Notification

×

Iklan

Iklan

Menembus Batas Zona Nyaman: Sumatra Barat Siapkan Lompatan Ekonomi Menuju 2029

17 Juni 2025 | 18:22 WIB Last Updated 2025-06-17T11:22:25Z


Pasbana - Suasana Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPb) Sumatra Barat di Padang terasa berbeda. Tak hanya sekadar rapat koordinasi biasa, pertemuan itu menjadi momentum awal dari sebuah mimpi besar: menjadikan Sumbar sebagai motor ekonomi baru Indonesia dengan target pertumbuhan ekonomi ambisius sebesar 7,3 persen di tahun 2029.

Ya, bukan angka main-main. Target ini jauh di atas rata-rata nasional saat ini, dan jelas tak bisa dicapai hanya dengan rutinitas dan pola pikir lama.

"Kita tidak bisa lagi menunggu. Setiap potensi yang kita miliki harus segera diolah menjadi kekuatan ekonomi riil," tegas Syukriah HG, Kepala Kanwil DJPb Sumbar, saat membuka diskusi lintas sektor yang berlangsung Selasa, 17 Juni 2025.


Pelabuhan, Pintu Masa Depan

Salah satu kunci transformasi ekonomi Sumbar ada di pesisir baratnya, tepatnya di Pelabuhan Teluk Tapang, Kabupaten Pasaman Barat. Meski belum sepopuler Tanjung Priok atau Belawan, Teluk Tapang menyimpan potensi besar sebagai gerbang ekspor unggulan Sumatra Barat ke pasar global. Menurut Syukriah, pelabuhan ini harus dikembangkan dari hulu ke hilir, tidak bisa setengah-setengah.

"Teluk Tapang harus menjadi pelabuhan ekspor utama Sumbar. Tapi kita juga harus menyinergikan pengembangannya dengan revitalisasi Pelabuhan Teluk Bayur di Padang dan Pelabuhan Panasahan di Pesisir Selatan," ujarnya.

Tiga pelabuhan ini akan menjadi simpul konektivitas ekonomi baru di pantai barat Sumatra—layaknya jalur sutra modern bagi produk-produk unggulan daerah.

Gambir dan Gabah Tak Lagi Sekadar Komoditas Tradisional

Sumbar mungkin belum memiliki tambang emas besar, tapi ada “emas hijau” yang terlupakan: gambir. Tanaman khas yang selama ini hanya digunakan sebagai pewarna dan penyamak, ternyata bisa menjadi bahan baku bernilai tinggi untuk industri farmasi, kosmetik, bahkan kulit sintetis internasional.

Menurut data Kementerian Perindustrian, Indonesia adalah penghasil gambir terbesar di dunia, dan sekitar 80% di antaranya berasal dari Lima Puluh Kota dan sekitarnya.

“Hilirisasi gambir harus menjadi strategi utama, bukan pelengkap,” jelas Syukriah. “Kalau kita bisa ekspor dalam bentuk produk jadi, bukan bahan mentah, maka nilai tambahnya bisa naik 5-10 kali lipat.”

Tak berhenti di situ, sektor pertanian pangan juga masuk daftar prioritas. Sumbar punya keunggulan di bidang produksi gabah. Tapi sayangnya, sebagian besar petani masih menjual dalam bentuk gabah kering. Padahal, jika diolah lewat rice milling modern, nilai jualnya bisa meningkat drastis.

Di sinilah peran industrialisasi pasca-panen menjadi vital. Pemerintah pusat bahkan sudah mendorong Rice Milling Unit berbasis teknologi untuk diterapkan di kabupaten dan kota.

Investasi Raksasa untuk Impian Besar
Gubernur Sumbar Mahyeldi Ansharullah menyadari bahwa semua rencana ini tak akan berjalan tanpa perubahan cara kerja dan pola pikir. Ia bahkan menyebut Sumbar saat ini masih berada di “zona nyaman” yang perlu diguncang.

“Target 7,3% ini adalah tantangan. Tapi kita juga punya potensi besar—tinggal bagaimana kita meyakinkan investor dan menyiapkan infrastrukturnya,” ujar Mahyeldi.
Sejumlah proyek strategis telah disiapkan, antara lain:
  • Pembangunan PLTA senilai Rp6 triliun di Pasaman,
  • Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Siberut di Mentawai,
  • Budidaya lobster terintegrasi di Sipora,
  • Reklamasi dan modernisasi Pelabuhan Teluk Bayur,
  • Peningkatan akses Pelabuhan Panasahan,
  • Smart post-harvest system berbasis teknologi untuk pangan lokal.
Total kebutuhan investasi yang dibidik hingga 2029 pun tak tanggung-tanggung: Rp117,3 triliun, fokus pada sektor produktif dan berorientasi ekspor.

Kolaborasi atau Gagal

Mencapai target setinggi itu jelas tak cukup dengan optimisme saja. Diperlukan kerja nyata yang cepat, sinergis, dan terukur. Mahyeldi menegaskan bahwa koordinasi lintas sektor, penyederhanaan izin, hingga penyelesaian masalah lahan harus segera dibereskan.

“Tanpa kolaborasi, mimpi ini bisa jadi angan-angan. Tapi kalau kita serius dan konsisten, saya yakin kita bisa menembus angka 7,3%,” pungkasnya.

Menyongsong Sumbar Baru

Apa yang sedang dirancang oleh Sumatra Barat adalah roadmap besar yang jika berhasil, akan membawa provinsi ini naik kelas dalam peta ekonomi nasional. Transformasi ini bukan hanya soal angka-angka, tapi tentang keberanian keluar dari kebiasaan lama.

Dari pelabuhan hingga ladang, dari desa ke dunia digital, Sumbar ingin menunjukkan bahwa perubahan besar selalu dimulai dari tekad untuk tidak lagi nyaman di tempat yang sama.(*)

IKLAN

×
Kaba Nan Baru Update