Notification

×

Iklan

Iklan

Jadi 61 Orang, Siswa Positif Covid-19 di SMA 1 Sumbar

31 Maret 2021 | 18.09 WIB Last Updated 2021-03-31T11:22:32Z

Jadi 61 Orang, Siswa Positif Covid-19 di SMA 1 Sumbar


Padang Panjang - Diduga karena tidak taat protokol kesehatan, jumlah siswa positif Covid-19 di kluster SMA 1 Sumatera Barat, Padang Panjang, bertambah 18 orang menjadi 61 orang. Para siswa kini menjalani isolasi mandiri di asrama sekolah.


Kepala Dinas Kesehatan Kota Padang Panjang Nuryanuwar, Rabu (31/3/2021), mengatakan, tambahan 18 orang siswa yang positif Covid-19 itu diketahui pada  Selasa (30/3/2021) malam. 


"Sebelumnya, ada 43 orang siswa. Pada umumnya orang tanpa gejala (OTG). Mereka menjalani isolasi mandiri di asrama sekolah," kata Nuryanuwar, ketika dihubungi Rabu siang.


Munculnya kluster penularan Covid-19 di sekolah berasrama itu diduga akibat kunjungan orangtua ataupun tidak taatnya warga sekolah terhadap protokol kesehatan (prokes).  SMA yang berlokasi di Kelurahan Sigando, Kecamatan Padang Panjang Timur, Kota Padang Panjang itu merupakan salah satu dari beberapa sekolah berasrama yang dikelola oleh Dinas Pendidikan Sumbar.


Kasus positif Covid-19 di SMA 1 Sumbar pertama kali ditemukan sekitar dua pekan lalu. Saat itu, seorang siswa dilaporkan ke Dinkes Padang Panjang karena mengalami kehilangan kemampuan indera penciuman.


Atas laporan itu, dinkes melakukan tes usap PCR terhadap siswa itu dan hasilnya positif Covid-19. Dinkes melakukan penelusuran kontak erat dan beberapa hari kemudian ditemukan 6 orang positif Covid-19.


"Selanjutnya, kami telusuri lagi, dites usap sekitar 125 siswa, hasilnya ada tambahan 36 orang positif Jumat (26/3/2021) kemarin. Ditelusuri lagi, ditemukan 18 orang positif tadi malam," ujar Nuryanuwar.


Menurut Nuryanuwar, hingga Selasa kemarin, sudah lebih dari 300 siswa yang dites usap PCR. Siswa negatif Covid-19 sudah dipulangkan ke kampung asal masing-masing, seperti Bukittinggi, Padang, Solok, dan Payakumbuh.


Sementara itu, tes usap terhadap puluhan guru dan pegawai dimulai hari ini. Sejak adanya temuan kasus, pembelajaran tatap muka dihentikan sementara, kembali ke pembelajaran daring.


Untuk mencegah kejadian serupa, Nuryanuwar meminta agar orangtua menjalani tes cepat antigen sesaat sebelum mengunjungi anaknya di sekolah berasrama agar tidak terjadi penularan Covid-19. Risiko penularan dari orangtua ke anak tinggi karena interaksi mereka sangat dekat, seperti bersalaman dan cium pipi.


Nuryanuwar juga meminta sekolah memperketat penerapan protokol kesehatan, seperti menggunakan masker, menjaga jarak, dan mencuci/membersihkan tangan.


"Kasus di SMA 1 Sumbar ini, sama dengan kejadian di Perguruan Diniyah Putri. Sekolah berasrama, kalau tidak patuh protokol kesehatan, tidak disiplin, risikonya tinggi, seperti ini kasusnya langsung meledak," ujar Nuryanuwar.


Kejadian serupa pernah terjadi di Pondok Pesantren Perguruan Dininnyah Puteri Padang Panjang, sebanyak 135 orang siswa dinyatakan positif Covid-19 sepanjang pekan ketiga dan kedua November 2020. Mereka menjalani isolasi mandiri di asrama sekolah.


Munculnya kluster penularan Covid-19 di pondok pesantren itu diduga juga akibat kunjungan orangtua ke sekolah. Akibatnya, sekolah tatap muka dihentikan sementara. Sebagian siswa yang dinyatakan negatif Covid-19 dipulangkan, sebagian lagi dipercayakan orangtua tetap di sekolah dan dipisahkan dari siswa positif Covid-19.


Juru Bicara Satuan Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Sumbar Jasman Rizal mengatakan, berdasarkan pola kasusnya, penutupan sekolah tatap muka hanya dilakukan di SMA 1 Sumbar. Sebab, kasus tersebut tidak berkaitan dengan sekolah lain.


Dengan munculnya kluster Covid-19 di SMA 1 Sumbar, Jasman meminta penerapan protokol kesehatan di sekolah diperketat. Selain penerapan protokol kesehatan, ia juga menyarankan agar sekali dua pekan atau sekali sebulan warga sekolah mengikuti tes cepat antigen atau tes usap PCR, terutama guru. "Guru juga mengikuti vaksinasi," ujarnya. (Rilis) 


×
Kaba Nan Baru Update