Notification

×

Iklan

Iklan

Mengenal Puasa Tarwiyah dan Arafah: Dua Hari Istimewa Menjelang Idul Adha

04 Juni 2025 | 07:35 WIB Last Updated 2025-06-04T00:36:49Z



Pasbana - Menjelang Idul Adha, sebagian umat Islam melaksanakan ibadah puasa yang sarat makna yaitu : puasa Tarwiyah dan Arafah.

Meski bukan puasa wajib, dua ibadah ini begitu istimewa karena keutamaannya yang luar biasa dalam mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Tahun ini, menurut Kementerian Agama Republik Indonesia, Hari Raya Idul Adha 1446 H jatuh pada Jumat, 6 Juni 2025. Itu berarti, puasa Tarwiyah dilakukan pada Rabu, 4 Juni, dan puasa Arafah pada Kamis, 5 Juni 2025—sehari sebelum jutaan umat Islam di seluruh dunia menyembelih hewan kurban sebagai simbol ketaatan.

Apa Itu Puasa Tarwiyah dan Arafah?


Puasa Tarwiyah dilaksanakan pada tanggal 8 Dzulhijjah. Kata "tarwiyah" berasal dari akar kata rawa-yarwi, yang artinya "membawa air". Secara historis, ini mengacu pada kebiasaan jamaah haji di masa lalu yang mengisi perbekalan air sebelum berangkat ke Arafah.

Sementara itu, puasa Arafah, yang jatuh pada 9 Dzulhijjah, dilakukan bersamaan dengan jamaah haji yang sedang wukuf di Padang Arafah—momen puncak ibadah haji yang disebut Rasulullah SAW sebagai inti dari haji itu sendiri: “Al-Hajju ‘Arafah”(HR. Tirmidzi).

Keutamaan Puasa Arafah: Penghapus Dosa Setahun Lalu dan Mendatang


Puasa Arafah punya tempat istimewa dalam hati umat Islam. Dalam sebuah hadits riwayat Muslim, Rasulullah SAW bersabda:

"Puasa Arafah dapat menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang."
(HR. Muslim, No. 1162)

Tak heran jika banyak umat Muslim di seluruh dunia berlomba menunaikan puasa ini, meskipun mereka tidak sedang menunaikan ibadah haji.

Bolehkan Hanya Puasa Arafah Tanpa Tarwiyah?


Tentu saja. Meskipun keduanya dianjurkan, puasa Arafah memiliki derajat keutamaan lebih tinggi dibanding puasa Tarwiyah. Jadi, bagi yang hanya sempat berpuasa di hari Arafah saja, tetap mendapat pahala besar.

Namun, jika mampu melaksanakan keduanya, tentu lebih baik. Selain sebagai bentuk persiapan spiritual menjelang Hari Raya Kurban, puasa ini juga jadi momentum refleksi, menata kembali hati, dan menyucikan diri.

Tradisi yang Terus Hidup di Tengah Masyarakat


Di berbagai wilayah Indonesia, semangat menjalankan puasa Tarwiyah dan Arafah cukup terasa. Misalnya, di daerah-daerah pesantren seperti Gresik, Jombang, dan Tasikmalaya, para santri menjalankan puasa ini bersama-sama, dilanjutkan dengan kajian keislaman dan takbir akbar menyambut Idul Adha.

Bahkan, di era digital sekarang, tren mengingatkan sahabat untuk berpuasa Tarwiyah dan Arafah kerap berseliweran di media sosial. Dari status WhatsApp hingga unggahan Instagram, semua mengajak untuk menjemput pahala di dua hari istimewa ini.

Cara Menjalankan Puasa Tarwiyah dan Arafah


Niatnya sederhana, cukup dalam hati atau bisa dilafalkan:

Puasa Tarwiyah:
"Nawaitu shauma yaumi at-tarwiyah sunnatan lillahi ta'ala."

Puasa Arafah:
"Nawaitu shauma yaumi ‘arafah sunnatan lillahi ta'ala."

Waktu puasanya sama seperti puasa sunnah lainnya: dari terbit fajar hingga terbenam matahari. 

Catatan untuk Jamaah Haji


Bagi yang sedang berada di Tanah Suci dan tengah menjalankan ibadah haji, puasa Arafah tidak dianjurkan. Sebab pada hari wukuf, jamaah membutuhkan banyak tenaga untuk berdoa dan berdzikir. 

Rasulullah sendiri tidak berpuasa saat wukuf di Arafah, sebagaimana diriwayatkan dalam Shahih Bukhari dan Muslim.

Menyambut Idul Adha dengan Hati yang Bersih


Lebih dari sekadar menahan lapar, puasa Tarwiyah dan Arafah adalah latihan spiritual untuk menyucikan hati sebelum menyambut Idul Adha, hari besar yang mengingatkan kita pada keteladanan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail dalam hal ketaatan tanpa batas.

Idul Adha bukan hanya soal menyembelih hewan, tetapi juga menyembelih ego, rasa sombong, dan keserakahan. Puasa di hari-hari sebelumnya menjadi cara untuk melunakkan hati, memperbanyak amal, dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Momentum Kecil, Pahala Besar


Dua hari ini hanyalah sebagian kecil dari rangkaian ibadah menjelang Idul Adha. Namun, keduanya menyimpan pahala yang besar, keutamaan yang agung, dan peluang emas untuk memperbaiki diri.

Jadi, yuk manfaatkan dua hari ini sebaik mungkin. Puasa ringan, manfaat besar. Karena terkadang, momen-momen kecil dalam hidup justru punya arti paling dalam.
(*) 

IKLAN

×
Kaba Nan Baru Update