Notification

×

Iklan

Iklan

Warga Palembayan Gelar Tradisi Masak Gulai Bukek

23 Agustus 2018 | 20.42 WIB Last Updated 2018-08-23T13:42:01Z
Gulai Bukek Yang Menggugah selera ( foto  :@santiangraini09/haluan )
Agam -- Masyarakat Palembayan Kabupaten Agam menggelar acara Tradisi makan Gulai Bukek, tradisi ini hanya ada di Palembayan, Kamis (23/8). Tradisi ini salah satunya yang menyebabkan orang rantau rindu dengan kampung halamannya.

Gulai Bukek ini hanya ada di Palembayan, dan biasanya diadakan saat ada acara atau kenduri dan sebagainya, gulai itu juga dilengkapi pakai pisang batu.

Acara tradisi tersebut berlangsung meriah dihadiri warga setempat, pegawai yang betugas di sekitar lokasi dan para perantau yang pu­lang kampung.

Acara tradisi tersebut berlangsung meriah dihadiri warga setempat dan  para perantau yang pu­lang kampung.
Gulai bukek merupakan kuliner  khas Palembayan yang biasa dihidangkan pada acara perhelatan perka­wi­nan dan upacara adat lainnya.

Warga bersama menikmati gulai Bukek ( foto @santiangraini09/haluan )
Bahan gulai bukek ter­diri dari daging, cabe,tepung beras, sedikit santan dan bumbu masak lainya, boleh dicampur dengan nangka dan pisang muda, namun untuk gulai bukek daging korban tidak ada campuran, kuah gulainya kental mirip kuah sate padang.

Pelak­sanaan makan gulai bukek dilakukan setelah shalat zuhur sampai sore. “Makan gulai bukek boleh sepuasnya,  gulainya daging se­mua, siapa saja boleh ikut,” kata salah seorang warga .

Tradisi makan gulai bukek ini telah berlangsung lama dan hingga kini masih bertahan terutama pada Jorong Pa­lem­bayan Tangah dan Jorong Pasa - Nagari Ampek Koto.

Dan pada Hari Raya Idul Adha seperti saat ini,  tradisi makan gulai bukek masih merupakan acara menarik di Palembayan, bahkan warga yang merantau banyak yang pulang kampuang untuk ikut menikmati gulai bukek.

Kuah gulai bukek yang kental ( foto: haluan )
Menurut sejarahnya tra­disi makan gulai bukek semula berlangsung di Kam­puang Tanjuang Palembayan Tangah, dimana pada waku itu orang yang berkorban sedikit, kalau daging korban  dibagi beronggok seperti sekarang banyak yang tidak akan mendapat.

Karena itu ninik mamak dan ulama setempat memutuskan agar daging itu digulai saja, lalu dimakan bersama, sehingga warga sekitar dapat mera­sakan enaknya daging kurban.

Namun sekarang karena warga yang berkorban sema­kin banyak, daging korban tidak semuanya dijadikan gulai, ada juga yang dibagi-bagikan ke rumah warga.

Dalam acara tradisi ma­kan gulai bukek terjalin keber­samaan antar sesama, dimana para lelaki bertugas mencari kayu dan mengacau gulai, sedangkan perempuan bersama-sama memotong da­gingnya, para keluarga peserta korban membawa nasi untuk makan bersama. (ril/bd)



×
Kaba Nan Baru Update