Notification

×

Iklan

Iklan

8 Kesalahan Umum Pemula Saat Memulai Investasi di Reksa Dana

07 Mei 2025 | 15:02 WIB Last Updated 2025-05-07T08:02:17Z


Pasbana - Reksa dana merupakan salah satu pilihan investasi yang cocok untuk pemula. Hal ini karena aset dikelola oleh manajer investasi profesional. Sehingga, resiko investasi dapat diminimalkan.

Meski demikian, tidak sedikit investor pemula yang melakukan kesalahan saat memulai investasi ini. Beberapa kesalahan tampak sepele tetapi bisa berdampak signifikan terhadap hasil investasi dalam jangka panjang. Padahal, platform seperti reksadana saham di Makmur.id dan reksadana campuran Makmur.id telah menyediakan informasi lengkap yang bisa membantu calon investor membuat keputusan yang lebih bijak.




Berikut adalah delapan kesalahan umum yang sering dilakukan oleh pemula saat mulai berinvestasi di reksa dana, beserta penjelasan untuk menghindarinya.

1. Tidak Membaca dan Memahami Prospektus
Prospektus adalah dokumen resmi yang menjelaskan secara lengkap tentang reksa dana, termasuk strategi investasi, biaya, risiko, dan informasi manajer investasi. Sayangnya, banyak investor pemula yang langsung membeli produk tanpa membaca dokumen ini.

Mengabaikan prospektus bisa membuat Anda salah memilih produk yang tidak sesuai dengan profil risiko atau tujuan keuangan. Karena itu, sangat disarankan untuk membaca prospektus. Sebab, membaca prospektus dapat membantu Anda memahami cara kerja produk dan mengevaluasi apakah produk tersebut cocok untuk kebutuhan investasi Anda.

2. Tidak Mengecek Legalitas Manajer Investasi
Beberapa investor pemula hanya fokus pada imbal hasil tanpa memastikan apakah manajer investasi (MI) dan agen penjual reksa dana memiliki izin resmi. Padahal, legalitas dan izin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah hal yang sangat penting. Lebih lanjut, mengabaikan hal ini bisa membuka risiko terhadap investasi ilegal atau penipuan.

Karena itu, pastikan manajer investasi telah terdaftar dan diawasi oleh OJK. Informasi ini bisa dicek di situs resmi OJK atau tersedia di platform investasi yang tepercaya. 




3. Tidak Memahami Struktur Biaya
Reksa dana memiliki beberapa jenis biaya. Adapun, biaya yang biasanya ada di dalam reksa dana meliputi subscription fee (biaya pembelian), redemption fee (biaya penjualan), dan management fee (biaya pengelolaan). Biaya tersebut secara langsung memengaruhi imbal hasil investasi. Kendati demikian, reksa dana dengan biaya tinggi belum tentu memberikan kinerja yang lebih baik. 

4. Terjebak FOMO karena Return Masa Lalu
Banyak investor pemula tergoda membeli produk reksa dana hanya karena kinerjanya bagus di tahun sebelumnya. Sikap ini biasanya dipicu oleh FOMO (fear of missing out) tanpa mempertimbangkan apakah kinerja tersebut berkelanjutan. Padahal, kinerja masa lalu tidak menjamin hasil serupa di masa depan. 

Oleh sebab itu, fokuslah pada konsistensi, strategi investasi, dan profil risiko daripada hanya melihat return jangka pendek. Juga, lakukan evaluasi produk berdasarkan data yang lebih komprehensif.

5. Tidak Menyesuaikan Investasi dengan Tujuan Keuangan
Investasi sebaiknya disesuaikan dengan tujuan keuangan. Baik itu untuk jangka pendek, menengah, maupun panjang. Misalnya, jika tujuan Anda adalah untuk dana pendidikan dalam waktu lima tahun, reksadana campuran bisa lebih cocok dibandingkan reksa dana saham. Sebaliknya, jika Anda berinvestasi untuk jangka panjang seperti pensiun, reksadana saham mungkin lebih sesuai.

6. Tidak Mengenali Profil Risiko Diri Sendiri
Setiap orang memiliki toleransi risiko yang berbeda. Kesalahan umum yang terjadi adalah membeli produk dengan risiko tinggi tanpa memahami konsekuensinya, atau sebaliknya, terlalu konservatif sehingga potensi keuntungan menjadi sangat terbatas.

Sebelum memilih produk, lakukan penilaian terhadap profil risiko Anda. Banyak platform investasi menyediakan tools untuk membantu Anda mengenali tingkat toleransi risiko. Sehingga, produk yang dipilih benar-benar sesuai dengan kenyamanan dan kebutuhan Anda.

7. Mengabaikan Diversifikasi
Diversifikasi adalah prinsip penting dalam investasi untuk mengurangi risiko. Namun, beberapa investor pemula justru menempatkan seluruh dana di satu jenis reksa dana atau satu sektor saja. Diversifikasi portofolio misalnya, dapat membantu mengelola volatilitas dan menjaga nilai investasi Anda tetap stabil dalam berbagai kondisi pasar.

8. Tidak Memantau Kinerja Secara Berkala
Reksa dana memang dikelola oleh profesional. Tetapi itu bukan berarti Anda bisa sepenuhnya lepas tangan. Banyak pemula tidak memantau kinerja investasi mereka dan baru menyadari masalah ketika nilai portofolio menurun drastis. Oleh karena itu, penting untuk memantau kinerja reksa dana secara berkala. 



Pemantauan berkala tidak harus dilakukan setiap hari, cukup secara bulanan atau kuartalan. Dengan begitu, Anda dapat mengevaluasi apakah produk masih sesuai dengan tujuan, atau perlu melakukan rebalancing portofolio.

Untuk menghindari berbagai kesalahan di atas, penting untuk memilih platform investasi yang menyediakan informasi transparan dan edukatif. Adapun, platform investasi yang sangat direkomendasikan adalah 

Makmur.id menawarkan berbagai pilihan produk reksa dana, termasuk reksadana saham di Makmur.id dan reksadana campuran Makmur.id, lengkap dengan prospektus, data performa historis, biaya, dan informasi manajer investasi. Mamkur.id juga memiliki antarmuka yang ramah pengguna dan informasi yang mudah diakses. Sehingga, Makmur.id mempermudah Anda dalam membuat keputusan investasi yang lebih cerdas dan sesuai dengan profil Anda.(*)

IKLAN

×
Kaba Nan Baru Update