Padang, pasbana – Ada pemandangan yang berbeda di sebuah rumah sederhana di Jalan Aster No. 19, Flamboyan Baru, Padang, Minggu (21/9/2025). Di sana, belasan orang tampak serius menggerakkan tangan, membentuk huruf, kata, dan kalimat.
Mereka bukan sedang bermain tebak gerakan, melainkan mengikuti Kelas Bahasa Isyarat untuk Umum yang digelar Rumah Inklusi Padang.
Kegiatan ini adalah lanjutan dari aksi serupa yang sebelumnya sukses menarik perhatian masyarakat saat Car Free Day.
Antusiasme peserta kali ini pun tinggi. Sebanyak 15 orang dari berbagai latar belakang ikut belajar—mulai dari mahasiswa, guru, hingga ibu rumah tangga.
“Kami ingin menjembatani komunikasi antara masyarakat umum dan teman-teman tuli. Bahasa isyarat adalah bahasa persaudaraan,” ujar Danil Kurniawan, Ketua Rumah Inklusi Padang, dengan senyum semangat.
Menurut Danil, semua pelatihan bahasa isyarat yang mereka adakan bersifat gratis. Namun, ia berharap dukungan dari para donatur agar program ini bisa terus berjalan.
“Makin banyak yang bisa berbahasa isyarat, makin inklusif kota ini. Padang bisa menjadi kota ramah disabilitas yang sesungguhnya,” tambahnya.
Dukungan untuk kegiatan ini juga datang dari berbagai pihak. Sri Kumala Dewi, anggota DPRD Sumatera Barat Komisi V, turut hadir memberikan apresiasi.
“Saya bangga dengan kegiatan seperti ini. Semoga terus berlanjut dan membawa manfaat nyata bagi masyarakat,” katanya.
Bahasa isyarat tak sekadar alat komunikasi, tetapi juga bentuk penghormatan terhadap hak penyandang disabilitas. Data Badan Pusat Statistik (BPS) 2023 menunjukkan, sekitar 22,97% penduduk Indonesia adalah penyandang disabilitas, dan sekitar 2,5% di antaranya adalah penyandang disabilitas rungu. Artinya, jutaan warga Indonesia bergantung pada bahasa isyarat dalam keseharian.
Kegiatan seperti ini membantu masyarakat umum memahami dan berinteraksi lebih baik. Beberapa kota besar seperti Bandung dan Surabaya sudah mulai mendorong pelatihan bahasa isyarat di sekolah maupun fasilitas publik. Padang pun kini mulai mengejar ketertinggalan.
Rumah Inklusi Padang tidak hanya fokus pada pelatihan bahasa isyarat, tetapi juga menghadirkan ruang diskusi, advokasi, dan pemberdayaan bagi penyandang disabilitas. Ke depan, mereka menargetkan lahirnya lebih banyak relawan bahasa isyarat yang siap membantu di fasilitas publik, rumah sakit, sekolah, hingga layanan darurat.
Bagi yang tertarik belajar, Rumah Inklusi membuka pendaftaran untuk kelas berikutnya secara daring maupun langsung. “Kami ingin semakin banyak orang terlibat. Inklusi itu bukan wacana, tapi aksi bersama,” tegas Danil.(*)