Notification

×

Iklan

Iklan

Talempong Pacik, Musik Tradisional Sumbar yang Dimainkan Saat Acara Adat

04 Januari 2023 | 15.44 WIB Last Updated 2023-01-04T11:02:22Z

Dok. SwaraFajar

pasbana - Atraksi Talempong Pacik tercatat dalam rekor MURI (Musium Rekor Indonesia) saat pembukaan Festival Pesona Minangkabau (FPM) Tahun 2019 yang digelar di Istano Basa Pagaruyung, Rabu lalu (4/12). Atraksi ini dipertunjukan oleh 1.559 anak SD, SMP dan sanggar seni sehingga menghasilkan nada yang unik di telinga. 
Sebenaranya ada dua jenis talempong, yaitu talempong pacik dan talempong duduak (melodis). Beda keduanya letak atau posisi talempong saat dimainkan. Talempong pacik dipegang dengan tangan sedangkan talempong melodis diletakkan pada rel atau bantalannya.Talempong pacik terdiri dari dua kata, ‘talempong’ dan ‘pacik’. 

Talempong adalah alat musik tradisional Minangkabau yang dibunyikan dengan cara dipukul menggunakan stik (kayu). Pacik dalam bahasa Indonesia berarti pegang. Jadi Talempong pacik adalah alat musik yang dibunyikan dengan cara dipegang dan dipukul. 

Talempong pacik dimainkan dengan cara dijinjing dengan tangan kiri dan dipukul dengan stik menggunakan tangan kanan.Ibu jari tangan kiri memegang talempong bagian atas, sedangkan, sedangkan jari telunjuk berguna untuk membatasai perantara antara kedua talempong.  

Bagian bawah dipegang oleh 3 jari, yaitu jari kelingking, jari manis dan jari tengah. Talempong bagian atas bernada rendah, dan bagian posisi bawah bernada tinggi. Dikutip dari ensiklopedi Jakarta, talempong terbuat dari bahan campuran tembaga, timah putih dan besi putih. 

Talempong merupakan istilah yang dikenal oleh masyarakat Minangkabau sebagai alat musik (gong kecil) dan atau musik talempong itu sendiri. 

Di setiap daerah di Sumatera Utara musik dan alat musik ini pernah hidup dan berfungsi di tengah-tengah masyarakat pendukungnya.  Talempong sebagai alat musik terbuat dari bahan logam. Biasanya terbuat dari kuningan, besi, atau tembaga, sehingga menghasilkan suara yang mendengung. Dengungan itu kemudian diharmonisasi dengan talempong bernada berbeda dan alat musik lain. 

Talempong duduak dan talempong pacik merupakan dua genre musik talempong tradisional yang tumbuh dan berkembang hingga kini. Pengisitlahan ini bertujuan untuk memberdakan kedua genre alat musik. Meskipun pada kenyataannya kedua alat musik ini sering juga disebut dengan istilah talempong atau calempong saja oleh masyarakat pendukungnya. 

Dalam permainannya disebut batalempong atau bacalempongTalempong dibuat dengan cara dipatri oleh padai besi hingga terbentuk sedemikian rupa, menyerupai gong dengan bentuk yang kecil. 

Musik talempong pacik merupakan suatu jenis kesenian berbentuk ensambel telempong. Namanya juga ensemble pastinya musik ini dimainkan oleh sebuah kelompok. Konsep kelompok ini sangat penting dalam membangun harmonisasi dan sambung-menyambung nada atau interlocking.  

Dalam hal ini, masing-masing musisi harus kompak dan mempunyai apresiasi yang searah (khusus tradisi musik talempong), sehingga terjadi kesatuan dalam susunan bunyi yang dilahirkan secara berkelompok.  

Genre talempong pacik mengutamakan jalinan permainan ritmik menuju suatu hasil berupa melodi-melodi pendek yang selalu berkembang, diiringi oleh beberapa alat musik lain dalam fungsi ritmik seperti gandang  dan rapa’i (single headed frame drum), dan alat musik pupuik gadang yang berfungsi melodis.  

Pupuik gadang atau pupuik liolo yang memiliki banyak lidah (multiplereed) juga dianggap tidak begitu penting dalam komposisi musik talempong pacik; fungsi musikalnya tidak berhubungan langsung dengan aspek interlocking. 

Sayangnya, para musisi talempong hingga kini juga sulit ditemui, kecuali para pemain pupuik gadang dengan kemampuan terbatas yang ada, itupun jarang dijumpai.

Talempong  Minangkabau yang mengandung dua unsur yang sangat penting dalam musik, yaitu unsur ritme dan unsur melodi. Secara tradisional kedua unsur tersebut selalu berkembang dari pola-pola yang sederhana hingga pola permainan yang cukup rumit.   

Talempong pacik relatif banyak ditinjau dari nama-nama lagunya, namun adakalanya ditemui kesamaan dasar lagu antara repertoar telempong pacik suatu nagari dengan  nagari lain, sedangkan nama atau judul lagunya berbeda. Sebaliknya, nama lagunya sama tetapi dasar komposisinya berbeda, maka tetap saja lagunya berbeda.  

Hal tersebut terjadi karena peranan seniman-seniman yang mewariskan tradisi musik tersebut. Dalam proses penyebarannya terjadi persilangan pewarisan, misalnya pewaris mewariskan pada orang di daerah atau nagari lain.  

Kadangkala para seniman tidak mengenal nama lagu, mereka hanya mengetahui komposisi musiknya saja, tetapi karena suatu hal mereka harus memberi nama terhadap musiknya atas permintaan pihak tertentu dan terjadilah kesamaan nama dengan nama lagu yang telah ada di tempat lain.  

Fungsi gendang dalam ensambel talempong pacik tidak selalu sama.Perbedaan yang tampak pada umumnya dalam hal pola ritme gendang dengan pola ritme talempong

Beberapa kelompok yang lain menggunakan gendang dalam fungsi mempertegas hasil jalinan ritme (interlocking) permainan talempong sedangkan kelompok talempong paciklainnya menggunakan gendang hanya sebagai pengatur tempo dan memberi aksen dalam bentuk ritme konstan. 

Seperti alat musik tradisional Sumatera Barat pada umumnya, talempong pacik biasa dimainkan saat acara adat. Misalnya, pesta perkawinan dan perhelatan adat lainnya. Sehingga kesenian talempong pacik ini banyak menarik minat masyarakat pendukungnya.   

Untuk melestarikannya, talempong biasanya diperlombakan hingga tingkat provinsi. Talempong pacik merupakan satu pertunjukkan alat musik pukul yang terbuat dari logam berbentuk bundar. Istilah talempong pacik  ini hadir untuk membedakannya dengan telempong rea (talempong yang dimainkan dengan jumlah 21 talempong ).   

Penamaan talempong pacik didasarkan pada caramemainkan talempong ketika dimainkan, yakni dengan cara dipegang (pacik). Alat musik ini menyerupai bonang (berbentuk bonang dengan pencu di tengah) yang dimainkan sambil berdiri dan ada kalanya sambil berjalan, dimana tangan kiri menenteng satu atau dua satuan, sedangkan tangan kanan memainkan dengan pemukul yang terbuat dari kayu.  

Pemain talempong pacik terdiri atas tiga orang, dimana masing-masing memegang dua buah talempong (sepasang). Alat musik talempong pacik ini merupakan alat musik bersistem nada pentatonik. Dari keterangan wawancara salah seorang pelaku, praktisi sekaligus akademisi alat musik talempong di Minangkabau yang bernama Irwandi (2021), beliau mengatakan bahwa perkembangan alat musik tradisional khususnya di Minangkabau bermula dari alat musik yang sederhana untuk dimainkan.   

Lalu, berkembang dan diadaptasi menjadi alat musik yang lebih rumit memainkannya. Hal ini sejalan dengan lahirnya alat musik Talempong Pacik di Minangkabau, dimana alat musik ini diadaptasi dari alat musik tradisional Minangkabau yang sederhana dalam memainkannya yaitu Aguang (Gong). 

Selain itu, Margareth J Kartomi dalam penelitiannya pada tahun 1998, memperkirakan bahwa talempong sudah ada sejak masa kedatangan Islam di Sumatera pada akhir abad ke-13.  

Margareth juga menyebutkan dalam artikel Musical Strata in Sumatera, Java and Bali, bahwa para pengrajin perunggu dari Tonkin, utara Vietnam, datang ke Minangkabau beberapa abad sebelum Masehi. Pada zaman yang disebut Zaman Perunggu itu diperkirakan talempong dan juga gong dibawa oleh nenek moyang orang Minangkabau.  

Diakhir kekuasaan raja Adityawarman di Minangkabau, kebudayan musik gong dan talempong menjadi simbol, prestise dan  kebesaran dari raja-raja. Pada titik ini Antony Reid (1995) dalam Mahdi Bahar (2009) mengatakan bahwa pada tahun 1550-an musik perunggu menggunakan ketle-drums, yaitu alat musik idiofon terbuat dari metal yang diyakini adalah talempong merupakan musik dari tradisi kerajaan Minangkabau, di samping itu keberangkatan raja bersama rombongan pada masa itu juga diiringi dengan musik talempong tatkala menenui orang Portugis di pantai Tiku (Bahar, 2009: 116).  

Dari keterangan para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa kehadiran alat musik talempong, khususnya talempong pacik sudah ada sejak zaman dahulu di Minangkabau.  Musik talempoang pacik Pariangan memiliki berbagai jenis lagu dan irama. 

Ada lagu yang bernama rantak kudo, ilia banda, pucuak rabuang, siamang tagagau dan lain sebagainya. Setidaknya ada 15 jenis lagu talempoang Pariangan dengan ratusan ragam cara memukulnya sehingga mengeluarkan nada yang berlain pula. 

Adapun repertoar yang dimiliki Talempong pacik cukup banyak dengan spesifikasi yang tidak sama di tiap-tiap daerah, namun demikian secara konseptual musikal, antara satu daerah dengan daerah lain adalah sama yaitu mempunyai sistim permainan dengan teknik interlocking (pola permainan antara pola dasar dengan pola pecahan, terdapat motif saling mengisi).  

Jika dilihat dari jenisnya, talempong pacik memiliki tiga jenis yang berbeda, yaitu talempong jantantalempong batino, dan talempong pengawin.  

Unit talempong jantan terdiri dari dua buah telampong yang menggabungkan nada paling rendah dan paling tinggi, atau talempong dengan nada pertama dan nada keenam atau ketujuh. Unit talempong jantan yang hanya memakai satu nada saja yaitu nada keenam atau ketujuh.  

Jumlah talempong yang dipakai pada unit talempong jantan disesuaikan dengan kondisi atau aspek kebutuhan komposisi musiknya. Unit talempong batino terdiri dari dua buah talempong, nada talempong yang dipakai tidak selalu tetap, atau selalu berubah-ubah sesuai dengan kebutuhan lagunya. Kadang-kadang digunakan talempong dengan nada kedua dan keempat ada kalanya juga digunakan nada ketiga yang digabungkan dengan nada kelima.  

Unit talempong pangawin adalah talempong yang disebut dengan talempong paningkah/ pengawin. Permainan pola melodi yang digunakan adalah pengawinan pola melodi yang telah digunakan oleh unit talempong jantan dan unit talempong batino  

Permainan unit talempong pangawin adalah saling mengait atau saling mengisi terhadap melodi untuk talempong jantan yang saling mengait atau mengisi terhadap motif yang dimainkan oleh unit talempong batino. Dalam permainannya biasanya tidak ada yang saling bertabrakan secera paralel, tapi saling bermain kait berkait (interlocking).  

Ciri khas inilah yang menjadi ciri khas komposisimusik talempong di Minangkabau. Talempong Pacik sebagai alat musik kultural dalam kehidupan masyarakat dapat berfungsi dalam berbagai kegiatan seperti dalam adat perkawinan, penyambutan tamu dalam upacara tertentu, pertunjukan randai dan lain sebagainya. 

Talempong Pacik dipakai dalam bentuk musik hidup (life music) sebagai musik iringan Tari Gelombang dalam penyambutan atau pembukaan upacara tertentu, seperti upacara Batagak Penghulu.  

Dalam hal penyajian Tari Gelombang sebagai bagian  acara menyambut tamu, talempong dimainkan sebagai  musik pengiring tari.  Talempong Pacik merupakan seni musik tradisional Minangkabau yang berkembang di seluruh saentro Sumatera Barat kecuali Mentawai. 

Talempong pacik sebagai musik tradisional Minangkabau, sampai  saat  sekarang masih tetap bertahan di beberapa tempat. Dalam kata lain, masih dominan jika dibandingkan dengan beberapa kesenian tradisional yang lain.  Namun akhir-akhir ini talempong pacik dirasakan seakan–akan kurang  mempunyai daya tarik lagi oleh beberapa generasi muda.  

Hal ini lah yang menjadi fokus dan tantangan para seniman di daerah agar kesenian ini tetap bertahan dan tidak punah.  Beberapa daerah di Sumatera Barat yang memiliki kesenian talempong yang tidak asing lagi antara lain adalah: Talempong Koto Anau (Kab.Solok), Talempong Padang Magek (Kab. Tanah Datar), Talempong Unggan (Kab. Sijunjung), Talempong Talang Maua (Kab.Limapuluh Kota), Talempong Jao (Kab.Tanah Datar), Talempong Kapak Lasuang (Kab.Padang Pariaman) dan lain sebagainya (Darlenis, 2006). Jadi makin tahu Indonesia !
#makintahu_Indonesia

×
Kaba Nan Baru Update