Notification

×

Iklan

Iklan

Merawat Seribu Menhir, Jejak Sejarah dari Leluhur di Minangkabau

01 Januari 2024 | 13.10 WIB Last Updated 2024-01-01T06:10:32Z


Limapuluh Kota, pasbana - Di pedalaman Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat, terdapat sebuah nagari yang menyimpan jejak-jejak peradaban leluhur Minangkabau. 
Nagari tersebut bernama Maek, yang terletak di Kecamatan Bukit Barisan. Maek dikenal sebagai “Negeri Seribu Menhir” karena di dalamnya terdapat gugusan menhir yang jumlahnya mencapai ribuan.
Menhir adalah batu tegak yang berfungsi sebagai tanda kubur atau tempat pemujaan. Menhir-menhir di Maek diperkirakan berasal dari era megalitikum, yaitu sekitar 1.500-2.500 sebelum Masehi. 
Menhir-menhir tersebut tersebar di beberapa lokasi di Nagari Maek, antara lain di Situs Menhir Bawah Parit, Situs Menhir Koto Tinggi, dan Situs Menhir Koto Tuo.
Situs Menhir Bawah Parit merupakan situs menhir terbesar di Maek. Situs ini memiliki luas sekitar 1,5 hektare dan di dalamnya terdapat 374 menhir. Menhir-menhir di situs ini berukuran beragam, mulai dari yang berukuran kecil hingga yang berukuran besar. Menhir-menhir tersebut ditata secara rapi dalam barisan-barisan.
Situs Menhir Koto Tinggi terletak di sebelah barat Situs Menhir Bawah Parit. Situs ini memiliki luas sekitar 1 hektare dan di dalamnya terdapat 122 menhir. Menhir-menhir di situs ini juga berukuran beragam, mulai dari yang berukuran kecil hingga yang berukuran besar.
Situs Menhir Koto Tuo terletak di sebelah timur Situs Menhir Bawah Parit. Situs ini memiliki luas sekitar 0,5 hektare dan di dalamnya terdapat 78 menhir. Menhir-menhir di situs ini berukuran lebih kecil dibandingkan dengan menhir-menhir di situs lainnya.
Keberadaan menhir-menhir di Maek merupakan bukti bahwa Nagari Maek merupakan salah satu pusat peradaban megalitikum di Sumatera Barat. Menhir-menhir tersebut menjadi saksi bisu perjalanan sejarah Minangkabau sejak ribuan tahun yang lalu.

Pemerintah Daerah Melakukan Upaya Pelestarian


Pemerintah Daerah Kabupaten Limapuluh Kota menyadari pentingnya melestarikan peninggalan bersejarah di Maek. Oleh karena itu, pemerintah daerah telah melakukan berbagai upaya untuk melestarikan menhir-menhir tersebut.
Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan melakukan pemugaran terhadap menhir-menhir yang rusak. Pemugaran dilakukan oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Sumbar. Selain itu, pemerintah daerah juga melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga kelestarian menhir-menhir tersebut.
Pemerintah daerah juga telah membangun sarana dan prasarana di sekitar situs menhir. Sarana dan prasarana tersebut berupa jalan, tempat parkir, dan toilet. Pembangunan sarana dan prasarana tersebut bertujuan untuk memudahkan wisatawan untuk berkunjung ke situs menhir.
Upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah daerah telah membuahkan hasil. Menhir-menhir di Maek kini telah menjadi salah satu destinasi wisata yang populer di Kabupaten Limapuluh Kota. Wisatawan dari berbagai daerah di Indonesia dan mancanegara sering berkunjung ke Maek untuk melihat langsung jejak-jejak peradaban leluhur Minangkabau.
Meskipun demikian, masih ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh pemerintah daerah untuk meningkatkan upaya pelestarian menhir-menhir di Maek. Salah satu hal yang perlu dilakukan adalah dengan meningkatkan pengawasan terhadap situs menhir. Pengawasan tersebut diperlukan untuk mencegah terjadinya kerusakan atau pencurian menhir.
Selain itu, pemerintah daerah juga perlu melakukan penelitian lebih lanjut tentang menhir-menhir di Maek. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui lebih banyak tentang sejarah, fungsi, dan makna menhir-menhir tersebut.
Dengan upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah daerah, diharapkan menhir-menhir di Maek dapat terus terjaga kelestariannya dan dapat menjadi warisan budaya yang dibanggakan oleh masyarakat Minangkabau. Jadi makin tahu Indonesia.(Budi) 
×
Kaba Nan Baru Update