Notification

×

Iklan

Iklan

Mengenal Tradisi Mambantai di Agam yang Menghidupkan Ekonomi Warga

02 Mei 2022 | 19.45 WIB Last Updated 2022-11-25T04:33:15Z


pasbana.com - Masyarakat di sejumlah daerah di Kabupaten Agam masih mempertahankan tradisi penyembelihan sapi untuk lebaran yang disebut mambantai. Tradisi mambantai masih dilestarikan secara turun-temurun dan berkembang di berbagai daerah antara lain di masyarakat Nagari Bawan, Kecamatan Ampek Nagari dan Tiku Selatan, Kecamatan Tanjung Mutiara.


Tradisi mambantai yang dilaksanakan di Lubuak Ambalau, Nagari Bawan dan Nagari Tiku Selatan pada Minggu (1/5) dini hari tampak ratusan warga tengah bergotong-royong menyembelih sapi untuk memenuhi kebutuhan daging menyambut lebaran.

Ketua Kerapatan Adat Nagari (KAN) Bawan, Adrian Agus Dt. Kando Marajo menjelaskan, istilah mambantai berasal dari kata menyembelih. Uniknya, tradisi mambantai ini dilakukan dengan cara barantam, yang asal katanya patungan. Satu atau beberapa orang mengumpulkan sejumlah uang untuk membeli sapi.


“Sapi ini kemudian disembelih dengan cara bergotong-royong, dagingnya nanti dijual secara tradisional atau eceran di pasar Bawan dengan harga menyesuaikan pasar,” jelasnya.


Tradisi barantam dalam makna sederhana juga menyiratkan bagaimana masyarakat berdemokrasi. Pasalnya, sapi yang disembelih pada saat barantam didapat atau dibeli dari warga sekitar.

“Nantinya daging hasil sembelihannya juga diprioritaskan untuk warga sekitar,” sebut A. Dt. Kando Marajo.


Secala filosofis terangnya lagi, tradisi mambantai juga sebagai upaya untuk menjamin agar masyarakat bisa memenuhi kebutuhan daging untuk lebaran.


“Artinya dengan barantam ini tujuannya untuk memastikan anak kemanakan kita bisa dapat daging untuk lebaran,” katanya.


Tradisi mambantai di Nagari Bawan sudah berlangsung sejak dahulu. Hingga kini, prosesi penyembelihan yang dilakukan dini hari itu masih terus dilakukan masyarakat setempat.
“Kenapa ini dilakukan dini hari karena nanti daging hasil sembelihannya bisa langsung dijual di pagi harinya,” katanya lagi.


Ditambahkan, jumlah sapi yang disembelih di nagari itu terbilang cukup banyak yakni 80 ekor. Menurutnya jumlah tersebut relatif bertahan dari tahun ke tahun.
“Hingga jam 00.15 wib ini, sudah 66 sapi yang terdaftar untuk disembelih. Jumlahnya bisa mencapai 80 ekor,” ujarnya.


Bupati Andri Warman mengaku, memotong sapi dan kerbau jelang lebaran tahun ini memberi sensasi tersendiri baginya. Pasalnya, menyembelih ternak di malam hari dengan tradisi barantam itu merupakan hal baru bagi dirinya. “Ini kekayaan budaya kita, baru kali ini saya melihat tradisi ini,” ucap bupati.

“Saya merasa senang bisa ikut menyembelih bersama warga, penyembelihan dengan cara barantam ini pengalaman pertama bagi saya,” ujarnya.


Plt. Kadis Pertanian Kabupaten Agam, Emrizal menyebut, tradisi mambantai ternak dengan cara barantam hanya ada di Agam bagian Barat.


“Tradisi ini adanya di Ampek Nagari, Tiku, beberapa daerah di Palembayan dan Maninjau,” sebutnya.



Tradisi mambantai atau menyembelih ternak H-1 Idul Fitri ternyata memberi dampak tersendiri bagi perekonomian masyarakat di Kabupaten Agam. 


Pasalnya, mambantai tidak hanya mendatangkan keuntungan bagi pedagang daging saja tapi juga menggairahkan ekonomi pedagang lainnya. Aktivitas pasar tradisional di daerah itu seolah tidak ada habisnya.


“Jika lapak ditutup takutnya tidak keburu, soalnya mulai dini hari warga di sekitar sini sudah mulai berbelanja kebutuhan,” katanya.


Ia menyebut, H-1 Idul Fitri pasar di daerah itu akan selalu ramai dengan lalu lalang para pembeli. Aktivitas tersebut tidak hanya pada siang hari, tapi juga berlangsung malam hingga dini hari.


“Bisa dibilang kalau mau lebaran ini pasar di sini buka 24 jam. Siang atau malam sama-sama ramai,” ungkapnya.


Hal senada juga diutarakan Sahur, salah seorang warga Tiku. Menurutnya, pasar yang menjadi pusat ekonomi warga tiga nagari di Kecamatan Tanjung Mutiara itu merupakan tempat sumber rezeki tersendiri bagi pedagang.


“Kalau kondisi sekarang ini terbilang sepi, sebelum Covid-19 dulu aktivitas pasar antara siang dan malam susah dibedakan,” katanya.


Menurutnya, tradisi mambantai atau menyembelih ternak menjelang lebaran menjadi salah satu penarik warga untuk ke pasar. Dikatakan, membeli daging sapi menjelang lebaran seolah menjadi keharusan.
“Karena ramai orang yang membeli daging, maka pedagang lainnya turut pula menggelar lapak dagangnnya, mana tahu untung,” ungkap dia.


Peri (30) salah seorang pedagang aksesoris berbahan perak di Pasar Tiku menyebut, omzet dagangannya meningkat signifikan menjelang H-2 Idul Fitri. Bahkan ia mengaku membuka etalase aksesorisnya sejak pagi kemarin hingga malam takbiran.


“Malam takbiran biasanya jual beli saya cukup lumanyan, karena orang ramai pergi ke pasar,” ucapnya. Ia pun mengakui, ramainya orang membeli daging hasil mambantai di daerah itu secara tidak langsung berdampak pada omzetnya.

“Memang yang banyak itu orang beli daging, tapi untungnya buat saya jual beli saya juga ikutan meningkat,” katanya.

Ragam tradisi yang tersebar di seluruh Indonesia, membuat kita Makin Tahu Indonesia. (rel/bd)

×
Kaba Nan Baru Update