Notification

×

Iklan

Iklan

Kenapa Masyarakat Sumbar Sering Disebut "Orang Padang"?

05 Oktober 2025 | 13:50 WIB Last Updated 2025-10-05T06:50:53Z


Pasbana - Pernah dengar teman atau kerabat menyebut semua orang dari Sumatera Barat sebagai “orang Padang”? 

Atau malah ada yang mengira “orang Padang” itu sama dengan orang Nias? Nah, inilah salah kaprah yang masih sering beredar di tengah masyarakat.

Padahal, kenyataannya tidak sesederhana itu. Untuk meluruskan, mari kita tengok sejarah, budaya, dan realitas sosial kedua kelompok etnis ini.

Dari Rumah Makan Padang ke Identitas Minang


Popularitas rumah makan Padang yang tersebar dari Sabang sampai Merauke membuat istilah “orang Padang” semakin lekat di telinga. 

Namun, sesungguhnya yang dimaksud “orang Padang” adalah masyarakat Minangkabau—suku besar yang mendiami Sumatera Barat.

Minangkabau punya budaya unik: sistem kekerabatan matrilineal (garis keturunan dari ibu), bahasa Minang yang khas, dan mayoritas beragama Islam. 

Mereka juga dikenal dengan tradisi merantau, yang membuat orang Minang tersebar ke berbagai penjuru Nusantara, bahkan sampai mancanegara.

Tak heran, seorang Minang dari Bukittinggi, Solok, Tanah Datar, atau Pariaman pun kerap dipanggil “orang Padang”, meski sebenarnya Padang hanyalah salah satu kota di pesisir barat Sumatera.

Lalu, di Mana Posisi Orang Nias?


Nah, di sinilah letak kerancuan. Orang Nias jelas berbeda dari orang Minang. Mereka berasal dari Pulau Nias, yang terletak di sebelah barat Sumatera. Mayoritas beragama Kristen, berbahasa Nias, dan dikenal dengan tradisi budaya megalitik serta atraksi ikonik lompat batu.

Sementara orang Minang kental dengan filosofi adat “adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah”, orang Nias memiliki kekayaan budaya berbeda yang tak kalah unik. Jadi, mencampuradukkan keduanya tentu keliru.


Jejak Orang Nias di Padang


Namun, ada alasan mengapa sebagian orang mengira “orang Padang” itu Nias. Sejarah mencatat, sejak abad ke-18 pada masa kolonial Belanda, banyak orang Nias dibawa ke Padang sebagai buruh pelabuhan, pekerja perkebunan, hingga ada pula yang masuk melalui perdagangan budak.

Setelah praktik perbudakan dihapus, sebagian dari mereka memilih menetap di Padang dan berbaur dengan masyarakat setempat. 

Memasuki abad ke-20, migrasi orang Nias ke Padang berlangsung secara sukarela, terutama untuk bekerja, berdagang, hingga menempuh pendidikan.

Kini, komunitas Nias memang ada dan hidup berdampingan di Padang. Mereka banyak ditemukan di kawasan pesisir dan pelabuhan, serta berperan dalam kehidupan ekonomi maupun sosial kota.

Kenapa Bisa Salah Kaprah?


Karena kehadiran orang Nias di Padang sudah berlangsung lama, sebagian orang luar daerah mungkin terkecoh dan mengira “orang Padang” adalah orang Nias. Padahal, identitas keduanya jelas berbeda.

Orang Padang (Minang): Islam, bahasa Minang, adat matrilineal.

Orang Nias: Mayoritas Kristen, bahasa Nias, budaya megalitik.

Kesalahpahaman ini mirip seperti menganggap semua orang Jawa berasal dari Jogja, atau semua orang Kalimantan adalah Dayak. Padahal, Indonesia terlalu kaya untuk disederhanakan seperti itu.

Meluruskan Identitas, Merawat Kebhinekaan


Meluruskan pemahaman tentang “orang Padang” bukan sekadar urusan istilah. Ini bagian dari menghargai identitas etnis yang ada di Nusantara.

Orang Minang adalah “orang Padang” dalam pengertian populer, sementara orang Nias adalah etnis tetangga yang turut memberi warna dalam kehidupan Kota Padang.

Dengan memahami perbedaan ini, kita bisa melihat bahwa Indonesia kaya akan budaya—dan setiap etnis punya cerita unik yang patut dihargai.Makin tahu Indonesia.(*)

IKLAN

×
Kaba Nan Baru Update