Notification

×

Iklan

Iklan

Wulan Denura Tegaskan Posko Tanggap Darurat Covid-19 Perlu Tambahan APD

28 Maret 2020 | 19.39 WIB Last Updated 2020-03-28T12:39:37Z



Payakumbuh - Komisi C DPRD kota Payakumbuh melakukan rapat kerja dengan Dinas Kesehatan Kota Payakumbuh, RSUD Adnan WD Kota Payakumbuh, serta Kepala Puskesmas Se-Kota Payakumbuh, Sabtu (28/3) di ruang rapat DPRD setempat, terkait sejauh mana kesiapan stakeholder tersebut dalam penanganan dan pencegahan virus corona covid-19.

Hadir dalam rapat kerja itu, Ketua Komisi C Ir. Ahmad Zifal didampingi Wulan Denura. S.ST koordinator Komisi C dan H.Yendri Bodra, S.H, Dt. Parmato Alam, Mawi Etek Erianto, Mesrawati, Fahlevi Mazni, Direktur RSUD, Dr. Efriza Naldi, beserta staf, Kepala Dinas Kesehatan Payakumbuh, Dr. Bakhrizal, MKM, beserta staf
dan Kepala Puskemas Se-Payakumbuh.

Ketua Komisi C Ir. Ahmad Zifal, menyampaikan, virus Covid-19 ini perlu diantisipasi dengan pola hidup bersih dan Physical distancing harus diterapkan pada masyarakat di Kota Payakumbuh. Selain itu, pengadaan Alat Pelindung Diri (APD) sangat penting bagi dokter/ perawat yang bertugas, tidak bisa ditawar lagi.

“Kita tentu tidak ingin ada warga Payakumbuh yang tertular, sungguh pun demikian kita harus mempersiapkan solusi bagi warga Payakumbuh jika ada tertular/ positif. Kami memberikan apresiasi yang tinggi pada petugas (paramedis, relawan BPBD, dsb),” ujar Ahmad Zifal.

Ditambahkan, Wulan Denura, menegaskan, kita bersama-sama harus mensiasati untuk menghilangkan kepanikan warga Kota Payakumbuh, mengingat berita dari kota terdekat seperti daerah tetangga yang positif covid-19.

“Posko-posko di kecamatan perlu tambahan APD, untuk melindungi keselamatan para medis dalam bertugas, dan paramedis jangan sampai sakit, untuk mengantisipasi itu
Rumah Sakit harus Stand By. Karena itu, DPRD sangat mengharapkan Dinkes, RSUD, dan Puskesmas yang ada di Payakumbuh memberikan kontribusi yang maksimal dalam pencegahan dan penanganan virus Covid-19 ini tanpa mengabaikan keselamatan tim medis dan relawan lainnya,” tegas Wulan.

Hal senada juga diutarakan H. Yendri Bodra, S.H Dt. Parmato Alam, disebutkan, APD paling penting dari skala prioritas, dan saat ini kita tidak lagi berfikir efisiensi, tapi berpikir sesuai situasi. Walikota harus mendengarkan masukan-masukan dari Dinas Kesehatan. Selain itu, langkah-langkah dan publikasi, serta sosialisasi yang dilakukan harus sesuai dengan kajian medis.

Disambung Mesrawati, masker dan APD yang digunakan tenaga medis dan masyarakat harus sesuai dengan standar kesehatan, jangan sampai APD yang digunakan tidak memnuhi standar tersebut, walaupun pada kenyataannya dilapangan APD tersebut masih langka, karena tingginya kebutuhan.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Dr.Bakhrizal, MKM, menyatakan, paramedis bertugas mengutamakan kemanusiaan, bahkan beberapa kali cuma dengan masker, tanpa adanya APD.

“Kebutuhan Paramedis akan APD sangat pokok sekali. Kita tentunya tidak mengkehendaki paramedis yang bekerja dengan niat kesembuhan pasien, justru tertular virus ini karena kekurangan perlengkapan,” ulasnya.

Dinkes juga telah bekerja sama dengan berbagai pihak melakukan penyemprotan massal, seperti pasar, ruko, dan lainnya.
Kendala yang dialami selain kekurangan APD, adalah kelangkaan barang lain, seperti handsanitizer dan masker. Kalaupun ada dijual dengan harga yang bahkan sampai 10 kali lipat, karena kondisi terkini kita belum lockdown 100%.

“Kami menghimbau kepada perantau yang pulang untuk tidak bepergian kesana kemari saat sudah tiba dikampung. Mereka yang pulang harus dikunci di rumah. Dengan artian istirahat di rumah saja. Bisa jadi orang yang pulang itu membawa pandemi virus. Sayangnya masyarakat tidak peduli bahkan banyak yang membangkang saat diingatkan. Ini harus menjadi perhatian kita bersama untuk menekan perkembangan virus covid-19 ini. Aktifitas keluar rumah hanya untuk beli kebutuhan/ keperluan dan berobat, selebihnya kita dirumah saja,” kupas Bakhrizal.

Direktur RSUD Adnan WD, Dr. Efriza Naldi, mengutarakan,
kami telah membentuk Satgas untuk menangani pasien Covid-19 ini.
SOP tidak ada jam besuk, pendamping hanya 1 orang. Poliklinik melakukan screening awal perjalanan terakhir, apakah ada tinggal/ menginap di daerah terjangkit. Tiap Westafel di rumah sakit dilengkapi sabun cuci (ada 5 westafel).

“Bagi yang pulang ke rumah setelah selesai beraktifitas diluar, sesampai dirumah mandi dulu, barulah braktifitas dengan keluarga. Rumah Sakit rujukan Covid-19 adalah M. Djamil Padang, Achmad Muchtar Bukittinggi, dan Rumah Sakit Unand,” pungkasnya. (BD)
×
Kaba Nan Baru Update