PADANG, pasbana – Setelah tiga tahun vakum, Kongres VII Asosiasi Pers Mahasiswa (Aspem) Sumatra Barat kembali digelar dengan semangat baru. Bertempat di Gedung Seminar E Universitas Andalas (Unand), Padang, Senin (12/5), kongres luar biasa ini mengusung tema *“Nyalakan Kembali Semangat Kolaborasi dan Independensi, Meretas Jalan Baru untuk Pers Mahasiswa.”
Kegiatan ini menjadi momentum penting bagi insan pers mahasiswa di Sumatera Barat untuk menghidupkan kembali semangat kolektif dalam membangun ruang diskusi yang kritis, inklusif, serta independen. Dihadiri oleh 18 Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) dari berbagai kampus di Sumatera Barat, empat di antaranya menyatakan kesediaan untuk bergabung secara resmi dalam kongres kali ini.
Aspem merupakan wadah koordinasi yang menghimpun LPM se-Sumatera Barat, dengan tujuan memperkuat jaringan komunikasi, membahas isu-isu lokal maupun nasional, serta meningkatkan kapasitas dan solidaritas antar jurnalis mahasiswa. Namun, sejak tiga tahun terakhir, aktivitas Aspem sempat terhenti karena tidak adanya laporan pertanggungjawaban dari pengurus sebelumnya.
Hal tersebut menjadikan Kongres VII kali ini bersifat luar biasa, sekaligus menjadi titik balik untuk menyusun kembali struktur dan arah gerak Aspem ke depan.
“Kongres ini bukan hanya seremonial, tapi panggilan untuk memperkuat kembali pers mahasiswa sebagai pilar kritis di tengah masyarakat akademik,” ujar Ammar Bedonza, moderator diskusi publik dalam rangkaian kongres.
LPM yang turut hadir antara lain:
- SKK Ganto (Universitas Negeri Padang)
- UKPM Wawasan Proklamator (Universitas Bung Hatta)
- LPM Suara Kampus (UIN Imam Bonjol Padang)
- UKPM Promedia (Politeknik Negeri Padang)
dan sejumlah nama lain yang mewakili keberagaman institusi pendidikan tinggi di Sumatera Barat.
Empat LPM yang menyatakan bergabung yakni UKM DKTV, UKPM K-info, LPM Detak Alinea, dan UKPM Veritadz. Masing-masing LPM mengirimkan dua delegasi sebagai peserta tetap sidang.
Kongres ini tidak hanya membahas persoalan internal kelembagaan, tetapi juga memperluas diskusi pada isu-isu strategis dalam dunia jurnalistik modern. Dalam diskusi publik, Aspem menghadirkan Hendra Makmur, ahli Dewan Pers, sebagai pemantik utama.
Dalam paparannya, Hendra menyoroti peran dan batasan kecerdasan buatan (AI) dalam praktik jurnalistik. Ia mengingatkan bahwa meskipun AI dapat membantu efisiensi kerja, peran manusia tetap tidak tergantikan.
“AI jangan sampai menggantikan peran kita. Ia hanya alat bantu manusia,” tegas Hendra, merujuk pada Peraturan Dewan Pers Nomor 1 Tahun 2025 tentang Pedoman Penggunaan AI dalam Pers.
Selain itu, ia menjelaskan bagaimana ahli Dewan Pers berperan di ruang pengadilan sesuai KUHAP dalam menjelaskan apakah suatu perkara tergolong kasus pers. Ia juga memberikan saran kepada pengurus Aspem agar menyusun program kerja secara terukur menggunakan pendekatan SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat).
“Proker harus terstruktur dan jelas. Dengan analisis SWOT, kita bisa identifikasi tantangan sekaligus potensi pengembangan,” ungkap Hendra.
Mengakhiri diskusi, Hendra menyampaikan apresiasi atas kekompakan dan semangat para pers mahasiswa yang tergabung dalam Aspem Sumbar 2025.
“Saya berharap kekompakan kalian mampu memperkuat delegasi dan gerakan pers mahasiswa di Sumatera Barat,” tutupnya.
Kongres akan berlangsung dalam beberapa sesi, termasuk penyusunan struktur kepengurusan baru, pembahasan agenda tahunan, serta penyusunan program kolaboratif antar-LPM. Diharapkan hasil kongres ini mampu menjadi titik awal kebangkitan pers mahasiswa Sumatera Barat dengan semangat baru yang lebih progresif, berintegritas, dan berdaya tahan tinggi terhadap tantangan zaman.(*)