“Barang siapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya, dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka...”— (QS. At-Talaq: 2-3)
Pasbana - Di tengah kehidupan modern yang serba cepat, kompetitif, dan seringkali menyesakkan, tidak sedikit dari kita merasa buntu, lelah, atau bahkan kehilangan arah.
Namun, Al-Qur’an ternyata telah lama memberikan pesan yang begitu menenangkan: bahwa kunci dari segala solusi adalah ketakwaan.
Dalam Surah At-Talaq ayat 2 dan 3, Allah SWT menegaskan bahwa siapa pun yang bertakwa kepada-Nya akan diberi jalan keluar dari segala kesulitan dan rezeki dari arah yang tak terduga.
Lebih dari Sekadar Uang: Memahami Arti Rezeki Menurut Para Ulama
Dalam pandangan sebagian besar ulama, rezeki tidak terbatas pada uang atau harta benda semata. Seorang cendekiawan kontemporer, Ustaz Adi Hidayat, misalnya, sering mengingatkan bahwa bentuk rezeki bisa berupa:• Kesehatan jasmani dan mental, yang memungkinkan kita beraktivitas dengan baik.
• Ketenteraman batin, yang membuat hidup lebih damai meski penghasilan tak selalu tinggi.
• Sahabat yang tulus, yang menjadi sandaran di saat susah.
• Keluarga harmonis, yang menjadi tempat pulang paling nyaman.
• Kemampuan menjalin silaturahmi, yang membuka pintu-pintu kebaikan.
Bahkan, dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya Ruhul Qudus telah membisikkan ke dalam hatiku bahwa seorang jiwa tidak akan mati hingga rezekinya sempurna.”
(HR. Ahmad)
Artinya, tidak ada satu pun dari kita yang akan meninggal dunia sebelum Allah SWT menyempurnakan seluruh jatah rezeki kita di dunia. Maka tak perlu takut berlebihan soal masa depan—yang penting adalah bagaimana kita menyikapi hidup ini dengan penuh iman dan usaha.
Ketakwaan di Tengah Dunia Modern: Masih Relevan kah?
Jawabannya: sangat relevan. Di era digital saat ini, ketakwaan bukan hanya soal ibadah formal, tetapi juga kejujuran dalam bekerja, kesederhanaan dalam hidup, dan kepedulian terhadap sesama.Orang yang bertakwa tidak hanya dekat dengan Tuhan, tetapi juga memberi manfaat bagi lingkungannya.
Psikolog dan penulis buku spiritual, Dr. Brené Brown, pernah menulis bahwa “koneksi manusia, makna hidup, dan kedamaian batin” adalah tiga hal utama yang dicari manusia modern—dan semuanya bisa ditemukan dalam kehidupan yang bertakwa.
Hidup Bertakwa: Bukan Sempurna, Tapi Konsisten
Menjadi manusia bertakwa bukan berarti harus sempurna. Justru, ketakwaan adalah soal komitmen terus-menerus untuk kembali ke jalan Allah, meski kita sering tergelincir.Ustazah Halimah Alaydrus pernah mengatakan dalam ceramahnya,
“Ketakwaan itu bukan berhenti dari dosa, tapi terus belajar untuk lebih baik, setiap hari.”
Maka, mari jadikan hidup ini sebagai perjalanan menuju ketakwaan—dalam diam kita, dalam pekerjaan kita, dalam doa kita, dan bahkan dalam senyum kepada sesama.
Mari Bertakwa, Hingga Ajal Menjemput
Tak ada satu pun dari kita yang tahu kapan hidup ini berakhir. Namun, bila setiap hari kita isi dengan ketakwaan, maka kita sedang mempersiapkan kehidupan akhirat yang terbaik. Seperti sabda Nabi Muhammad SAW:“Orang yang paling cerdas adalah yang paling banyak mengingat kematian dan paling baik persiapannya untuk menghadapinya.”
(HR. Ibnu Majah)
Semoga kita termasuk di dalamnya.
(*)