Notification

×

Iklan

Iklan

Naro Kancie, Inyiak Marapi Penggendong Survivor

05 Desember 2023 | 08.44 WIB Last Updated 2023-12-08T04:26:25Z



Pasbana - Orang mengenalnya dengan sebutan Pak Naro atau Uda Naro, tepatnya Naro Kancie. Naro adalah gelar pria Minangkabau setelah dia menikah, sedangkan Kancie adalah panggilan masa kecilnya. 

Pria berumur  53 tahun bernama asli Ismail ini,  kini sedang sibuk membantu evakuasi para survivor pendaki Gunung Marapi yang terjebak pasca erupsi Gunung Merapi yang terjadi Minggu 3 Desember 2023 Jam 14.54 WIB. 

Sejak pagi tadi wajahnya terlihat di media sosial dan media massa sedang menggendong survivor Gunung Marapi. 

Pak Naro Kancie, sesuai namanya kancie atau kancil tentulah  lincah dan gesit, warga Padang Tarok Nagari Batu Palano Kecamatan Sungai Puar Kabupaten Agam  ini, menjadi andalan ketika terjadi sesuatu dengan para pendaki Gunung Merapi. Gunung Marapi dengan ketinggian 2.800 mdpl, adalah perjalanan sehari-harinya. 




Sejak masa anak-anak dulu, tahun 1980-an dia sudah berulang kali naik gunung, membantu bapaknya sebagai pemanen belerang di kawah Marapi. Boleh disebut Bapaknya adalah ketua regu pemanen Belerang, nagari Batu Palano.

Ketika usaha belerang ini sudah kurang populer, Naro Kancie dan keluarga besarnya beralih usaha dengan membuka warung di Pintu Rimba, yang disebut juga Pesangrahan. 

Selain itu juga ada warungnya di cadas, sebutan antara peralihan gunung Marapi yang bervegetasi dengan bebatuan tandus di bagian puncak. Hanya saja setelah 17 Agustus 2023 ini, warung itu tidak lagi diisinya, lebih fokus mengelola ladang di nagari.

Dulu di warungnya ini, Naro menyediakan berbagai kebutuhan pendaki, bahkan dia selalu bersedia menolong ketika pendaki mengalami masalah. Sehingga beliau dikenal dengan sebutan Inyiak Marapi. 




Marapi merupakan candu bagi para pendaki gunung. Dengan ketinggian sedang dan medan tidak terlalu berat (untuk ukuran gunung tentunya), dengan panoramanya yang memukau Marapi selalu ramai pendaki. Jalur pendakian sempat buka tutup   sejak status  waspada pada 2011 silam. Ketika jalur pendakian di buka selalu ramai. BKSDA Sumbar yang menjadi pengelola kawasan ini membuat sistem mengatur para pendaki, para pendaki mendaftar online pada sistem yang disiapkan BKSDA. Seperti kemarin tercatat 70 yang mendaftar online mendaki Marapi, 54 masuk melewati Batu Palano, sisanya melalui jalur Koto Baru. 

Siapa sangka, jam 3 sore kemarin dentuman Gunung Marapi menggetarkan bumi. Kondisi hujan dan kabut yang menyelimuti puncak tidak memperlihatkan gelombang asap muncul dari gunung Marapi. Yang terasa hanya getaran dan dentuman, tak lama aroma belerang menyeruak. Sah dan pasti dentuman dari gunung yang meletus. Naro dan istrinya masih di pondok mereka ladangnya sedang mengemasi daun bawang, atau disebut juga bawang perai, ketika dentuman itu terjadi. Terkejut, karena Gunung Marapi biasa erupsi, tapi tidak sebesar itu dentumannya. Orang lain sudah berhamburan ketika dentuman ini terjadi, Pak Naro dan istri tetap tenang, dan kemudian mempercepat pekerjaan untuk kemudian langsung membawa hasil panen itu turun ke rumahnya. 

Magrib menjelang telpon Pak Naro sudah tidak berhenti berbunyi, tim SAR dan organisasi lain yang kenal dengan beliau menghubungi. Selain menanyakan kabar yang terpenting dari informasi itu adalah meminta kesediaan beliau untuk membantu proses evakuasi. 

Pak Naro tidak punya pilihan, diantara derai air mata istrinya, Naro maju  ke medan evakuasi. “Hanya doa yang kami panjatkan, melepas perjalanan beliau untuk membantu para pendaki, semoga selamat,” kata Alisa Sikumbang  istri Naro.

Naro bersama Dino dan Endah, boleh disebut sebagai tim evakuasi pertama yang bergerak ke puncak, mengamati keadaan dan memetakan posisi para survivor.  Menelusuri tanjakan diantara dingin hawa Merapi dan bahaya erupsi. 

Di perjalanannya dia menemukan banyak pendaki dengan kondisi lemah, termasuk dia pendaki yang berlindung di warungnya di Cadas. Kepada para survivor diminta bersabar untuk menunggu bantuan, sedangkan Naro dan tim turun  membawa satu pendaki yang terluka dengan cara menggendongnya. Bergantian mereka bertiga menggendong survivor dan menjelang subuh tadi mereka sampai ke posko evakuasi yang telah di bangun tim SAR dan BKSDA di pintu rimba. 




Kini wajah heroik Pak Naro, pemuda dan warga Batu Palano, banyak menghiasi televisi dan media sosial. Sampai siang ini sejumlah media merilis terdapat 11 pendaki yang meninggal dunia dan dievakuasi dari puncak. Semoga perjuangan tim SAR dan para relawan, terkhusus warga Batu Palano membawa kebaikan untuk semua. Dan kita bisa memetik hikmah dari peristiwa ini. 

Tulisan ini saya dedikasikan untuk Uda Naro suami dari kerabat saya di kampung halaman tercinta Nagari Batu Palano.

Ditulis oleh: sukmareni rizal
×
Kaba Nan Baru Update