Notification

×

Iklan

Iklan

Mereka Yang Butuh Layanan Pendidikan Di Attabai

07 September 2016 | 08.28 WIB Last Updated 2016-09-07T01:28:59Z

SIBERUT - Bagi anak anak Attabai yang berada di pedalaman Siberut, tepatnya di Desa Madobak, Kecamatan Siberut Selatan, Kabupaten Kepulauan Mentawai, pendidikan merupakan sesuatu yang sulit mereka capai di kampungnya. Kondisi ekonomi orang tua yang sulit membuat mimpi mereka untuk sekadar mengenyam pendidikan sekolah dasar di luar daerahnya seakan mustahil mereka raih.

Di Attabai hanya ada satu sekolah swasta sederhana, didirikan Yayasan Parurukat Togat Sikerei (Patas) dan baru beroperasi setengah tahun. Namun sekolah tersebut belum dapat mengakomodir kebutuhan anak-anak Attabai yang lain karena jarak sekolah dengan tempat tinggal anak-anak yang lain sangat jauh.

Di sekolah Patas terdapat 8  murid, mereka belajar di sebuah uma(rumah) milik salah seorang warga setempat. Meski masih terbata-bata, siswa tersebut sudah dapat baca tulis dan hitung. Jika sudah mampu membaca, menulis dan berhitung dengan lanjut dari sekolah Patas mereka akan melanjut di SDN 21 Ugai, Desa Madobag, Kecamatan Siberut Selatan.

Anak-anak Attabai tidak dapat sekolah langsung di SDN 21 Ugai karena jaraknya sangat jauh, perjalanan dari Ugai ke Attabai menghabiskan waktu sekira 1 hari dengan mendaki bukit dan menelusuri jalan setapak.

Karolina Sanambaliu (35), salah seorang warga Attabi mengatakan, sudah tiga orang anaknya yang sekolah di SDN 21 Ugai, dua diantaranya duduk di kelas III dan satu orang lagi masih kelas I.

Karolina dan anak-anaknya pernah tinggal di Dusun Ugai selama setahun di salah satu rumah sosial yang dibangun pemerintah. Namun ia tak dapat bertahan lama sebab sumber pencarian di daerah tersebut untuk menghidupi keluarganya tidak ada.

Ia dan suaminya kemudian memutuskan kembali ke Attabai, di sana mereka memiliki babi, ayam dan pohon sagu yang dikelola menjadi sumber makanan pokok sehari-hari. Sementara tiga anaknya yang telah sekolah di SDN 21 Ugai tinggal di rumah sosial.

"Jika ada kesempatan dua kali seminggu kami mengunjungi anak-anak di Ugai sambil membawa makanan dan sedikit uang untuk belanja mereka," tuturnya kepada Puailiggoubat, Jumat, 19 Agustus.

Evawati, salah seorang siswa asal Attabai mengatakan,saat ini ia telah duduk di kelas III SDN 21 Madobak Dusun Ugai. Di Ugai ia tinggal bersama adiknya di sebuah rumah. Sebelumnya Evawati tak peduli yang namanya pendidikan. Di Attabai ia lebih memilih bermain dan membantu orang tua di ladang namun karena didorong kedua orang tuanya yang memiliki sedikit pengetahuan tentang pentingnya pendidikan ia kemudian bersedia melanjutkan sekolah di Ugai.

Jika ada kesempatan, hari Sabtu Eva dan adik-adiknya pulang ke Attabai bertemu dengan orang tua. Untuk mencapai Attabai mereka berjalan kaki mendaki bukit melalui jalan setapak yang berjarak sekitar 15 kilometer dari Ugai.

"Walaupun akses menuju Attabai sangat sulit namun tidak membuat kami merasa putus asa dalam meraih kesuksesan melainkan semangat untuk meraih pendidikan dan cita-cita yang tinggi," ujar Evawati.

Leonardus (41), ayah dari Evawati mengaku meski daerah tinggal mereka jauh dari jangkauan program pemerintah tapi soal pendidikan tidak mereka abaikan. Selain Evawati dan kedua saudaranya yang bersekolah di Ugai, anaknya yang masih kecil turut bersekolah di sekolah Patas.

Guru di Attabai ada dua orang yang berasal dari Dusun Ugai. Pada hari Jumat kedua guru balik ke Ugai karena pada hari Sabtu mereka tidak sekolah.

Saat banjir, anak-anak Attabai tidak masuk sekolah karena jalan yang biasa mereka lalui melewati sungai dan saat banjir arusnya sangat deras. Selain itu, faktor jauhnya sekolah dengan tempat tinggal mereka membuat anak-anak malas.

Warga Attabai berharap ada pihak yang membantu membangun sekolah yang letaknya lebih strategis dan dekat dengan rumah warga.

"Saya berharap ada satu sekolah lagi yang dibangun pada bagian hilir di Attabai karena warga yang tinggal di sana lebih banyak sehingga ada dua sekolah yang membuat akses sekolah lebih mudah dijangkau anak-anak," kata Leonardus.

Saat ini sekolah Patas berada di bagian hulu sungai Attabai sehingga anak-anak yang tinggal di bagian hilir kesulitan menjangkau sekolah.

Sumber : Mentawai Kita


×
Kaba Nan Baru Update