Notification

×

Iklan

Iklan

Jangan Cuma Beli Saham, Pantau Terus Bisnisnya!

11 Mei 2025 | 12:09 WIB Last Updated 2025-05-11T05:09:34Z


Panduan Cerdas ala Peter Lynch & Philip Fisher untuk Investor Ritel di Tengah Pasar yang Dinamis

Pasbana - Dalam dunia investasi saham, terlalu banyak investor yang hanya fokus pada harga, tapi lupa mengecek “kesehatan” bisnis di balik saham tersebut. Padahal, membeli saham tanpa memantau perkembangan bisnisnya ibarat membeli kapal tanpa melihat arah angin dan kondisi ombak.

Peter Lynch, salah satu investor legendaris dunia, pernah menegaskan bahwa saham adalah bagian dari bisnis. Maka, penting untuk secara rutin memantau kondisi bisnis yang menjadi tempat kita menaruh uang. 

Jangan berasumsi segalanya akan baik-baik saja hanya karena harga saham naik.

Mengapa Perlu "Check-Up" Rutin pada Saham?

Saham yang dulu prospektif bisa jadi sekarang tidak lagi menarik. Begitu pula sebaliknya. Maka, lakukan evaluasi setidaknya setiap 3–6 bulan dengan dua pertanyaan sederhana namun kritis:

Dengan laba bersih terakhir, apakah harga sahamnya masih menarik?

Apakah ada faktor yang bisa mendorong laba bersihnya naik ke depan?

Jawaban atas dua pertanyaan ini bisa menghasilkan tiga kemungkinan:

Cerita bisnisnya semakin menarik: tambahkan porsi saham.

Cerita bisnisnya memburuk: kurangi porsi saham.

Cerita bisnisnya stagnan: pertimbangkan untuk pindah ke saham lain yang lebih prospektif.
Ini bukan spekulasi. Ini adalah strategi berbasis pemantauan dan logika bisnis. Banyak investor awam gagal karena mereka menikah dengan saham, bukan dengan logika.

Gunakan Strategi "Scuttlebutt" untuk Analisis Lebih Dalam
Philip Fisher, tokoh investasi fundamental lainnya, memperkenalkan pendekatan Scuttlebutt — yakni menggali informasi dari berbagai pihak yang terlibat atau tahu tentang perusahaan.

Apa saja yang perlu diperhatikan?

1. Kondisi dan Kontrol Keuangan

Apakah perusahaan punya margin laba tinggi dan stabil?

Apakah mereka efisien dalam menekan biaya?

Apakah mereka memiliki sistem keuangan yang transparan dan berkualitas?

2. Kemampuan Riset dan Pengembangan (R&D)

Apakah perusahaan mampu menciptakan inovasi produk baru?

Apakah ada pengembangan teknologi yang relevan dengan tren saat ini?

3. Pemasaran dan Posisi Kompetitif
Apakah mereka bisa meyakinkan pasar dengan kualitas produk?
Apakah mereka unggul dibanding pesaing?

4. Kualitas SDM dan Manajemen
Apakah hubungan internal harmonis dan profesional?
Apakah integritas manajemen terjaga?

Sederhananya: Apakah perusahaan ini secara konsisten menghasilkan sesuatu yang lebih baik dari pesaingnya?

Jika jawabannya ya, maka sahamnya layak dipertahankan, bahkan ditambah. Jika tidak, lebih baik mencari opsi lain.

Studi Kasus Terkini: Saham PT XYZ (Contoh Fiktif Berdasarkan Data Realistis)

Misalkan, saham PT XYZ sempat meroket karena euforia pasar pasca-pandemi. Namun, saat dilakukan evaluasi terbaru:
Laba bersih stagnan selama tiga kuartal berturut-turut.

Margin laba mulai menipis karena tekanan harga bahan baku.

Riset produk baru belum menunjukkan hasil berarti.

Kesimpulan? Cerita bisnisnya mulai memburuk. Jika Anda tetap menyimpannya tanpa pertimbangan logis, itu bukan investasi — itu spekulasi emosional.

Tips Praktis untuk Investor Ritel:


Jadwalkan evaluasi saham setiap 3–6 bulan. Anggap ini seperti medical check-up keuangan Anda.

Gunakan dua pertanyaan utama dari Peter Lynch untuk menilai kelayakan investasi Anda.

Lakukan riset lapangan atau baca laporan tahunan dan berita industri untuk menggali info seperti pendekatan Scuttlebutt Philip Fisher.

Jangan menikah dengan saham. Nikahilah logika bisnis yang sehat.

Pasar saham bukan hanya tentang membeli murah dan menjual mahal. Lebih dari itu, ini tentang membeli bisnis bagus dengan harga wajar, dan terus mengevaluasi apakah bisnis itu tetap layak dipercaya.

Dengan mengikuti strategi pemantauan dan analisis ala Peter Lynch dan Philip Fisher, Anda tidak hanya menjadi investor yang lebih cerdas, tapi juga lebih tenang dalam menghadapi gejolak pasar.(*) 

IKLAN

×
Kaba Nan Baru Update