Notification

×

Iklan

Iklan

Rugi di Saham? Ini Alasan Kenapa Balik Modal Itu Lebih Sulit dari yang Kamu Kira

06 Agustus 2025 | 12:24 WIB Last Updated 2025-08-06T05:24:01Z


Pasbana - Ketika saham turun, banyak investor berharap harga kembali naik. Tapi tahukah kamu, makin dalam ruginya, makin berat untuk pulih? 

Simak panduan cut loss dan average down agar portofoliomu tetap sehat.

Investasi saham memang menawarkan potensi cuan yang besar. Tapi, di balik potensi itu, ada jebakan kerugian yang bisa dalam dan menyakitkan. 

Banyak investor pemula (bahkan yang sudah berpengalaman) terjebak karena menunda cut loss atau terlalu sering average down tanpa perhitungan. Mari kita pahami, kenapa rugi di saham itu "curam" untuk kembali? 

Kapan sebaiknya cut loss dan bagaimana melakukannya secara bijak.

Kapan average down bisa jadi strategi yang justru menyelamatkan.

Disampaikan dengan bahasa yang ringan tapi tetap berbobot, artikel ini cocok buat siapa saja yang ingin portofolionya tetap aman dan tumbuh secara sehat.

Semakin Dalam Rugi, Semakin Sulit Balik Modal


Banyak orang berpikir, kalau rugi 50%, ya tinggal tunggu sahamnya naik 50% lagi supaya balik modal. Sayangnya, tidak sesederhana itu.
Lihat perhitungannya:

Rugi 10% → Butuh naik 11,1% untuk balik modal
Rugi 20% → Butuh naik 25%
Rugi 50% → Butuh naik 100%
Rugi 90% → Butuh naik 900%!


Kenapa bisa begitu? Karena penurunan menghancurkan nilai dasar yang lebih besar. Misalnya:
Beli saham Rp1.000 → Turun 50% → Sisa Rp500.

Untuk kembali ke Rp1.000, saham harus naik Rp500 dari Rp500 = 100% kenaikan!

➡️Artinya, semakin lama kamu tahan saham yang rugi besar, semakin berat kamu keluar dari lubang.


Cut Loss: Tombol Darurat untuk Menyelamatkan Portofolio


Cut loss bukan tanda kamu menyerah. Justru ini cara cerdas untuk menyelamatkan modal dan menjaga mental tetap waras.

Contoh Nyata:
Saham JPFA sempat turun dari Rp2.050 ke Rp1.800. Banyak investor berharap rebound, tapi karena sudah tembus support Rp1.900 dan fundamental mulai menurun, seharusnya ini momen tepat untuk cut loss.

Cut loss itu seperti mematikan api kecil sebelum jadi kebakaran besar.

Tapi ingat, cut loss juga jangan asal-asalan. Kalau terlalu sering, portofoliomu malah stagnan.


Cara Cut Loss yang Bijak dan Tidak Menyesal


Tentukan Batas Toleransi dari Awal

Misalnya: Maksimal rugi 10–15%.
Beli INDF di Rp6.500 → Stop loss di Rp5.850 (rugi 10%).

Sesuaikan dengan Karakter Saham
Blue chip: Toleransi 7–10%
Second liner: Toleransi 10–15%

Gunakan Analisis Teknikal
Perhatikan support. Jika jebol, segera jual.

Contoh: Support JPFA di Rp1.900. Jika tembus, jangan ragu untuk cut.

Jangan Emosional
Harapan tidak menggerakkan pasar. Disiplin lebih penting dari optimisme kosong.

Pantau Fundamental
Jika laba menurun drastis atau ada risiko serius (utang, isu regulasi, dll), cut loss meski belum tembus support teknikal.


Average Down: Bisa Menolong, Tapi Jangan Asal


Average down = Beli lagi saat harga turun untuk menurunkan rata-rata harga beli.

Tapi hati-hati, ini hanya cocok jika:
Fundamental saham masih kuat.
Harga sudah mendekati support kuat.
Kamu tidak menghabiskan semua dana di satu titik.

Contoh:
INDF turun dari Rp6.500 ke Rp6.000, tapi laporan keuangan Q1 2025 masih bagus → average down bisa masuk akal.

Tapi kalau saham kayak GOTO terus rugi dan tidak jelas arahnya, average down justru menjerumuskan.

Jangan average down saham yang sedang tenggelam karena rusak, bukan karena badai. 

Cut Loss vs Average Down: Pilih yang Mana?


Situasi Solusi Tepat
Saham turun >15%, tembus support, dan fundamental memburuk ✅ Cut Loss
Saham turun, tapi masih dekat support dan fundamental bagus ✅ Average Down
Saham volatil tapi masih dalam batas aman ❌ Jangan panik, tahan dulu


Tips Praktis: Menjaga Portofolio Tetap Sehat


Diversifikasi
Jangan all-in di satu saham.
Ideal: 5–7 saham dari sektor berbeda.

Gunakan Trailing Stop
Kunci cuan saat saham naik.
Contoh: Saham naik dari Rp2.050 → Rp2.500 → Pasang trailing stop di Rp2.250.

Pantau Sentimen dan Berita
Suku bunga, komoditas, atau geopolitik bisa jadi pemicu pasar.

Lihat Tabel Kerugian
Batasi rugi maksimal 10–20% agar lebih realistis untuk balik modal.

Tenang Hadapi Koreksi
Koreksi 3–5% itu biasa. Evaluasi dulu sebelum panik.


Bijak dalam Bertindak = Investasi yang Bertumbuh


Investasi saham bukan soal selalu benar, tapi soal bertindak tepat di saat yang tidak pasti.

Cut loss dan average down adalah dua alat penting. Tapi seperti pisau, jika tidak digunakan dengan benar, bisa melukai diri sendiri.

Jadi, selalu:
  • Buat rencana sebelum beli saham.
  • Disiplin dalam eksekusi.
  • Pantau fundamental dan berita.
  • Gunakan analisis teknikal sebagai kompas.
(*) 

IKLAN

×
Kaba Nan Baru Update