Notification

×

Iklan

Iklan

Surau: Benteng Moral dan Cetak Generasi Emas Minangkabau

06 Maret 2024 | 08.45 WIB Last Updated 2024-03-06T02:00:27Z


pasbana - Surau, sebuah bangunan sederhana nan sarat makna, telah lama menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Minangkabau. 

Lebih dari sekadar tempat ibadah, surau berperan sebagai pusat pendidikan, pembinaan moral, dan pengembangan karakter generasi muda. 

Di sinilah nilai-nilai adat dan budaya Minangkabau ditanamkan, melahirkan generasi penerus yang berbudi luhur, berpengetahuan luas, dan cinta tanah air.

Sejarah dan Peran Surau dalam Mendidik Generasi Muda

Sejarah mencatat, surau telah hadir di Minangkabau sejak abad ke-7, jauh sebelum Islam masuk ke wilayah tersebut. Awalnya, surau difungsikan sebagai tempat para penghulu dan pemuka adat bermusyawarah dan menyelesaikan perkara adat.




Seiring dengan masuknya Islam, surau bertransformasi menjadi pusat pendidikan agama dan pengembangan karakter generasi muda.

Di surau, generasi muda Minangkabau dididik dengan nilai-nilai agama dan adat yang luhur. Mereka diajarkan mengaji Al-Quran, mempelajari ilmu fikih dan tasawuf, serta dilatih untuk menjadi pemimpin yang adil dan bijaksana. 

Surau juga menjadi tempat berlatih silat, seni bela diri tradisional Minangkabau yang menanamkan disiplin, keberanian, dan rasa cinta tanah air.

Tokoh-Tokoh Berhasil Berkat Didikan Surau


Banyak tokoh-tokoh Sumatera Barat yang berhasil di kancah nasional dan internasional berkat didikan surau. Di antaranya adalah:
  • Mohammad Hatta: Wakil Presiden pertama Indonesia, dikenal sebagai "Proklamator Kemerdekaan". Hatta dididik di surau Parabek, Bukittinggi, di mana dia belajar agama, adat, dan kepemimpinan.


  • Buya Hamka: Ulama dan sastrawan terkemuka, dikenal sebagai "Buya". Hamka dididik di surau Sungai Batang, Agam, di mana dia belajar ilmu agama dan bahasa Arab.


  • Tan Malaka: Tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia, dikenal sebagai "Bapak Republik Indonesia". Tan Malaka dididik di surau Pandai Sikek, Solok, di mana dia belajar agama, politik, dan sejarah.


Fenomena Sepinya Surau di Minangkabau

Namun, saat ini, fenomena sepinya surau di Minangkabau menjadi kenyataan yang memprihatinkan. Banyak surau yang terbengkalai, tidak lagi ramai dengan aktivitas belajar mengajar dan pembinaan generasi muda. 



Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti:
  • Modernisasi dan globalisasi: Masyarakat Minangkabau semakin modern dan global, sehingga perhatian terhadap surau berkurang.
  • Kurangnya tenaga pengajar: Surau kekurangan tenaga pengajar yang qualified untuk mendidik generasi muda.
  • Minimnya perhatian pemerintah: Pemerintah belum memberikan perhatian yang cukup terhadap pengembangan dan revitalisasi surau.

Pentingnya Revitalisasi Surau


Melihat kondisi tersebut, revitalisasi surau menjadi sebuah keniscayaan. Upaya ini harus dilakukan agar surau kembali menjadi benteng moral dan pencetak generasi emas Minangkabau. 




Berikut beberapa langkah yang dapat dilakukan:
  • Meningkatkan peran pemerintah: Pemerintah perlu memberikan perhatian yang lebih besar terhadap pengembangan dan revitalisasi surau.
  • Memberdayakan masyarakat: Masyarakat perlu dilibatkan dalam upaya revitalisasi surau, baik dalam hal pendanaan maupun pengelolaan.


  • Meningkatkan kualitas tenaga pengajar: Perlu dilakukan pelatihan dan pembinaan terhadap tenaga pengajar surau agar memiliki kualifikasi yang baik.

Surau memiliki peran penting dalam pembentukan generasi muda Minangkabau yang bermoral, berpengetahuan luas, dan cinta tanah air. 

Fenomena sepinya surau saat ini harus menjadi perhatian semua pihak. Upaya revitalisasi surau harus dilakukan agar surau kembali menjadi benteng moral dan pencetak generasi emas Minangkabau. Makin tahu Indonesia.(Budi) 
×
Kaba Nan Baru Update