Notification

×

Iklan

Iklan

Pameran Lukis Dan Patung: Pembelajaran Beroreantasi Industri 4.0 Dari Peserta Didik SMPN BINSUS Kota Dumai

23 Oktober 2019 | 18.13 WIB Last Updated 2019-10-23T12:54:52Z

Oleh: Zulkarnaen, S.Sn., M.Sn *)

Pasbana.com
-- Pembelajaran yang beoreantasi pada industri 4.0 adalah pembelajaran yang sesuai kebutuhan pasar. Internet yang mumpuni dan kreatifitas yang tak terbatas. Itulah pemahaman penulis dari pemateri KEMDIKBUD Juni lalu di Jakarta. Belajar bukan hanya di kelas, kemudian peserta didik mendapatkan nilai, kegiatan selesai sampai di situ. Tidak. Kita hidup di abad 21, internet dan tuntutan pasar yang kita ikuti.

Belajar seni budaya, bidang seni rupa, khususnya melukis dan patung pada kelas 9, dimulai dari proses teori lukis, tema, sejarah, alliran kemudian diberikan penilaian. Penulis merasakan jika sebatas ini dilakukan, bukankah ini kebiasaan lama yang tak ada tantangannya. Ide membuat pameran lahir dari sini. Setelah ide itu lahir, pertanyaannya, apakah sama dengan pameran yang dibuat oleh sekolah lain? Lagi-lagi kreatifitas dipancing hingga lahir ide baru yang belum ada dibuat di kota Dumai. Pameran lukis dan patung mengundang tokoh masyarakat, orang tua dan seniman, tempatnya di SMPN BINSUS Kota Dumai. Itulah tantangannya yang melibatkan berbagai pihak, butuh kesabaran, dan komunikasi yang baik untuk mewujudkan kegiatan pameran.

Merancang pameran dari pembentukan panitia yang terdiri dari peserta didik kelas 9 SMPN BINSUS Kota Dumai, dari dua minggu sebelum pameran. Minggu pertama membahas izin kepada Kepsek SMPN BINSUS Kota Dumai, panitia dan biaya, yang terdiri dari undangan, spanduk, buku tamu, makanan ringan dan biaya lainnya. Minggu kedua membahas dan praktik bagaimana kejadian sesungguhnya atau simulasi. Tanggal 14-18 Oktober 2019 kemarin, pameran berlangsung. 

Konsep yang diusung adalah kepanitiaan pada tiap kelas 9 dengan karya lukis dan patung semua peserta didik kelas 9. Tiap kelas pada waktu jam mata pelajaran seni budaya dari hari senin hingga jumat, melangsungkan pameran dengan undangan orang tua bukan kelasnya yang berkesan tamu adalah orang lain, bukan orang tua siswa ditambah dengan undangan tokoh masyarakat, seniman.  Penulis selaku pembimbing pameran, memberikan ilmu event organizer/kepanitiaan pameran dan pertunjukan yang didapat saat penulis kuliah S1 dan S2 Seni dari kampus ISI Padangpanjang.

Tujuan akhir dari pameran lukis dan patung yang diselenggarakan untuk diapresiasi karya peserta didik, oleh masyarakat, seniman dan orang tua peserta didik. Alhasil selama seminggu pameran, pada hari terakhir pameran, ada tamu pameran yang basikareh membeli lukisan yang disukainya. Sebenarnya unik tentang menjual lukisan ini. rencananya karya lukis itu dijual, hari kedua pameran,  ada saran dari seniman  hasil lukisan peserta didik dikumpulkan selama tiga tahun kemudian dibuat pameran lagi yang berkesan pameran dengan lukisan terbanyak (MURI).  Panitia merubah rencana untuk tidak menjual lukisan dan patung yang dibuat kelas 9 SMPN BINSUS Kota Dumai. Apa yang menarik, pada hari terakhir pameran, ada tamu pameran yang benar-benar tertarik dan ngotot membeli lukisan, akhirnya panitia menjual satu lukisan yang diminati.



Peserta didik kelas 9, terkesan senang dalam pembelajaran seni budaya seperti ini, selain mengalamai langsung sebagai EO pameran, berfoto ria adalah paling sering dilakukan, bisa jadi ini kesempatan tak pernah terjadi, saat berada pada jam pelajaran, di sekolah berpakaian bebas dan sopan. Sesuai yang dikatakan salah seorang seniman Dumai yang namanya sudah nasional, mbak Tantri mengatakan ini pertama kali pameran lukis di adakan di Kota Dumai, merupakan kreatifitas seorang guru yang memiliki ide seperti ini, harapan kedepannya tetap dilanjutkan, lebih kreatif lagi misalnya membuat pameran dari hasil lukis 3 tahun ke depan, kemudian buat acara beroreantasi MURI. Mbak Tantri  juga menyarankan agar bekerja sama dengan Pertamina, untuk melukis di pagar sepanjang kilang, dan melukis di bundaran seperti yang biasa dilakukan seniman di Yogyakarta.

Lain lagi sambutan Ketua Dewan Kesenian Dumai, Fitrianto, S.Hum , katanya pertajam lagi temanya ke arah muatan lokal, apa yang ada di Kota Dumai, itu hendaknya dilukis peserta didik. Kecuali itu Ketua Dewan Kesenian Dumai dan seniman Dumai mengapresiasi, kegiatan Pameran yang pertama di Dumai, harapannya sekolah lain mengikuti program serupa.

Kegiatan pameran lukis dan patung yang ditaja ini, melibatkan berbagai pihak, sebagai penulis pameran sebagai akhir dari kegiatan seni rupa bidang lukis dan patung menjadikan peserta didik lebih bergairah dalam berkarya, bekerja secara tim, dan merasakan manfaatnya di masa datang. Berbisnis di bidan seni, seperti yang dikatakan salah seorang orang tua peserta didik, yang katanya,  meskipun lukisan ini di jual, saya tak bisa membelinya karena harganya tak ternilai. Kemudian orang tua peserta didik itu memberikan sejumlah uang relatif besar untuk panitia kelas 9.5. tulisan ini ditutup, bahwa pembelajaran beroreantasi industri 4.0 sesuai tuntutan pasar saat ini. Pembelajaran bukan selsai di kelas saja, itu valuenya.

*) Penulis adalah Guru Seni Budaya SMPN BINSUS Kota Dumai, penulis diberbagai media.
×
Kaba Nan Baru Update