukungan secara finansial setiap bulannya.

 

Adapun solusi yang paling berpengaruh dari semua hal di atas yakni memberi dukungan satu sama lain. Sehingga apabila beban dirasa semakin berat salah satu motivasi yang tetap dipegang teguh adalah semangat kebersamaan antar keluarga. 

 

Jika dilakukan denganikhlas dan tidak terbebani maka kebahagiaan kita sebagai generasi sandwich dapat tercapai.

 

Meski beberapa narasi di atas menunjukan bila generasi sandwich bukanlah generasi yang cukup bahagia karena masalah yang dihadapi, namun dalam riset yang dilakukan Pew Research Center menunjukan bahwa, sekitar 31 persen generasi sandwich mengatakan mereka sangat bahagia dengan hidup mereka, dan sekitar 52 persen mengatakan bila mereka cukup bahagia. 

 

Hasil riset ini tidak jauh berbeda dengan yang dirasakan oleh orang dewasa yang bukan generasi sandwich , dimana sekitar 28 persennya merasa sangat bahagia dan sekitar 51 persen merasa sangat senang. (dihimpun dari berbagai sumber).

×
Kaba Nan Baru Update