Notification

×

Iklan

Iklan

Edwardo Guci, Sang Tuo Silek Dari Silek Tuo Pagu Pagu

23 Juni 2016 | 11.33 WIB Last Updated 2016-06-23T09:31:43Z

Guru Edwardo Sutan Panduko Guci lahir di Bukittinggi, Sumatera Barat pada Mei 1973.Dia memulai perjalanan seni bela diri di sekolah Kung-Fu lokal, saat demam Bruce Lee mania melanda Indonesia. Dan kemudian ayahnya mengirim Edwardo muda ke kampungnya di tepi Danau Maninjau untuk menerima beberapa pengobatan cedera dari pamannya yang kebetulan juga Shaman, mendalami Seni Beladiri Minangkabau Silek Asli.

Pada tahun 1989, Pamannya bertanya pada Edwardo muda tentang sejauh mana telah ia pelajari beladiri Kung-Fu. Edwardo muda pun merasa yakin dan memutuskan untuk menunjukkan kemampuan nya bertanding dengan sang paman yang relatif tua usianya. 

Setiap kali ia mencoba menyerang maka dengan mudah pamannya mampu mematahkan nya dengan lembut dan menjatuhkan Ed ke lantai.
Menjadi agak terkejut dan sedikit malu yang Edwardo muda pun menyerah.

Sejak itu, ia  mulai pencariannya untuk menemukan semua yang dia bisa pelajari tentang  Seni Bela Diri Minangkabau dari sumbernya. Dimulai dengan belajar Aliran Silek pamannya yaitu Silek Balam dan dilanjutkan bertemu dan berlatih dengan banyak ' Tuo silek '.

Banyak Beraktivitas di Kampung Halaman

" Da Ed " Begitulah orang-orang biasa menyapa Budayawan yang satu ini.Lebih dari dua pertiga umur beliau diabdikan untuk aktifitas budaya Minangkabau khususnya "silek". 

Dia adalah Edwardo Guci.  Baru beberapa tahun ini pulang lagi ke Indonesia setelah beberapa tahun mengelilingi eropa untuk mengembangkan "silek" silat Minang di Eropa. Tidak hanya mengembangkan silek , beliau juga mengevaluasi aktifitas silek Minang hampir seluruh perguruan silek Minang di Eropa, dan selalu memburu sejarah-sejarah Minangkabau yang saat ini terpendam di Tropen Museum Belanda.

Hasil dari perjalanan panjang itu membuat " Uda Ed" kembali ke Kampung Halaman di Sumatera Barat. Kepulangan ini disebabkan kesedihan betapa sangat berkembangnya silek Minang di Dunia Internasional. Kesedihan itu bukan tidak beralasan. Silek termasuk ke dalam kurikulum beberapa universitas di Amerika. Silek menjadi salah satu ilmu beladiri  wajib di beberpa pasukan khusus negara lain.
Penghargaan terhadap penggiat silek begitu tingginya. Sementara di negara sendiri, atau kampung halaman sendiri rasanya belum begitu sebesar capaian aktifitas silek seperti di dunia Internasional.

Kesedihan itu di wujudkannya dengan kepulangan "Da Ed"  ke Tanah Air kembali. Ada niat untuk mengkaji lagi dan mencari solusi atas kurangnya perkembangan Silek di daerah sendiri.

Setibanya di Indonesia , Edwardo Guci mulai  bergerilya dari beberapa daerah di Indonesia guna  melakukan penelitian-penelitian. Dari perjalanannya, memunculkan sebuah keinginan dan optimisme untuk menggeliatkan kembali aktifitas Silek Minang di Sumatera Barat.
Dan hal tersebut telah ia buktikan dengan suksesnya acara " Minangkabau Silek Tuo Summer Camp "  Yang Pertama dan Kedua di Sumatera Barat.

Saat ini , aktifitas Edwardo Guci lebih banyak berada di Kota Padang Panjang. Ada beberapa Rencana Kegiatan Spektakuler yang beliau urus dengan penggiat- penggiat silek yang lain.
Dari sinilah lahir ide inspiratif bahkan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pelestarian silek Minang.

Sekilas Tentang Silek Tuo Pagu Pagu

Silek Tuo Pagu Pagu adalah gaya tradisional Minangkabau yang berfokus pada prinsip-prinsip berikut energi dan bermain dengan gravitasi melalui pengembangan 'Gelek' atau memutar tubuh penuh.

Gerakan Gelek ini merupakan inti seni Minangkabau Asli yang mengajarkan untuk menghindar, menyerang, untuk melakukan kuncian praktis . Silek Tuo Pagu Pagu dimulai dengan melatih Gelek melalui Ampek Ampek, pola empat urutan kedua duduk kemudian berdiri. Setelah dasar Gelek telah dikuasai, kemudian bertahap ke pelatihan dari 5 gerakan singkat yang disebut Induak. Masing-masing 5 gerakan dengan kemampuan untuk bertahan dan menyerang.(**)

Sumber:
- Mevi Rosdian
- www.silatcamps.com

- FB. Edwardo Guci 



×
Kaba Nan Baru Update