Notification

×

Iklan

Iklan

Filosofi Mendalam di Balik Marawa, Bendera Tiga Warna Minangkabau

09 Maret 2024 | 08.32 WIB Last Updated 2024-03-09T01:44:09Z



Pasbana - Marawa, bendera tiga warna Minangkabau yang terdiri dari hitam, merah, dan kuning, bukan hanya sekedar lambang daerah. Bendera ini menyimpan filosofi mendalam tentang alam, budaya, dan nilai-nilai luhur masyarakat Minangkabau.

Menurut Saiful Guci, seorang pemerhati budaya Minangkabau, susunan warna pada Marawa mencerminkan tiga wilayah utama di Minangkabau - Luhak Tanah Datar, Luhak Agam, dan Luhak Limopuluah Koto. Masing-masing warna mewakili karakteristik geografis dan budaya yang khas dari setiap wilayah.

Warna kuning keemasan melambangkan Luhak Tanah Datar, wilayah subur dengan tanah vulkanik berwarna kuning yang kaya sulfur dari Gunung Merapi. Penduduknya dikenal ramah, menggambarkan "ikannya jinak".  

Merah mewakili Luhak Agam, wilayah yang cenderung lebih panas dengan masyarakat yang heterogen dan emosional, digambarkan sebagai "ikannya liar". 




Sementara hitam melambangkan Luhak Limopuluah Koto dengan tanah berawanya yang berwarna gelap. Masyarakatnya homogen dan hidup rukun, seperti "ikannya jinak".

Selain melambangkan wilayah, ketiga warna juga mewakili nilai-nilai budaya Minangkabau. Hitam berarti keabadian atau ketahanan, merah melambangkan keberanian, dan kuning adalah simbol keagungan dan kecemerlangan.

"Dalam adat, ketiga warna ini juga melambangkan Tali Tigo Sapilin, Tungku Tigo Sajarangan, yaitu ninik mamak atau pangulu (hitam), cerdik pandai atau panglimo (merah), dan pandito serta rajo (kuning)," terang Saiful.

Bendera ini telah digunakan sejak berdirinya Kerajaan Pagaruyung pada 1347 dan diadopsi pula oleh kerajaan-kerajaan Minangkabau lainnya. Namun filosofi di baliknya masih menjadi perbincangan hingga hari ini, mulai dari melambangkan perjalanan waktu 24 jam hingga unsur-unsur alam ciptaan manusia.

Marawa, dengan segala maknanya, menjadi pengingat akan kekayaan alam, budaya, dan falsafah hidup masyarakat Minangkabau yang perlu dijaga dan dilestarikan.

Susunan Warna Marawa Melambangkan Luhak Nan Tigo


  • Hitam-merah-kuning: Marawa rang Luhak Tanah Datar
  • Hitam-kuning-merah: Marawa rang Luhak Agam
  • Kuning-merah-hitam: Marawa rang Luhak Limopuluah (belum umum ditemukan)



Makna Warna Marawa


Kuning: melambangkan Luhak Tanah Datar, dengan pepatah "Buminyo lembang, aianyo tawa, ikannyo banyak". Tanah subur, penduduk ramah, dan sumber daya alam berlimpah.

Merah: melambangkan Luhak Agam, dengan pepatah "Buminyo angek, aianyo karuah, ikannyo lia". Kondisi geografis panas, masyarakat emosional, dan heterogen.

Hitam: melambangkan Luhak Limopuluah, dengan pepatah "Buminyo sajuak, aianyo janiah, ikannyo jinak". Tanah berawa, masyarakat homogen, dan hidup damai.


Filosofi Lain di Balik Warna Marawa


Tiga warna: perjalanan hari selama 24 jam (malam, siang, senja)

Tiga warna: tanda api (asap tebal, api besar, api kecil)

Empat warna (hitam, merah, kuning, putih): Marawa untuk orang jinih nan ampek (Khadi, Khatib, Imam, dan Bilal)

Empat warna: anasir ciptaan manusia (bumi, api, angin, air)


Marawa adalah bendera triwarna yang kaya akan makna dan filosofi. Bendera ini merupakan simbol identitas dan budaya Minangkabau yang perlu dilestarikan.(**) 
×
Kaba Nan Baru Update